Pentingkah menerapkan pendidikan seks pada balita? Apa saja yang perlu orangtua perhatikan dan seberapa jauh anak perlu dibekali pengertian tentang seks?
Rasanya, hampir semua orangtua setuju, ya, kalau anak perlu diberikan pengetahuan tentang seks. Bukan tentang hubungan seksual, ya, yang kerap membuat kata “seks” sendiri menjadi tabu. Padahal, kalau di KBBI sendiri, makna “seks” adalah jenis kelamin, semua yang berhubungan dengan alat kelamin, artinya anak pun telah memilikinya sejak lahir. Maka, kemudian kita bertanya-tanya, seberapa penting menerapkan pendidikan seks pada anak kita yang masih balita? Apa saja yang perlu kita perhatikan ketika menjelaskannya pada anak dan seberapa jauh anak perlu dibekali pengertian tentang seks?
Bayangkan saja, begitu anak lahir, keseharian kita sebagai ibu baru (dan ayah baru) adalah memastikan anak sehat, seluruh organ tubuhnya berfungsi dengan baik, tidak terkecuali, alat kelaminnya. Penting untuk orangtua menjaga kesehatan dan kebersihan vagina maupun penis, terutama di usia balita, karena bila tidak terjaga, anak mungkin berisiko mengalami infeksi saluran kemih (ISK) yang tentunya berpengaruh terhadap perkembangannya. Maka, ketika anak memasuki usia balita, ia pun perlu..
Dengan catatan, dikenalkan dengan nama atau istilah yang benar, ya, bukan dengan menggantikannya dengan sebutan lain. Penis, ya, penis, bukan “burung”. Vagina, ya, vagina, bukan yang lain! Kenapa penting untuk anak mengenal nama alat kelaminnya sendiri? Bayangkan bila anak mengalami nyeri atau rasa tidak nyaman di private area-nya tapi ia tidak memiliki kemampuan untuk mengatakannya, apa nggak makin tersesat kita menebak-nebak? Alat kelamin itu bukanlah sesuatu yang “kotor” atau dalam konteks ini, tidak layak disebut.
Anak punya otoritas 100% atas tubuhnya sendiri, jadi siapapun yang menyentuh tubuhnya (bukan hanya alat kelaminnya saja, lho, ya), perlu minta ijin. Buat balita, mungkin ketika mengajarkan hal ini, kita malah bakalan dilempari pertanyaan yang kita sendiri bingung gimana jawabnya. Setidaknya, mulai usia 1,5 tahun kita bisa membiasakan untuk menjelaskan anak segala tindakan kita ketika membantunya membersihkan diri. Begitu anak sudah masuk usia 4 tahun, kita bisa jelaskan dengan, “Ketika kamu sudah bisa mandi sendiri, tanpa bantuan Mama/Papa, artinya kamu sudah bisa menjaga tubuhmu dan kamu bisa menolak saat orang lain menyentuh tubuhmu.” Jadi, tidak hanya bagian private area, yaitu dada, bokong dan area alat kelamin yang tidak bisa disentuh, tapi seluruh bagian tubuhnya. Anak akan paham bahwa tubuhnya adalah miliknya, oleh karena itu, tidak selamanya ia akan dibantu mandi.
Ketika anak sudah masuk usia pra-sekolah, ia akan menghadapi lebih banyak orang asing dan kita sebagai orangtua tidak bisa 24 jam mengawasinya. Di sini, kita perlu menanamkan “rambu-rambu” ketika anak berada di luar pengawasan kita. Beberapa rambu berikut bisa jadi acuan:
Dengan menerapkan kebiasaan ini sehari-hari di rumah, anak pasti akan tahu dan paham tentang otoritas terhadap tubuhnya sendiri. Sehingga, ketika suatu saat anak diminta untuk melakukan hal yang tidak wajar oleh orang lain, tidak peduli seberapa dekat atau seberapa baiknya orang itu memperlakukan anak kita, anak akan berpikir beberapa kali untuk mengi-iya-kannya. Maka, tanamkanlah pendidikan seks yang tepat pada anak kita sedini mungkin!
Image by stockking on Freepik