Dalai Lama menjadi sorotan usai videonya yang meminta seorang anak mengisap lidahnya menjadi viral. Berdalih ini adalah becandaan dan meminta maaf, namun banyak yang menganggap ini pelecehan.
Baru kemarin saya sempat menonton dengan cukup jelas video yang memperlihatkan Dalai Lama sedang berhadapan dengan seorang anak, dan dia mencium bibir si anak, menjulurkan lidah dan meminta sang anak mengisap lidah Dalai Lama. Mau bicara jujur? Saya jijik. Bahkan ketika potongan video itu wira-wiri di media sosial, saya segera skip saking geli dan tidak nyamannya melihat kejadian tersebut.
Yes, saya membaca bahwa menjulurkan lidah adalah salah satu budaya di Tibet yang menunjukkan rasa hormat atau sebagai salam. Tapi, berhenti sampai di sekadar menjulurkan lidah. Tidak lebih, tidak ada kelanjutan untuk meminta orang lain mengisap lidah kita. Dalai Lama sendiri sudah meminta maaf atas “candaan” yang dia lakukan. Tapi apakah cukup? Saya tidak kenal dengan anak tersebut, saya juga tidak kenal dengan orang tuanya, tapi jika itu terjadi pada anak saya, saya yakin permintaan maaf saja kok rasanya tidak cukup bagi saya. Entalah, apalagi jika candaan itu dilakukan oleh seorang tokoh penting dunia yang segala tindak tanduknya kerap dilihat plus dicontoh oleh banyak orang.
Sebagai orang tua, sudah pasti, candaan meminta anak saya mengisap lidah orang lain tidak akan lolos sensor. Siapa pun itu yang meminta atau melakukannya. Rasa-rasanya penting bagi kita orang dewasa untuk menelaah kembali, bentuk candaan yang layak untuk kita lakukan apalagi jika itu melibatkan seorang anak. Ini dari sudut pandang saya sebagai seorang ibu yang tentu saja ingin melindungi anak.
Baca juga: Pelecehan Seksual Oleh Pemuka Agama, Apa yang Bisa dilakukan Orang tua?
Menurut mbak Vera Itabiliana selaku Psikolog Anak dan Remaja yang praktik di LPTUI Salemba, Tiga Generasi, Jakarta Selatan dan Anak Spesial Mandiri, Depok, siapa pun itu, mau itu orang tuanya, tenaga pengajar, tokoh agama dan semua orang, dengan dalih apa pun (becanda atau tidak), anak seharusnya tetap terlindungi keamanan serta kenyamanannya. Termasuk dari hal-hal yang mungkin si anak belum paham, misal bagaimana dia harus bersikap jika ada di dalam situasi tertentu. Hindari menempatkan anak di dalam situasti yang dia belum paham betul akan menghadapi apa dan harus bersikap bagaimana.
Selanjutnya masih menurut mbak Vera, apa yang terjadi, Dalai Lama meminta seorang anak mengisap lidahnya, tentu saja membuat si anak menjadi kebingungan. Saat kejadian mungkin si anak belum paham apa yang terjadi, tapi setelah viral begini, bisa jadi anak merasa malu dan tidak nyaman.
Apakah orang tua boleh protes jika anaknya mengalami hal semacam ini?
Tentu saja sangat boleh bagi orang tua untuk protes atau mengajukan keberatan jika memang merasa hak perlindungan anaknya dilanggar, tidak peduli siapa pun pelaku pelanggaran tersebut. Ingat, bahwa orang tua adalah garda terdepan anak untuk menjaga hak-haknya. Demikian pengingat dari mbak Vera.
Nah, menurut kalian apakah yang dilakukan Dalai Lama itu melindungi keamanan dan kenyamanan anak? Kok jauh dari kata nyaman dan aman ya kalau menurut pendapat saya pribadi.