Sorry, we couldn't find any article matching ''
30 Tempat Wisata di Jakarta, Mulai dari Budaya, Kuliner, Hingga Alam
Mulai dari wisata budaya, kuliner, hingga alam, ini dia 30 tempat wisata di Jakarta dalam rangka menyambut HUT Jakarta ke 494.
Banyak sekali pilihan tempat yang bisa dikunjungi selama weekend atau hari libur. Mulai dari wisata budaya, kuliner hingga alam. Berikut beberapa tempat wisata di sekitar Jakarta yang bisa Mommies kunjungi bersama keluarga.
WISATA SEJARAH & BUDAYA
Kelenteng Jin De Yuan
Kelenteng yang terletak di Jl. Petak Sembilan, Pinangsia, Jakarta Barat ini adalah salah satu kelenteng tertua di Jakarta. Dibangun tahun 1650 oleh seorang Letnan Tionghoa bernama Kwee Hoen. Pada tahun 1740 kelenteng dibakar dan dirusak massa ketika terjadi pembantaian etnis China. Seabad setelah pembantaian kelenteng dipugar oleh Kapten Tionghoa bernama Oie Tjhie. Turis diperkenankan berkunjung namun harus mengikuti peraturan yang berlaku karena kelenteng ini juga digunakan sebagai tempat ibadah umat Budha.
Kota Tua
Ada sejumlah landmark historis di kawasan Kota Tua yang berlokasi di Jl. Pinangsia, Taman sari, Jakarta Barat ini. Seperti Museum Fatahillah, Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa, Museum Wayang, Museum Keramik, dan Toko Merah. Anda juga dapat kulineran di Cafe Batavia, Cafe Gazebo, atau mencicipi jajanan lokal pinggir jalan seperti gado-gado, soto, hingga kerak telor.
Gedung Chandra Naya
Di dalam Novotel Gajah Mada, terdapat gedung bersejarah bernama Chandra Naya. Cagar Budaya ini dulunya rumah milik mayor China bernama Khouw Kim An. pemimpin masyarakat Tionghoa yang sangat berpengaruh di era pemerintahan Hindia-Belanda. Pengunjung tak dipungut bayaran tapi tidak diperkenankan berswafoto ataupun memotret interior rumah tersebut.
Museum Bahari
Tempat bersejarah berusia 300 tahun ini dulu merupakan bangunan bekas komplek gudang untuk menyimpan pala, tembakau, kopra, lada, dan berbagai rempah lainnya. Salah satu koleksi yang bisa dilihat adalah model kapal-kapal milik Belanda lengkap dengan meriamnya. Pengunjung bisa menjadi saksi kemashyuran pertahanan Maritim Nusantara di masa lalu. Ada banyak spot untuk berfoto. Saat ini, sebagian galangan kapal dialihfungsikan menjadi café dan restoran.
Kampung Betawi Setu Babakan
Anda bisa mengunjungi museum Betawi yang akan membawa Anda melihat Betawi tempo dulu. Berkeliling kampung Setu Babakan paling asyik sambil mencicipi kerak telor, nasi ulam, pecak, dan banyak jajanan lainnya. Anda pun bisa mencoba membuat sendiri berbagai penganan Betawi seperti dodol, akar kelapa dan bir pletok. Setiap hari Minggu, rutin digelar acara kesenian Betawi seperti tari-tarian, musik, bela diri dan komedi yang dipentaskan di amfiteater.
Kampung Tugu
Ini merupakan kawasan kampung Betawi keturunan Portugis yang memeluk agama Kristen Protestan. Konon kabarnya, penghuni Kampung Tugu sudah ada lebih dulu daripada suku Betawi itu sendiri. Selain ragam budaya seperti tradisi Rabo-rabo dan musik keroncong, di Kampung Tugu juga bisa ditemukan aneka kuliner khas Betawi Kampung Tugu seperti ketan unti gula merah, pisang udang, apem kinca, dan pindang serani.
Museum Taman Prasasti
Semula ini adalah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun 1795. Pada tanggal 9 Juli 1977, dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Sayangnya, karena perkembangan kota, luas museum ini kini menyusut hingga tinggal 1,3 ha saja.
Pelabuhan Sunda Kelapa
Pelabuhan yang sudah ada sejak abad ke-5 Masehi ini menjadi saksi bisu kisah panjang kota Jakarta dari masa Kerajaan Tarumanegara hingga masa sekarang. Di sini kita bisa melihat kapal-kapal kayu sedang bersandar dengan sistem tumpang sirih yang hanya satu-satunya di dunia. Aktivitas utama di pelabuhan ini adalah bongkar muat barang. Kapal-kapal yang berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa adalah model Pinisi Lambo. Selain berfoto, wisatawan juga bisa naik perahu dengan membayar Rp 50 ribu per orang dan melihat-lihat panorama Sunda Kelapa yang memesona.
Gedung Arsip Nasional
Gedung Arsip Nasional dibangun oleh Reiner de Klerk (1710-1780) ketika menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC. Setelah sempat beberapa kali berpindah kepemilikan, pada tahun 1925 rumah ini dipugar oleh seorang perwira artileri berkebangsaan Denmark, Johannes Rach. Usai dipugar gedung ini digunakan sebagai Landsarchief dan setelah proklamasi kemerdekaan menjadi Arsip Nasional. Tahun 1995 Ratu Beatrix menandatangani memorandum untuk memugar bangunan bersejarah ini. Pemugaran selesai di awal tahun 1998. Paska pemugaran, Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia difungsikan sebagai museum dan ruang pamer. Pengunjung, terutama yang memiliki minat di bidang rancang bangun bakal terkagum-kagum dengan detail hiasan ukiran yang ada, termasuk hiasan dinding berupa “ubin sepia” buatan tahun 1761 yang diimpor langsung dari Rotterdam.
Pecinan Glodok
Nggak jauh dari Kota Tua Jakarta, Anda bisa mengelilingi china town atau pecinan Jakarta. Banyak bangunan yang masih dipertahankan bentuk aslinya. Jadi, jangan heran jika selama berkeliling, Anda bak kembali ke masa lampau. Selama di sana, kunjungi berbagai klenteng, vihara, toko-toko obat lawas, plus kulineran juga.
Bagaimana kalau Mommies hobi wisata kuliner? Ada 10 tempat wisata kuliner di Jakarta yang bisa Mommies tuju di halaman berikut.
PAGES:
Share Article
COMMENTS