banner-detik
PARENTING & KIDS

10 Cara Melatih Keterampilan Komunikasi Anak Usia SD

author

Sisca Christina21 May 2023

10 Cara Melatih Keterampilan Komunikasi Anak Usia SD

Melatih keterampilan komunikasi anak penting untuk menjalin ikatan, berbagi ide, pendapat, dan informasi, serta mendukung kemampuan akademis anak.

Setiap interaksi yang orang tua lakukan di rumah dengan anak adalah bentuk komunikasi. Ini nggak sekadar kata-kata yang orang tua ucapkan. Ini juga termasuk intonasi suara, gestur, tatapan mata, senyuman, pelukan, ciuman dan lain sebagainya, yang menyampaikan pesan kepada si kecil.

Anak pasti bisa menangkap sinyal ketika suara mommies meninggi, atau mata melotot, artinya mommies sedang marah. Sebaliknya saat mommies tersenyum lebar sambil memeluk, ia tahu bahwa dirinya disayang.

Cara orang tua berkomunikasi dengan anak nggak hanya mengajari mereka cara berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga membentuk perkembangan emosional mereka dan bagaimana mereka membangun hubungan di kemudian hari.

Dua Bentuk Komunikasi

Dilansir dari Unicef.org, komunikasi terdiri dari dua bentuk, yaitu verbal dan nonverbal.

Komunikasi verbal adalah cara berkomunikasi menggunakan kata-kata, yang meliputi:

  • Nada dan intonasi suara
  • Kata-kata yang Anda ucapkan
  • Dialek, atau menggunakan kata-kata yang paling bisa dipahami anak

Sementara komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa tubuh, baik secara disengaja maupun tidak disengaja, ini mencakup:

  • Ekspresi wajah
  • Kontak mata
  • Ruang pribadi
  • Gerakan tangan
  • Sentuhan fisik seperti pelukan

Keduanya ini sama-sama berperan penting untuk melatih kemampuan komunikasi anak usia sekolah.

Beberapa Cara untuk Melatih Keterampilan Komunikasi Anak Usia Sekolah

1. Mendengarkan secara aktif

Saat berbicara dengan anak, pastikan level mata Anda dan anak sejajar. Tatap matanya, gunakan senyuman dan anggukan, berikan respon untuk menunjukkan Anda mendengarkan dengan penuh perhatian.

Berbagai respon dan pertanyaan singkat di sepanjang anak bercerita seperti:

“Oh ya?”
“Seperti apa contohnya?”
“Lalu setelah itu apa yang terjadi?”
“Wah, mengapa bisa begitu ya?”
“Terus bagaimana?”
menunjukkan Anda menyimak dengan cermat sekaligus mengajari mereka cara bercerita dengan detail dan runut.

2. Mendengarkan secara reflektif

Salah satu cara yang bagus untuk menunjukkan kepada anak bahwa Anda memperhatikan dan peduli dengan apa yang mereka katakan adalah dengan bertindak seperti cermin. Ulangi kembali apa yang mereka katakan dengan menggunakan kata-kata yang berbeda. Misalnya, jika si kecil berkata, “Sekarang saya nggak bermain dengan Anna lagi,” Anda dapat menjawab dengan, “Kamu nggak bermain dengan temanmu?”. Ini memberi ruang bagi anak Anda untuk mengekspresikan emosinya tanpa menghakimi. Setelah itu, siap-siap mendengarkan mereka curhat!

3. Berbicara dengan jelas

Gunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh si kecil sesuai dengan usianya. Jelas, spesifik, dan jangan gunakan kata-kata yang merendahkan. Jika ingin memberi instruksi, gunakan kalimat sesingkat mungkin. Hindari meminta anak melakukan tiga hal sekaligus dalam satu instruksi.

