Sorry, we couldn't find any article matching ''
6 Kesalahan Ini Bisa Bikin Tantrum Anak Makin Parah dan Berbahaya di Masa Depan
Tantrum pada anak-anak itu biasa, tetapi keliru menerapkan pola pengasuhan dapat membuat sesuatu yang sebenarnya biasa berubah menjadi masalah yang serius.
Sebelum kita sampai pada kesalahan apa aja yang wajib dihindari, kita pahami dulu apa sih yang dimaksud dengan tantrum, terutama pada anak-anak?
Ini kata Vera Itabiliana Hadiwijojo, S.Psi., Psikolog, Psikolog Kinis Anak dan Remaja, “Tantrum diartikan mengamuk atau aksi fisik anak untuk mengungkapkan emosinya dalam bentuk menangis keras, berteriak, berguling-guling di lantai, melempar barang, memukul dan menendang saat ada keinginannya yang tidak dipenuhi atau anak merasa lelah, haus, dan lapar.”
“Sebenarnya tantrum adalah hal yang lumrah terjadi, umumnya sampai usia anak menjelang 6 tahun dan akan berangsur hilang saat anak sudah lebih fasih mengekspresikan emosinya lewat bicara tapi tentu saja anak perlu dilatih dan diberi contoh bagaimana cara mengelola emosinya untuk sampai ke tahap fasih tersebut,” tambah Vera.
Ketika tantrum terjadi, terutama di depan umum, demi terhindar dari rasa malu dan dipicu perasaan jengkel melihat anak menangis, menjerit-jerit plus atraksi berguling-guling di lantai, banyak orang tua menggunakan taktik hukuman yang justru memperburuk tantrum si anak. Terkadang bukannya mereda, amukan malah meningkat frekuensinya, menjadi lebih agresif. Dan ketika teknik yang dipakai keliru, seiring waktu akan semakin sulit diatasi.
Banyak orang tua menerapkan strategi hukuman, yang mereka anggap sebagai bentuk disiplin. Padahal arti dua kata itu aja sudah berbeda. Hukuman adalah tentang memberikan sanksi atas suatu kesalahan, sedangkan disiplin berarti mengajar atau mendidik.
BACA JUGA: Kenali 3 Jenis Tantrum yang Sering Ditemukan pada Anak
Kesalahan Menghadapi Anak Tantrum
Banyak teknik mengasuh anak secara keliru berfokus pada menghentikan suatu perilaku, alih-alih mengajari anak kemampuan untuk mengekspresikan emosinya dengan cara yang benar. Mari, kita bahas dulu 6 kesalahan ini.
1. Meladeni tantrumnya
Sikap meladeni ini justru memperkuat perilaku tantrumnya. Tapi mengancam dengan bilang, “Berhenti nangis atau Mama pukul kamu lebih keras” atau “Stop bertingkah kayak bayi gitu!” hanya akan mendorong anak Anda tambah ngamuk.
Jangan merayu apalagi minta maaf. Ucapan seperti, “Kita beli mainannya besok” atau “Maaf, ya, Mama larang kamu makan kue. Gimana kalo kuenya diganti buah aja?” Itu juga tidak membantu.
2. Menghibur anak saat tantrum
Jika anak menangis karena dia benar-benar sedih, Anda wajib menghiburnya. Namun jika mereka marah, berteriak, dan bersikap agresif karena menolak tidur siang atau makan, menghibur mereka hanya akan memperkuat perilaku tantrum.
3. Menyerah pada tuntutan anak
Kadang-kadang orang tua menyerah saat anak tantrum karena putus asa. Namun setiap kali Anda berkata, “Oke, baiklah. Kamu boleh ….” Ini artinya, demi anak mau tenang, Anda mengajari mereka bahwa marah dan berteriak histeris adalah cara terbaik untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Hasilnya, mereka akan belajar mengamuk lebih heboh, lebih lama, dan lebih keras.
4. Berulang kali mengancam anak
Mengancam hukuman yang tidak akan Anda berikan juga nggak akan berhasil malah bisa menjadi bumerang. Mengatakan, “Berhenti berteriak atau Mama kurung kamu di dalam kamar mandi” berulang kali tanpa benar-benar melakukannya, menunjukkan kepada mereka bahwa tindakan mereka akan selalu dimaklumi dan ucapan Anda tidak bisa dipercaya.
