Sorry, we couldn't find any article matching ''
Penting Untuk Orang tua: Ajarkan Anak Kemampuan Menyelesaikan Konflik, Ini Tipsnya!
Kemampuan menyelesaikan konflik menjadi salah satu tips penting agar seseorang tidak menjadikan kekerasan sebagai solusi di dalam menyelesaikan sebuah masalah. Mari cegah anak kita tumbuh menjadi pribadi penyuka kekerasan dengan cara-cara berikut ini.
Saat kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy mencuat, saya sempat bertanya apa yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak tidak tumbuh menjadi pelaku kekerasan? Dan jawabannya mbak Vera Itabiliana, selalu psikolog anak dan remaja sebagai berikut:
– Orang tua sebaiknya tidak membiasakan anak hidup di dalam kekerasan
– Orang tua tidak menjadikan kekerasan sebagai cara memecahkan masalah agar anak tidak mencontoh
– Orang tua perlu mengajarkan anak skill untuk mampu menyelesaikan konflik dengan benar, termasuk saat anak memiliki konflik dengan temannya.
Baca juga: Agar Anak Tidak Mencintai Kekerasan
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana orang tua bisa mengajarkan anak memiliki kemampuan menyelesaikan konflik dengan baik? Ini penjelasan mbak Vera Itabiliana.
1. Orang tua harus menjadi contoh
Coba kita bertanya ke diri sendiri, ketika kita sebagai orang dewasa sekaligue sebagai orang tua memiliki konflik, apa yang biasanya kita lakukan? Sebagai contoh, mama saya dulu kerap memberikan silent treatment ke anak-anaknya ketika berkonflik dengan kami, maka saya pun tumbuh menjadi pasangan yang terbiasa menerapkan silent treatment ketika berkonflik dengan pasangan. Butuh waktu bertahun-tahun sampai saya bisa belajar menciptakan komunikasi yang baik saat memiliki masalah dengan pasangan maupun anak-anak saya.
Maka pertanyaannya, bagaimana kita sebagai orang tua menyelesaikan konflik yang kita alami? Silent treatment, dengan kata-kata kasar, dengan lempar barang, atau kita cukup bijaksana melakukan diskusi, mencari inti permasalahan dan menemukan solusi? Jika kita tidak ingin anak cenderung menggunakan kekerasan saat menyelesesaikan sebuah konflik, maka jangan sampai kita memberikan contoh.
2. Biasakan anak memiliki kesempatan untuk bercerita tentang apa saja
Ingat banget, mbak Vera pernah kasih tahu saya, saat anak menceritakan sesuatu ke kita, orang tuanya, lepaskan dulu naluri untuk langsung memberikan nasihat atau mengkritik si anak. Biasakan anak untuk memiliki kesempatan menyampaikan pemikirannya, pendapatnya mengenai konflik yang dia hadapi, dengarkan anak terlebih dulu.
Termasuk jika anak berkonflik dengan saudaranya, berikan kesempatan yang sama untuk semua anak menyampaikan pendapat mereka, berikan kesempatan semua pihak untuk bicara.
3. Bahas tentang pilihan solusi serta konsekuensinya
Setelah anak berbicara mengenai konflik atau masalah yang dia hadapi, biasakan juga kita diskusikan mengenai solusi positif apa saja yang bisa dipilih oleh anak. Dari masing-masing solusi, jangan lupa dibahas juga konsekuensinya apa. Sebisa mungkin temukan win-win solution.
4. Beri waktu untuk menenangkan diri
Saya selalu bilang ke anak-anak, di saat sedang marah, sedih atau kecewa, apa pun yang mereka lakukan, jangan sampai merugikan diri sendiri, jangan sampai merugikan orang lain dan jangan sampai merusak sesuatu. Maka ketika anak sedang marah luar biasa, kasih anak waktu untuk menenangkan diri, baru setelah tenang lanjut bicara.
5. Ajarkan untuk menghargai perbedaan pendapat
Tidak semua hal harus selalu sesuai dengan keinginan anak kita. Anak perlu belajar bahwa ada kalanya terdapat perbedaan dan itu tidak kenapa-kenapa. Ini artinya sebagai orang tua kita juga harus mencontohkan bahwa saat anak memiliki pendapat yang berbeda dengan kita, kita juga tidak masalah.
Banyak tugas untuk kita sebagai orang tua, tugas yang tidak ringan sama sekali. Namun, jika kita sebagai orang tua bekerja sama dengan pasangan dan seluruh support system yang berperan di dalam membesarkan anak, semoga, kita bisa membesarkan seorang anak yang paham bahwa kekerasan bukanlah jalan keluar terbaik di dalam menyelesaikan konflik.
Share Article
COMMENTS