Baca juga: 6 Kesalahan Orang Tua yang Bisa Menghambat Perkembangan Komunikasi Anak

4. Membuat label emosi

Belajar menamai perasaan anak juga bisa membantu melatih keterampilan komunikasi anak sehubungan dengan emosi. Anak-anak mengungkapkan perasaannya melalui bahasa nonverbal seperti menangis, tertawa, mendengus, dan seterusnya. Orang tua bisa membantu menerjemahkan bahasa nonverbal menjadi bahasa verbal kepada anak agar anak-anak lebih memahami arti dari emosi yang mereka rasakan, misalnya:

Menangis = sedih
Tertawa = gembira, bahagia, riang, bersemangat
Merengut, mendengus = kesal, tidak peduli
Menguap = mengantuk
Menunduk sambal memainkan ujung baju = cemas, khawatir, malu, tidak nyaman

5. Menggunakan pernyataan “memperhatikan” ketika memuji

Ketika memuji anak atas tindakan yang mereka lakukan, cobalah gunakan kalimat pernyataan “memperhatikan”. Contohnya: ganti kalimat “Wah, good job, nak!”, dengan “Mama perhatikan kamu sudah bertanggung jawab menyimpan piring kotor sendiri ke tempat cucian. Keren!” Bentuk komunikasi ini mengandung arti bahwa mommies memerhatikan dan menghargai apa yang mereka kerjakan. Ini akan membuat mereka merasa nyaman.

6. Tetap lakukan percakapan ringan dan santai

Selama perjalanan di dalam mobil, berbelanja ke supermarket, olah raga di Minggu pagi, saat bermain, tetaplah mengobrol santai diselingi canda tawa. Ini akan menambah kosa kata anak sekaligus memperkuat hubungan orang tua dan anak.

7. Validasi emosi

Dalam sebuah sesi parenting dengan topik validasi emosi anak, Ellen Kristi, Pendiri Komunitas Charlotte Mason Indonesian menjelaskan bahwa, melakukan validasi emosi pada anak sejak dini saat mereka merasakan atau mengalami emosi negatif, kelak bisa membantu mereka dalam mengkomunikasikan perasaan dan menceritakan masalah mereka secara kronologis.

Baca juga: Validasi Perasaan Anak dengan 6 Teknik Ini Untuk Redakan Emosi

8. Melakukan kegiatan narasi

Minta anak membaca buku yang sesuai usianya, setelah selesai, mintalah ia kembali untuk menarasikan apa yang ia baca. Pada awalnya, anak mungkin baru bisa menceritakan kembali isi buku dengan sangat singkat, namun jika kegiatan narasi dijadikan kebiasaan, anak akan terlatih untuk menceritakan kembali apa yang ia baca dengan lebih jelas, runut, detail dan lengkap. Narasi bisa membantu meningkatkan keterampilan berbahasa anak.

9. Dorong anak membaca buku yang setingkat di atas usianya

Dorong anak untuk membaca buku dan cerita yang sedikit di atas tingkat kompetensinya. Boleh banget memperkenalkan buku-buku biografi yang menarik untuk anak, buku sains atau budaya yang nggak selalu berkemas ilustrasi. Tentu ini akan menambah kosa katanya.

10. Menjadi teladan

Di rumah, anak cenderung meniru gaya komunikasi orang tua. Jadi, berhati-hatilah dalam berbicara kepada anak, terutama jika sedang emosi. Entah mengapa, kata-kata kasar dan negatif terkadang lebih mudah tertangkap di memori anak. Hati-hati, suatu waktu anak bisa mengeluarkan kata makian atau umpatan serupa yang didengar oleh orang tua. Itulah sebabnya orang tua perlu mindful setiap berbicara kepada anak.

Baca juga: 8 Kalimat Menyakitkan dari Orang tua yang Sering didengar Anak

Image:Image by Lifestylememory on Freepik

Share Article

author

Sisca Christina

Ibu dua anak yang berprofesi sebagai digital nomad, yang juga suka menulis. Punya prinsip: antara mengasuh anak, bekerja dan melakukan hobi, harus seimbang.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan