banner-detik
WORK & CAREER

5 Tipe Rekan Kerja Super Nyebelin dan Tips Menghadapinya

author

Fannya Gita Alamanda25 Oct 2022

5 Tipe Rekan Kerja Super Nyebelin dan Tips Menghadapinya

Jika Mommies tidak merasa bahagia dan produktif di kantor, bisa jadi itu karena rekan kerja yang toxic. Ini tipe rekan kerja yang nyebelin dan tips menghadapinya.

Jika itu masalahnya, Mommies tidak sendirian. Faktanya, rekan kerja yang menyulitkan adalah salah satu penyebab utama demotivasi di tempat kerja.

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Olivet Nazarene University, sumber ketegangan nomor satu di tempat kerja adalah hubungan interpersonal. Hasil survei bilang, 36% peserta survei mengaku resign karena rekan kerja yang menyebalkan atau arogan, dan 96% karena nggak kuat menghadapi rekan kerja yang ‘ajaib’.

Kita semua pernah berurusan dengan rekan kerja yang kelakuannya itu bahkan membuat seorang Miranda Priestly terlihat bak ibu peri baik hati. Tapi kabar baiknya masalah ini bisa diatasi. Berikut adalah lima tipe rekan kerja menyebalkan dan tips menghadapi mereka.

1. Si Pengeluh

Kita semua manusia. Jadi, kadang-kadang mengeluh itu normal dan wajar. Tetapi bekerja dengan pengeluh kronis itu pasti sungguh melelahkan. Mereka fokus pada hal negatif dan masalahnya daripada mencari solusi. Dan bagian terburuk dari tipe rekan kerja model begini, seluruh tim bisa ikut terkontaminasi energi buruknya.

Hadapi dengan:

Pertama, Mommies bisa coba mendengarkan kisahnya dan kemudian mengubah topik pembicaraan secara halus. Pilihan lain, dorong mereka untuk mencari solusi. Ajukan pertanyaan seperti, “Bagaimana menurut kamu sendiri cara menyelesaikan masalahmu?” Ingatkan juga bahwa masalahnya tidak akan berubah jika mereka cuma mengeluh.

BACA JUGA: Perilaku Toxic ke Diri Sendiri di Dunia Kerja. Hati-hati, Ya!

2. Si Pencuri panggung

Rekan kerja yang doyan mencuri pujian yang seharusnya menjadi hak orang lain memang luar biasa menyebalkan. Dia menyukai sorotan dan senang menerima pujian yang bukan haknya untuk mengimbangi rasa insecure pada diri mereka sendiri.

Hadapi dengan:

Catat setiap pencapaian kita dan berikan kepada manajer tentang laporan pekerjaan yang sedang berjalan, secara teratur. Ungkapkan secara publik semua yang akan dan sudah lakukan. Karena jika diri sendiri tidak menghargai pencapaian yang sudah dilakukan, kemungkinan orang lain yang akan melakukannya.

3. Si Paling tahu

Ini model rekan kerja yang suka memonopoli percakapan, mengabaikan masukan dari orang lain, dan membuat keputusan tanpa mempertimbangkan semua fakta. Mereka senang mengendalikan orang lain, pendengar yang buruk, dan tak peduli pandangan orang lain. 

Hadapi dengan:

Pertama, dekati rekan kerja yang sulit ini sebagai sekutu. Coba manfaatkan orang tersebut untuk memecahkan masalah pekerjaan yang menantang. Dengan mencari saran mereka, memperlihatkan diri kita punya niat positif. Tapi jika perilaku mereka tidak berubah dan membuat pekerjaan tim hancur berantakan, yang terbaik adalah bicara secara langsung. Mommies dapat mengatakan, “Saya menghormati kamu dan ingin mendiskusikan sesuatu yang mengganggu saya.” Dengan melakukan percakapan satu lawan satu, kita bisa memberinya ruang untuk menyampaikan pendapatnya. Mungkin saja, mereka tidak tahu bahwa tindakan mereka berdampak buruk pada orang lain.

4. Penggosip kantor

Menurut Peggy Drexler, Ph.D., bergosip adalah cara manusia untuk saling menjalin ikatan. Tapi efek terburuknya, gosip yang keji bisa menyakitkan, merugikan orang lain, dan menciptakan kebencian di tempat kerja. Gosip jahat bisa menghancurkan tim bahkan perusahaan. 

Hadapi dengan:

Hindari ikut terlibat bergosip. Jika alur pembicaraan mulai berubah dari urusan pekerjaan ke gosip buruk tentang seorang rekan kerja apalagi atasan, Mommies bisa minta untuk mengubah topik obrolan. Taktik lain adalah menggiring topik pembicaraan kembali ke topik yang berhubungan dengan pekerjaan. Jika kita tahu seseorang menyebarkan desas-desus jahat, ingatkan mereka bahwa tindakan itu dapat merusak karier seseorang dan dengan sopan minta mereka untuk berhenti.

5. Si Diva

Pada dasarnya mereka memang berbakat dalam bidang mereka. Sayangnya, karena tahu dirinya berprestasi dan dianggap pemain bintang oleh bos, mereka mengharapkan perlakuan khusus dari semua orang di sekitar mereka. Senang bertindak seolah-olah peraturan hanya berlaku untuk karyawan ‘biasa-biasa aja’ tapi tidak untuk mereka. Ngeselinnya lagi, mereka nggak berusaha menyembunyikan sikap si Paling Penting, arogan, dan menganggap diri mereka aset perusahaan paling berharga.

Hadapi dengan:

Pertama-tama, tetap tenang. Konfrontasi langsung dengan mereka sulit berakhir damai karena mereka terbiasa membuat ulah dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Adu argumen hanya akan memperburuk keadaan.

Tapi itu tidak berarti kita harus menjadi kasar juga. Jika seorang yang merasa dirinya Diva bersikap kasar terhadap kita, cobalah selalu tenang dan tegas beri tahu mereka bahwa Mommies tidak menyukai tindakannya dan dia harus berhenti.

Ingat, jangan pernah merespon perlakuan buruk mereka. Jika mereka mengajak kita berdebat, tinggalkan. Harga diri mereka bakal terluka jika diabaikan.

Dan selalu dokumentasikan ketika dia berulah seperti menyebarkan gosip jahat, memaki-maki, apalagi main fisik dan mengancam. Catat kapan kejadiannya, apa masalahnya, dan siapa saja yang ada di sana. Jika perilaku negatif mereka berlanjut setelah kita tegur, bicarakan dengan HRD. Jika atasan malah dengan sengaja membela si Diva, cepat atau lambat lingkungan kerja yang toxic akan terbentuk. Kalau sudah begitu, sebaiknya pindah ke tempat kerja lain.

BACA JUGA: 7 Kategori dan Tanda ‘Lone Worker’, Apakah Anda Termasuk?

Cover image: Image by teksomolika on Freepik

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan