Ada banyak pertanyaan untuk papah yang ingin saya sampaikan seandainya papah masih hidup. Pertanyaan yang saya yakin membuat saya bisa lebih memahami beliau.
Papah meninggal ketika usia saya baru masuk 18 tahun. Saat itu saya baru memasuki serunya dunia kuliah. Papah meninggal ketika saya dan kakak-kakak sedang tidak di rumah. Kami mendapat kabar kepergiannya saat sedang di gereja. Saat itu saya menangis sebentar, kemudian semuanya terasa biasa-biasa saja. Sampai hari Papah dimakamkan, saya tidak menangis lagi. Ternyata bukan berarti tidak sedih, saya hanya tidak terbiasa menangis. Berminggu-minggu kemudian hingga puluhan tahun kemudian (alias detik ini), rasa rindu dan kehilangan itu hadir. Dan di luar itu semua, penyesalan yang paling besar saya rasakan.
Hubungan saya dengan papah tidak dekat, bahkan beberapa bulan menjelang papah meninggal, kami mengalami konflik. Bukan, bukan berarti papah adalah papah yang buruk, namun kebaikan papah memang tertutupi dengan sempurna oleh pertikaiannya dengan mama. Sebagai anak perempuan, saya terbiasa mendengar segala hal negatif tentang papah dari mulut mama. Satu hal yang membuat saya sekarang tidak mau berbicara buruk tentang ayahnya anak-anak.
Ini satu penyebab dari beragam penyebab mengapa seorang anak sulit memililiki hubungan yang akrab dengan papahnya. Di luar itu, bisa jadi kesibukan kita yang menghalangi kedekatan kita. Atau, rasa canggung karena memang sosok papah di keluarg adalah sosok yang sibuk bekerja dan hari-hari kita diisi oleh sentuhan mama atau pengasuh.
Tapi serius deh, kalau papah kalian adalah sosok yang baik serta penyayang, jangan pernah merasa terlalu sibuk untuk meluangkan waktu bersamanya sebelum dia pergi dan yang tersisa dalam hati kita tinggal kenangan serta kalimat: Seandainya saya dulu…..
Baca juga: Karena Mertua Juga Manusia…
Saya cukup yakin kalau papah akan menjawaab, kami, anak-anaknya. Karena sepanjang ingatan saya, papah selalu bangga dengan ketiga anak perempuannya. Mulai dari ketika kami masuk peringkat pertama di sekolah, kami ikut les tari Bali, kami tampil di panggung 17-an, sampai ketika kami dinyatakan keterima di Universitas Indonesia. Papa yang sibuk menelepon kesana kemari untuk mengumumkan ke seluruh dunia bahwa anaknya keterima di UI. Papa juga yang selalu dengan wajah bahagia mengatakan bahwa ketiga anak perempuannya itu cantik dan pintar. Papah yang dengan sabar mencari pembalut serta miniset untuk anak-anaknya yang memasuki usia remaja.
Saya cukup penasaran kenapa papah memilih kuliah di Trisakti dan mengambil jurusan ekonomi, apa alasan di balik itu? Saya juga penasaran dengan dunia kerja papah. Berangkat jam 9 pagi pulang jam 8 malam. Kadang teman-teman kantornya datang ke rumah dan duduk di teras karena mereka merokok sedangkan di rumah tidak boleh merokok sama mama. Saya penasaran bagaimana papah menangani konflik di pekerjaan, bagaimana papah menghadapi anak buah maupun atasannya.
Saya benar-benar tidak ada gambaran mengenai pertanyaan ini. Seperti apa sosok yang sangat berpengaruh di dalam hidup papah saya, kenapa papah menganggapnya sangat berpengaruh. Tapi kalau saya tahu, saya kayaknya jadi bisa menilai value seperti apa yang papah pegang, pribadi seperti apa yang ingin papah bentuk di dalam dirinya.
Terlepas seperti apa hubungan papah dengan eyang kakung, saya penasaran apakah ada sisi positif yang papah lihat dari eyang kakung saya alias papahnya papah? Dan mungkin setelah papah menjawab, saya akan memberitahu papah apa yang paling saya kagumi dari papah. Saya kagum dengan rasa cintanya yang besar ke anak-anaknya.
Baca juga: Ayah, Berhenti Melakukan 6 Hal Ini Saat Anak Perempuan Sudah Memasuki Usia SD
Di dalam sebuah pernikahan, di dalam konteks membesarkan anak, di dalam urusan pekerjaan, di dalam pertemanan, di dalam hal keuangan.
Karena ketika tahu jawabannya, saya ingin bertanya, apa yang membuat papah dulu tidak berani untuk mencoba melakukan atau menjalaninya? Apa ketakutan yang papah rasakan sehingga papah memilih tidak melakukannya.
Karena selanjutnya saya ingin bertanya, kalau begitu apa hal yang membuat papah bangga dengan saya? Saya ingin tahu dari kacamata seorang ayah, apa yang dia lihat dari anakya.
Mungkin saya bertanya ini karena di dalam hati saya ingin merasa tenang, bahwa papah saya pun juga pernah melakukan kesalahan dan terbukti dia baik-baik saja. Bahwa wajar melakukan kesalahan selama kita menyadarinya, menyesalinya dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Mungkin saya ingin mendengar papah mengatakan ke saya bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Para ayah seringkali menerima banyak kritikan terutama ketika menjalani perannya sebagai orang tua. Dengan bertanya mengenai hal ini, saya ingin papah menghargai dirinya sendiri dan menyadari bahwa sebagai seorang papah, beliau sudah melakukan tugasnya dengan baik.
Mungkin jawabannya adalah ketika melihat anak-anaknya sakit? Atau ketika menyadari bahwa anak-anak perempuannya beranjak remaja dan sudah memiliki pacar, ahahaha, atau ketika menyadari bahwa pernikahannya tidak baik-baik saja dan anak-anaknya harus melihat itu semua?
Bisa jadi ada cerita yang lucu, sedih atau mengecewakan yang selama ini papah simpan. Saya merasa pertanyaan ini bisa membuat saya melihat sisi lain dari sosok papah yang selama ini saya kenal.
Semua pertanyaan-pertanyaan di atas membuat saya merasa bisa melihat bahwa papah tak selalu kuat, tak selalu hebat, tapi dia juga seorang manusia yang punya kelemahan, yang butuh disayang, yang butuh dipeluk.
Jadi, kalian punya pertanyaan untuk papah nggak?