Pernah dengar istilah gangguan seksual, kelainan seksual, dan kelainan seksual. Apakah ketiga istilah ini memiliki arti yang sama?
Maraknya pelecehan seksual yang belakangan semakin sering terjadi di Indonesia pasti membuat resah banyak orang tua. Pasalnya, pelecehan seksual ini tidak hanya terjadi pada perempuan saja tapi juga kepada laki-laki, seperti berita pelecehan seksual yang terjadi pada seorang laki-laki di toilet sebuah mall di daerah Tangerang baru-baru ini.
Pelecehan seksual juga bisa menyebabkan seseorang mengalami trauma seksual atau bahkan kelainan seksual pada beberapa orang. Selain kelainan seksual, ada beberapa istilah lain yang muncul seperti gangguan seksual dan kecanduan seksual.
Membingungkan? Untuk memahami dan mengenali lebih lanjut mengenai masing-masing istilah tersebut, simak penjelasannya berikut ini.
Bertanya langsung pada dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM), seorang sexologist yang juga anggota Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) mengenai gangguan seksual, kecanduan seksual, dan kelainan seksual ternyata merupakan tiga kondisi yang berbeda.
Gangguan seksual atau dalam istilah lain disebut disfungsi seksual merupakan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan dan menikmati aktivitas seksual yang menyenangkan seperti gangguan libido, gangguan ejakulasi, gangguan orgasme, nyeri seksual, dan gangguan bangkitan seksual (disfungsi ereksi pada laki-laki dan gangguan lubrikasi vagina pada perempuan).
Sementara itu, kecanduan seksual adalah gangguan yang ditandai dengan kesulitan untuk mengendalikan dorongan seksual dan perilaku kompulsif untuk melakukan aktivitas seksual, khususnya hubungan seksual.
dr. Haekal menjelaskan kecanduan seksual, seperti misalnya hiperseksual, berbeda kondisinya dengan orang yang memiliki libido tinggi. Ini dikarenakan penderita kecanduan seksual tidak sanggup mengendalikan hasrat seksualnya dan harus melampiaskan hasratnya segera tanpa melihat waktu, tempat, situasi, dan kondisi, bahkan bisa melakukannya pada siapa saja. Sehingga, pelaku berisiko merugikan orang lain bahkan dirinya sendiri. Sedangkan, orang dengan libido tinggi masih sanggup dan santun dalam mengendalikan hasrat seksualnya.
BACA JUGA: Ini Dia, 6 Masalah Seks di Usia 40 dan 50 Tahun
Sedangkan, kelainan seksual atau parafilia adalah gangguan perilaku seksual seseorang yang terangsang secara kuat dengan objek benda atau bentuk aktivitas yang umumnya tidak membangkitkan hasrat seksual pada orang lain.
Menurut penjelasan dr. Haekal, sebenarnya hal ini beririsan dengan preferensi seksual setiap orang yang berbeda-beda, namun dikategorikan tidak normal jika berlangsung kronis dan pelaku kesulitan untuk menghindari perilaku tersebut bahkan sampai merugikan orang lain.
Misalnya, seseorang yang bisa terangsang dengan objek benda atau bagian tubuh non seksual dan memaksa orang lain untuk melakukannya, atau hanya bisa terangsang jika menggesekkan alat kelaminnya pada orang lain secara diam-diam tanpa persetujuan, mempertontonkan alat kelamin, hingga mengintip orang lain.
Ada beberapa jenis dari kelainan seksual atau parafilia, antara lain:
Pada orang yang mengidap gangguan seksual, penyebabnya berasal dari faktor fisik seperti gangguan hormonal, penyakit pembuluh darah, gangguan saraf, cedera tulang belakang, infeksi menular seksual, hingga faktor psikis seperti cemas tentang seks, stres, ekspektasi yang berlebihan, dan masalah hubungan dengan pasangan. Pengaruh kadar hormon, masalah kesehatan mental seperti depresi, menopause, diabetes, hingga mengonsumsi obat-obatan tertentu juga bisa menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan seksual.
dr. Haekal juga turut menjelaskan, pada orang yang kecanduan seks, penyebab pastinya belum ditemukan, sebab kondisi ini bisa terjadi karena berbagai faktor seperti faktor biologis atau organik, misalnya ketidakseimbangan senyawa kimia di otak dan hormonal. Ada juga faktor psikis yang disebabkan trauma seksual di masa lalu, rasa rendah diri, dan faktor lingkungan seperti didikan keluarga yang keras hingga tidak mendapatkan kasih sayang orang tua.
Berbeda lagi pada orang yang mengidap kelainan seksual. Penyebabnya bisa karena faktor biologis, gangguan mental, hingga trauma seksual atau pelecehan seksual yang berulang.
Mengobati gangguan atau disfungsi seksual harus dilihat dan ditentukan dari kondisi yang menyebabkan gangguan tersebut terjadi. Sebagian besar bisa disembuhkan dan diobati secara fisik dan psikologis. Misalnya jika gangguannya adalah disfungsi ereksi yang disebabkan diabetes yang tidak terkendali, maka perlu diobati terlebih dulu penyakit diabetesnya agar pengobatan disfungsi ereksi berjalan optimal.
Sedangkan untuk kecanduan seks (hiperseksual) dan kelainan seksual (parafilia) dapat diatasi dengan kombinasi berbagai terapi dengan psikolog atau psikiater yang lebih kompleks dan dilakukan jangka panjang, termasuk dengan psikoterapi dan obat-obatan.
BACA JUGA: 5 Tips Agar Scheduling Sex Tak Kalah Seru dengan Sex Spontan
Cover: Photo by Pixabay on Pexels