Sorry, we couldn't find any article matching ''
Siap Jadi Orangtua? Pastikan 5 Hal Ini Sebelum Memutuskan Punya Anak
Terlihat mudah, namun kenyataannya banyak hal yang harus disiapkan sebelum memutuskan punya anak. Calon orangtua wajib tahu.
“Having a baby is a life changer. It gives you a whole other perspective on why you wake up everyday” – Taylor Hanson
Memiliki anak dapat mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Tentunya, merupakan tanggung jawab utama orangtua untuk mengasuh, membimbing dan mendidiknya, serta memenuhi kebutuhannya hingga usia mandiri atau dewasa. Karena itu, perlu persiapan dan pertimbangan matang sebelum kita memutuskan ingin punya anak. Apa saja sih beberapa persiapan yang dapat dilakukan sebelum memutuskan punya anak?
1. Mental dan Psikologis
Persiapan mental dan psikologis menjadi salah satu hal utama yang harus dilakukan sebelum memiliki anak. Untuk menjadi orangtua, diperlukan kematangan dan kedewasaan dalam berpikir, memutuskan sesuatu, berkata-kata, dan bertindak. Anak akan menjadikan orangtua sebagai role model utama dan pertama, segala perbuatan akan diikuti dan dijadikan acuan oleh anak dan menjadi pegangan yang dibawa seumur hidupnya.
Krusial untuk orangtua memastikan kesiapan mental dan psikologis untuk menerima, mengasuh, hingga membimbing anak ke lingkungan baru bagi mereka, serta tentunya memberikan penanaman moral dan karakter baik bagi anak.
Untuk itu, kita sebagai orangtua pun dituntut menjadi pribadi yang selalu mau belajar, menerima masukan, mau mengakui kesalahan, dan siap memperbaiki diri serta mempunyai self management termasuk manajemen emosi yang baik.
Tentu saja hal ini tidak mudah, terutama untuk calon orangtua yang memiliki masalah inner child, luka batin tertentu atau trauma pengasuhan misalnya. Diri sendiri harus menyadarinya dulu, siap membuka diri untuk memulihkan luka atau trauma tersebut. Caranya beragam, bisa melalui jurnaling, meditasi, konsul dengan psikolog atau konselor yang ahli di bidangnya, atau cara lain terbaik bagi masing-masing individu. Proses healing ini pun dapat berlangsung dalam jangka waktu lama dan fasenya berbeda untuk setiap orang.
BACA JUGA: Viral di TikTok! Ini 5 Gaya Parenting yang Sedang Tren, Berminat Mencoba?
2. Kesehatan
Ada baiknya sebelum memiliki anak, pasangan memeriksakan diri atau melakukan medical check-up untuk memastikan calon ayah dan ibu sehat dan kuat serta aman kondisinya untuk menjalani proses kehamilan dan melahirkan. Dapat juga melakukan screening risiko kelainan yang mungkin terjadi pada calon bayi.
Proses ini penting sebagai bahan pertimbangan sebelum membuat keputusan memiliki anak. Jika sudah mengetahui kondisi warning kesehatan dan tetap memutuskan untuk memiliki anak, risiko yang mungkin terjadi dengan calon ibu dan bayi pun dapat diminimalisir dengan persiapan yang lebih baik, secara kesehatan, psikologis maupun finansial.
3. Finansial
Kesiapan finansial bukan berarti harus memiliki segalanya atau hidup dalam kemewahan ya, Mommies. Tapi memastikan kesiapan finansial utama untuk kehidupan anak, seperti tempat tinggal yang layak, biaya pendidikan atau sekolah, jaminan kesehatan termasuk vaksin dan pemeriksaan rutin, makanan yang bergizi baik, juga biaya cadangan jika terjadi hal yang tidak diinginkan misalnya melalui tabungan dana darurat atau asuransi kesehatan. Selain itu, alangkah baiknya jika diperhitungkan juga budget penunjang, misalnya budget rekreasi keluarga atau budget sarana transportasi yang nyaman untuk mobilitas keluarga.
Memang uang dapat dicari dan diusahakan seiring waktu, tapi dengan beberapa persiapan finansial, pastinya akan lebih memudahkan dan menenangkan. Persiapan finansial yang baik juga mencegah terjadinya hutang untuk membiayai kebutuhan anak, juga mengurangi kemungkinan menyusahkan keluarga atau orang terdekat, yang merasa turut bertanggungjawab dalam membiayai anak kita.
4. Kemampuan Komunikasi
Kemampuan berkomunikasi yang sehat dan baik dalam membersamai tumbuh kembang anak tentunya krusial, terutama di era digital dan keterbukaan informasi sekarang ini. Anak memerlukan ruang nyaman dan partner diskusi yang dapat memberinya perspektif dan bahan pertimbangan agar mereka memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk filtrasi informasi dan memutuskan hal paling bijak untuknya, tanpa merugikan dirinya dan orang lain.
Komunikasi dan diskusi dua arah antara orangtua dan anak juga penting, agar anak memiliki keyakinan dan kepercayaan diri untuk melangkah dan menyelesaikan masalah-masalahnya secara mandiri.
Hal ini penting dilakukan bukan hanya dengan anak, tapi juga dengan pasangan, atau pihak lain yang bertanggungjawab sama dalam pengasuhan (co-parenting), untuk menjaga konsistensi dan terciptanya struktur dalam pola asuh, di mana kedua hal tersebut sangat diperlukan agar anak tidak memiliki standar ganda dalam kesehariannya atau merasa kebingungan.
Untuk upgrade diri dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi, rajinlah membaca, mencari informasi, dan membahasnya dengan pasangan atau keluarga.
5. Time Management
Salah satu proses adaptasi ketika memiliki anak adalah menentukan skala prioritas dan membuat time management yang baik. Mulai dari proses kehamilan, melahirkan, menyusui dan mengasuh anak tentunya memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Mencari keseimbangan dalam menjalani peran sebagai istri, ibu rumah tangga atau pekerja tentunya tidak mudah. Jika memiliki anak, maka peran dan tanggung jawab akan bertambah, yaitu sebagai orangtua.
Berbagai peran tersebut memang dapat berjalan bersamaan, namun diperlukan kerjasama yang baik diantara pasangan suami istri dan support system yang lain misalnya keluarga atau pengasuh anak.
Tentukan skala prioritas dan buat jadwal sederhana yang dapat diikuti untuk memudahkan proses adaptasi ini. Hindari membebani diri terlalu banyak misalnya rumah yang selalu rapi atau makanan yang harus dimasak dengan tangan sendiri, karena tidak perlu segalanya sempurna.
Memiliki anak juga menuntut calon orangtua untuk meluangkan waktu berkualitas, melalui bermain bersama, membaca buku, menonton film atau makan bersama. Buat kesepakatan dengan pasangan mengenai waktu berkualitas ini, tinggalkan gadget sementara dan fokuskan waktu pada keluarga. Ibarat pohon, hubungan dengan keluarga pun penting dipupuk agar bonding tetap terjaga & proses tumbuh kembang anak lebih optimal.
BACA JUGA: Cara Membedakan Sperma Subur atau Tidak, Suami Harus Tahu
Cover: Photo by Yan Krukau on Pexels
Share Article
COMMENTS