banner-detik
PARENTING & KIDS

Keuntungan Punya Anak di Usia 30-an

author

RachelKaloh02 Sep 2022

Keuntungan Punya Anak di Usia 30-an

Mommies yang sama-sama punya anak di usia 30-an pasti relate.

Kalau dibilang merencanakan, sebenarnya nggak segitunya juga. Tapi, saya pernah bilang sama suami, kalau saya maunya hamil anak kedua sebelum 35 tahun. Mungkin itulah yang namanya ucapan adalah doa, anak kedua saya lahir ketika usia saya belum sampai 35 tahun. Jadi, ini yang mau saya share, yaitu keuntungan punya (dua) anak di usia 30-an. Tapi disclaimer dulu, nih, bukan artinya Mommies yang kebetulan sudah lewat usia 30-an masih hamil itu tidak beruntung, lho, ya. Teman-teman saya pun, banyak juga yang bahkan sudah punya 2 sampai 3 buntut sebelum memasuki usia 30. So, beda pengalaman, beda cerita.

Masih bisa terhindar dari banyak risiko

Terlepas dari penyakit bawaan yang mungkin dimiliki seorang ibu, hamil di usia 30-an tahun (tepatnya sebelum 35) itu bisa dibilang masih jauh dari risiko terkena penyakit kronis, seperti diabetes, tekanan darah tinggi (preeklampsia maupun eklampsia), dan penyakit tiroid. Namun, perlu dicatat, ya, hal ini kembali ke riwayat kesehatan masing-masing orang. Tidak semua yang hamil di atas 35 tahun akan mengalami penyakit dan tidak semua yang hamil di usia 30 tahun 100% bebas dari penyakit tersebut. Yang jelas, hal ini ada hubungannya dengan poin selanjutnya, yaitu…

Masih bisa bergerak aktif tanpa banyak keluhan

Hal ini lagi-lagi tidak dipengaruhi oleh usia saja. Kalau kata Bidan Yesi Aprillia (@bidankita), kuat atau tidaknya perempuan ketika hamil dan melahirkan ditentukan dari seberapa besar kemauannya untuk tetap aktif bergerak. Semua ini kembali lagi ke diri sendiri. Kalau dari sebelum hamil sudah terbiasa berolahraga, maka ketika hamil dan melahirkan, tidak akan berat untuk menjalani rutinitas yang biasa dilakukan sebelumnya. Hanya saja, semua perlu proses. Nggak ada yang nuntut kita untuk bisa cepat-cepat olahraga lagi setelah melahirkan, kok. Memulainya lagi juga nggak perlu buru-buru. Yang jelas, kalau sudah terbiasa berolahraga dan menjalani hidup sehat, nggak akan sedikit-sedikit merasa jompo dan mengeluh kesakitan. Buat saya pribadi, badan pegal itu wajar, tapi kalau dasarnya sudah mager-an, ya salah sendiri. 

Lebih stabil dalam segi mental

Hamil dan punya anak di usia 25-an, meski dari segi fisik si ibu sudah siap, dari sisi mental, belum tentu. Bahkan jadi ibu baru di usia awal 30-an saja rasanya masih sama, kok, beratnya! Karena memang nggak ada, kan, perempuan yang benar-benar siap 100% menjadi ibu. Namun, mungkin bedanya ada di segi pemikiran, ibu usia 30-an biasanya sudah lebih matang. Sudah banyak melihat pengalaman orang di sekitar, sudah cukup “kenyang” dengan gaya hidup ala anak muda, sudah lebih aware akan edukasi sehingga lebih bijak mempersiapkan diri saat menjadi orangtua. Jadi begitu menghadapi urusan parenting, nggak segitu linglung-nya seperti perempuan di usia 20an awal.

Lebih stabil dalam segi finansial

Usia 30-an itu umumnya juga sudah lebih stabil dari segi finansial. Dalam dunia karir, biasanya sudah di level senior staff atau manager. Gaji yang diterima juga bukan gaji UMR, sehingga tidak akan segitu kagetnya melihat rincian biaya-biaya yang harus dipikirkan saat ingin punya anak. Dari biaya melahirkan, biaya imunisasi, sampai biaya masuk sekolah. Pun, sudah siap kalau mau merencanakan untuk punya anak kedua. 

Baca juga: Ini Daftar Biaya Melahirkan Tahun 2022 di RS Jakarta Selatan

Masih bisa hustling dalam segi karir

Berkaitan dengan poin sebelumnya, usia 30-an masih memungkinkan buat seorang perempuan untuk bisa menjalani dua aspek penting dalam kehidupannya, yakni menjadi ibu bekerja, apalagi kalau jenjang karirnya sudah di level yang menjanjikan. Meski demikian, hal ini tidak lepas dari tantangan lain, banyak juga ibu yang pada akhirnya harus memilih keputusan berat untuk merelakan pekerjaan dan jabatannya karena minimnya support system. Untuk Mommies yang saat ini lagi struggling, tetap semangat, ya!

Masih bisa career shifting

Alias resign dari satu perusahaan ke perusahaan lain dengan jobdesc yang berbeda yang mungkin lebih mom-friendly, atau resign dari menjadi karyawan untuk memulai usaha sendiri. Usia 30 tahun memungkinkan kita melakukan hal ini, di mana kita masih bisa jatuh bangun menjalani usaha kita sebelum mendekati masa pensiun. Setidaknya, periode mengumpulkan dana pensiun dari hasil usaha yang dijalani masih lebih panjang dibanding kalau baru memulainya 10 tahun kemudian. 

Baca juga: Ingin Career Shift? Siapkan 7 Hal Ini

Share Article

author

RachelKaloh

Ibu 2 anak yang hari-harinya disibukkan dengan menulis artikel dan content di media digital dan selalu rindu menjalani hobinya, menjahit.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan