Kunci Mengajarkan Pendidikan Seks pada Balita

Parenting & Kids

RachelKaloh・25 Apr 2023

detail-thumb

Pentingkah menerapkan pendidikan seks pada balita? Apa saja yang perlu orangtua perhatikan dan seberapa jauh anak perlu dibekali pengertian tentang seks?

Rasanya, hampir semua orangtua setuju, ya, kalau anak perlu diberikan pengetahuan tentang seks. Bukan tentang hubungan seksual, ya, yang kerap membuat kata “seks” sendiri menjadi tabu. Padahal, kalau di KBBI sendiri, makna “seks” adalah jenis kelamin, semua yang berhubungan dengan alat kelamin, artinya anak pun telah memilikinya sejak lahir. Maka, kemudian kita bertanya-tanya, seberapa penting menerapkan pendidikan seks pada anak kita yang masih balita? Apa saja yang perlu kita perhatikan ketika menjelaskannya pada anak dan seberapa jauh anak perlu dibekali pengertian tentang seks?

Tidak pernah terlalu cepat

Bayangkan saja, begitu anak lahir, keseharian kita sebagai ibu baru (dan ayah baru) adalah memastikan anak sehat, seluruh organ tubuhnya berfungsi dengan baik, tidak terkecuali, alat kelaminnya. Penting untuk orangtua menjaga kesehatan dan kebersihan vagina maupun penis, terutama di usia balita, karena bila tidak terjaga, anak mungkin berisiko mengalami infeksi saluran kemih (ISK) yang tentunya berpengaruh terhadap perkembangannya. Maka, ketika anak memasuki usia balita, ia pun perlu..

Mengenal alat kelaminnya sendiri

Dengan catatan, dikenalkan dengan nama atau istilah yang benar, ya, bukan dengan menggantikannya dengan sebutan lain. Penis, ya, penis, bukan “burung”. Vagina, ya, vagina, bukan yang lain! Kenapa penting untuk anak mengenal nama alat kelaminnya sendiri? Bayangkan bila anak mengalami nyeri atau rasa tidak nyaman di private area-nya tapi ia tidak memiliki kemampuan untuk mengatakannya, apa nggak makin tersesat kita menebak-nebak? Alat kelamin itu bukanlah sesuatu yang “kotor” atau dalam konteks ini, tidak layak disebut. 

Tubuhnya, bukan hanya alat kelaminnya, adalah miliknya 

Anak punya otoritas 100% atas tubuhnya sendiri, jadi siapapun yang menyentuh tubuhnya (bukan hanya alat kelaminnya saja, lho, ya), perlu minta ijin. Buat balita, mungkin ketika mengajarkan hal ini, kita malah bakalan dilempari pertanyaan yang kita sendiri bingung gimana jawabnya. Setidaknya, mulai usia 1,5 tahun kita bisa membiasakan untuk menjelaskan anak segala tindakan kita ketika membantunya membersihkan diri. Begitu anak sudah masuk usia 4 tahun, kita bisa jelaskan dengan, “Ketika kamu sudah bisa mandi sendiri, tanpa bantuan Mama/Papa, artinya kamu sudah bisa menjaga tubuhmu dan kamu bisa menolak saat orang lain menyentuh tubuhmu.” Jadi, tidak hanya bagian private area, yaitu dada, bokong dan area alat kelamin yang tidak bisa disentuh, tapi seluruh bagian tubuhnya. Anak akan paham bahwa tubuhnya adalah miliknya, oleh karena itu, tidak selamanya ia akan dibantu mandi.

Kunci ketika anak berhadapan dengan orang lain

Ketika anak sudah masuk usia pra-sekolah, ia akan menghadapi lebih banyak orang asing dan kita sebagai orangtua tidak bisa 24 jam mengawasinya. Di sini, kita perlu menanamkan “rambu-rambu” ketika anak berada di luar pengawasan kita. Beberapa rambu berikut bisa jadi acuan:

  1. Ada kata “tidak” yang bisa anak sampaikan ketika ada orang yang ingin menyentuh tubuhnya. Namun, ada guru di sekolah yang bisa membantunya ketika ia buang air kecil atau buang air besar. Membantunya bagaimana? Mengawasi ketika anak membersihkan dirinya. Karena itu, pastikan toilet training tidak hanya terjadi di sekolah, tapi harus lebih banyak dilakukan di rumah dengan pengawasan Anda.
  2. Dengan teman, berjabat tangan, salaman/tos, berpelukan boleh dilakukan. Yang tidak boleh dilakukan adalah mencium teman, membiarkan temannya menggendongnya atau menempelkan badannya. 
  3. Ke manapun dan di manapun anak wajib berpakaian. Membuka baju atau celana hanya bisa dilakukan di kamar ganti/toilet/kamar mandi, termasuk saat berada di kolam renang umum. Anak bukanlah pengecualian untuk kita biarkan telanjang hanya karena kita tidak mau melipir sebentar ke ruang ganti. 
  4. Ketika bermain, hindari membuka baju. Buat anak perempuan, akan lebih baik untuk mengenakan celana pendek sebagai dalaman ketika mengenakan rok, supaya ketika ia duduk bersila, celana dalamnya tidak langsung terlihat. 
  5. Anak berhak memilih ketika ia menyapa orang lain. Tidak bisa kita paksa untuk mencium, memeluk maupun “digendong” orang lain bila anak merasa tidak nyaman atau bahkan secara jelas menolaknya. Hal ini kerap terjadi ketika ada acara kumpul keluarga. Sebagai orangtua, ingatlah bahwa ini adalah hak utama anak, ya, meski mungkin anak kita bakal dianggap sombong. Karena balik lagi, itu adalah pilihannya. 

Dengan menerapkan kebiasaan ini sehari-hari di rumah, anak pasti akan tahu dan paham tentang otoritas terhadap tubuhnya sendiri. Sehingga, ketika suatu saat anak diminta untuk melakukan hal yang tidak wajar oleh orang lain, tidak peduli seberapa dekat atau seberapa baiknya orang itu memperlakukan anak kita, anak akan berpikir beberapa kali untuk mengi-iya-kannya. Maka, tanamkanlah pendidikan seks yang tepat pada anak kita sedini mungkin!

Baca juga: 5 Negara dengan Pendidikan Seks Terbaik di Dunia

Image by stockking on Freepik