Kalimat menyakitkan dari orang tua seperti apa yang sering didengar anak dan hingga mereka dewasa terekam kuat di memori mereka? Catat dan hindari ya, Mom!
Satu minggu yang lalu saya berbagi cerita mengenai pengalaman di dalam ruang praktik saya sebagai seorang Filial Play Coach. Tentang seorang anak perempuan usia 8 tahun yang merasa sedih mendengar kalimat yang sama diucapkan oleh ibunya berkali-kali. Kalimat yang berhasil membuat dia merasa insecure ditinggal pergi oleh ibunya. Kalimat yang tidak berani jauh-jauh dari ibunya.
Kalimatnya adalah: Kalau kamu nangis terus, ibu tinggal pergi ya, biarin aja kamu nggak punya ibu lagi!
Si Ibu, ketika saya ajak ngobrol, kaget dan merasa bersalah, karena dia tidak tahu kalau kalimat yang menurutnya biasa saja ternyata memberi efek negatif luar biasa pada si anak.
Ini sebuah contoh, di mana sebagai orang tua, kita seringkali tidak sadar bahwa apa yang keluar dari mulut kita bisa membentuk anak dengan kepribadian positif atau negatif. Saya pun bertanya pada banyak orang dewasa tentang kalimat menyakitkan apa yang pernah mereka dengar dari orang tua mereka, dan masih mereka ingat hingga mereka dewasa.
Baca juga: Ciri Orang tua Toxic dan Cara Menghadapinya
– Mama/Papa menyesal pernah melahirkan kamu.
– Kalau tahu kamu kayak gini mending dulu mama gugurin.
– Seandainya tahu kamu akan seperti ini, abis melahirkan mendingan dibuang aja.
– Kenapa sih kamu kok nggak bisa seperti adik/kakak kamu? Mereka tuh hebat lho.
– Masa begitu aja kamu nggak bisa, padahal anak-anak lain bisa.
– Malui-maluin orang tua aja deh, kok kalah sama anaknya tante A.
– Mama doain hidup kamu susah dan nggak bakal maju, biar tahu rasa kamu!
– Moga-moga nanti kamu mandul, jadi nggak punya anak dan nggak ngerasain apa yang mama rasakan sekarang.
– Lihat aja nanti, nggak ada yang mau sama kamu, jadi anak kok nyebelin banget.
– Dasar keset suami, apa-apa kok ngikutin apa kata suami.
– Tolol banget sih, kepala ada otaknya atau nggak ada?
– Tingkah laku kok kaya pelacur, dekat sama cowok-cowok.
Baca juga: Surat Untuk Mamaku yang Toxic
– Yakin kamu bisa? Kok papa nggak yakin tuh kamu mampu.
– Ah kalau berhasil juga palingan karena kamu beruntung aja, bukan karena kamu mampu.
– Mana mungkin kamu bisa sesukses si A, secara kualitas aja kamu udah jauh di bawah dia.
– Kamu itu sudah bagus disekolahkan tinggi-tinggi, harusnya berterima kasih bukannya melawan orang tua.
– Mama bisa aja nggak melahirkan kamu lho, tapi mama tetap melahirkan kamu jadi semestinya kamu itu bersyukur.
– Ya ini kan sudah jadi tanggung jawab kamu, hitung-hitung biaya orang tua membesarkan kamu dulu.
– Dulu itu mama berhenti kerja demi kamu, kalau seandainya mama nggak berhenti kerja, kondisi mama nggak akan seperti ini.
– Mama ditinggal papa karena kamu sering bikin mama stress, jadinya mama marah-marah dan papa nggak tahan sama mama.
– Kamu nggak tahu apa yang ibu dan bapak alami dulu, kalau kamu yang mengalami belum tentu kamu sanggup seperti kami.
– Halah, dulu ibu nggak kerja, cuma bapak yang kerja, tapi bisa tuh beli rumah. Kamu udah suami istri kerja, rumah kok masih ngontrak.
– Mama dulu nggak RT, urus anak sendiri, semua beres. Kamu begini aja nggak bisa.
Sebagian besar yang bercerita adalah orang dewasa dengan rentang usia 21 hingga 45 tahun. Belasan hingga puluhan tahun dari kalimat itu diucapkan oleh orang tuanya, mereka masih ingat dengan sangat baik dan masih membekas sakit yang mereka rasakan zaman dulu.
Banyak dari mereka yang membawa luka itu tanpa tahu bagaimana cara mengobatinya. Berharap bahwa waktu akan memulihkan. Ternyata belum tentu. Tak jarang, trauma masa lalu itu membayangi cara mereka membesarkan anak di masa kini.
Namu mengutip sebuah balasan di dm Instagram saya, mungkin ini yang bisa kita lakukan:
Berdamai dengan masa lalu memang tidak mudah. Tapi membentuk masa depan anak-anak kita untuk tidak merasakan hal yang sama seperti yang pernah kita alami dulu, semoga dimudahkan.
Image dari sini