5. Menyogok anak
Ini sering banget terjadi. Keputusasaan mendorong orang tua mengambil jalan pintas, yaitu menyogok anak. Orang tua yang malu dan ingin anaknya berhenti menangis dan bangun dari lantai toko mungkin tergoda untuk mengatakan, “Mama akan beliin yang kamu mau asal kamu berhenti nangis dan berdiri.” Mommies, menyuap anak hanya akan mendorong mereka untuk lebih sering mengamuk.
6. Mengajak anak bernalar
Bayangkan ini: Anda sedang berdiri di tengah lorong supermarket lalu si kecil yang berusia empat tahun dengan wajah merah berteriak sekuat tenaga, mengangis, dan berguling-guling di lantai gegara Anda menolak membelikan sereal cokelat favoritnya. Karena malu, Anda cuma bisa memandangi dia.
Anda coba mengajaknya berpikir logis dengan bilang, “Sayang, ini kan cuma sereal. Nggak penting.” Iya, sih. Buat Anda, sereal rasa cokelat memang nggak sepenting gelang emas. Namun untuk anak sereal cokelat favoritnya sama seperti Hermes Birkin di mata Ibu-ibu sosialita.
Mommies, it won’t work. Ketika seorang anak mengamuk, otaknya nggak siap menerima pelajaran tentang apa yang masuk akal dan yang tidak. Jika Anda mencoba mendisiplinnya saat itu juga, percuma. Dia nggak akan ingat, tantrumnya memburuk, dan terus terulang lagi.
Lakukan Ini Saat Anak Tantrum
Nggak ada masalah tanpa solusi. Mommies bisa lakukan 6 saran di bawah ini untuk menghadapi dan mengatasi anak yang tantrum.
1. Jika sedang di tempat umum, bawa anak ke tempat sepi seperti toilet, area parkir, atau ke dalam mobil jika bawa kendaraan. Tenangkan anak atau beri dia waktu untuk menenangkan diri. Mommies juga perlu menenangkan diri. Jika sedang di rumah, ajak dia masuk ke dalam kamar. Setelah tenang, ajak anak bicara. Bantu dia mengenali emosinya. Mommies bisa tanyakan, “Kamu marah ya tadi?” Berikan label pada emosinya supaya dia bisa menjelaskan apa yang dia rasakan.
2. Tunjukkan bahwa Anda paham dan berempati dengan bilang, “Mama tahu kamu marah.” Lalu bahas batasan dan solusinya. Mommies bisa katakan, “Lain kali, kalau marah, cukup bilang ‘aku marah’. Tidak perlu teriak-teriak atau guling-guling. Sekarang, kita mau lanjut jalan-jalan atau pulang saja? Kalau mau lanjut jalan-jalan, kamu harus tenang ya.”
3. Jika memungkinkan, mengabaikan adalah strategi untuk membuat tantrum berhenti. Alihkan perhatian, pura-pura nggak dengar dan pergi menjauh. Pastikan Anda tidak memberikan perhatian apa pun terhadap rengekan dan jeritannya. Jika Anda berada dalam situasi di mana mengabaikan perilakunya bukanlah tindakan terbaik—seperti sedang di tempat umum atau acara serius lainnya—berikan anak Anda konsekuensi. Tempatkan anak di ruang terpisah untuk timeout jika perlu. Singkirkan hak istimewa jika perilaku buruk anak Anda mengganggu orang lain.
4. Ingat, hadiah tidak sama dengan suap dan sogokan. Menjanjikan hadiah sebelum pergi, dapat membantunya menjaga sikap. Mommies bisa bilang, “Kalau kamu bersikap manis dan mau bicara baik-baik, mungkin Mama mau mempertimbangkan membelikan yang kamu mau” atau “Jika kamu ingin sesuatu, ngomong baik-baik. Jangan nangis, menjerit, marah-marah, apalagi melempar-lempar barang”.
5. Ajari anak Anda cara yang pantas secara sosial untuk mengungkapkan kemarahan dan bantu anak mengatasi perasaan mereka dengan cara yang sehat.
6. Tantrum adalah cara anak untuk mengomunikasikan kebutuhanya yang belum terpenuhi. Daripada hanya melihat tantrum sebagai perilaku yang tidak diinginkan dan orang tua hanya mengandalkan ancaman dan hukuman, gunakan kesempatan ini untuk mengajar anak berkomunikasi dengan cara yang benar dan pantas.
BACA JUGA: Fase Tantrum pada Balita
Cover: Freepik
Share Article
COMMENTS