Banyaknya berita duka yang datang dari dunia hiburan Korea belakangan ini membuat sisi gelap di belakangnya kembali jadi perbincangan. Jangan langsung terpukau dengan gemerlapnya saja, ya!
Sisi gelap dunia hiburan Korea kembali jadi sorotan pasca meninggalnya aktris muda Yoo Joo Eun pada Senin, (29/8) lalu karena bunuh diri. Sebelum meninggal dunia, Yoo Joo Eun diketahui meninggalkan pesan terakhir yang kemudian dibagikan oleh sang kakak di media sosial.
Dalam pesannya itu, aktris yang pernah membintangi drakor Big Forest dan Joseon Survival Period itu mengakui kalau dirinya tidak ingin hidup lagi karena jalan yang sedang Ia lalui untuk menjadi aktris tidaklah mudah.
“Aku sangat ingin berakting. Mungkin hanya itu yang kumiliki, dan itu adalah bagian dari diriku. Namun, menjalani hidup (seperti) itu tidak mudah. Saya tidak ingin melakukan hal lain. (Jalan) itu sangat tidak ada harapan. Memiliki sesuatu yang ingin dilakukan adalah berkah, tetapi saya menyadari bahwa hanya memiliki keinginan untuk melakukannya adalah sebuah kutukan,” tulis salah satu bagian dari surat terakhir Yoo Joo Eun.
Kalau Anda baru menyukai drama Korea serta deretan aktor dan aktrisnya yang tampil sempurna, atau musik K-Pop dengan para grup yang personelnya banyak jadi idola, percayalah bahwa di belakangnya ada ada perjuangan berat dan tantangan yang harus mereka lewati untuk sampai pada posisi tersebut. Sama seperti medan perang pada umumnya, merekalah yang kuat dan yang bertahan.
Industri hiburan pasti memiliki rahasianya, yang meskipun itu gelap tapi banyak orang memilih abai dan menutup mata karena ada kenyamanan dan keuntungan yang didapat. Namun dalam dunia industri Korea itu tidak disembunyikan.
Sudah jadi rahasia umum kalau kecantikan dan ketampanan wajah adalah nilai jual utama, bentuk tubuh yang undah juga diunggulkan, terlebih pelecehan mental dan fisik yang dialami selama masa pelatihan.
BACA JUGA: Rekomendasi Buku Tentang Kesehatan Mental dari dokter Jiemi Ardian
Untuk lebih jelasnya, intip deretan sisi gelap dunia hiburan Korea di bawah ini!
Bakat-bakat untuk menjadi bintang tidak datang sendiri. Banyak agensi yang menjemput bola dengan berburu ke sekolah-sekolah atau acara seni, yang melibatkan anak-anak, untuk melihat talenta yang mungkin bisa diasah, entah jadi bintang K-pop atau aktris muda. Kemudian mereka mengajak anak-anak tersebut untuk bergabung dan menandatangi kontrak pelatihan.
Hanya segelintir kisah sukses selebriti yang berhasil menjalani masa training singkat dan debut dengan cepat. Namun kebanyakan harus menjalani masa pelatihan selama bertahun-tahun, bahkan hingga belasan tahun untuk bisa mencapai standar yang ditentukan agensi untuk debut dan tampil ke depan publik. Tak hanya itu, mereka juga harus bersaing dengan puluhan, bahkan ratusan anak lainnya.
Setiap agensi memang berkomitmen untuk mendidik para trainee mereka dengan berbagai keahlian yang akan jadi nilai jual di masa depan. Ada kelas menyanyi, kelas menari, kelas variety show, kelas bahasa, kelas akting, dan banyak kelas lainnya.
Pedihnya, agensi membuat kontrak pelatihan ini bertahan selama lebih dari satu dekade. Ketika ada trainee yang memilih mundur, maka mereka harus membayar ganti rugi untuk biaya pendidikan yang sudah diberikan sebelumnya.
Operasi plastik adalah hal yang paling umum di Korea Selatan. Dengan bedah plastik jadi hal yang biasa dan seringkali dipromosikan, standar kecantikan di Korea pun berubah. Hal ini membuat banyak anak-anak sudah memikirkan untuk melakukan operasi sejak dini.
Apalagi ketika masuk ke dunia entertainment Korea, kalau tidak memiliki keahlian yang sangat mumpuni dan diakui, sulit rasanya untuk diterima jika memiliki wajah ‘biasa’. Banyak agensi memaksa para idola untuk menjalani operasi, bahkan lebih dari sekali, untuk mendapatkan penampilan yang ‘sempurna’.
Akhirnya kebanyakan selebriti pun menyembunyikan potret wajah mereka sebelum operasi guna menjaga image mereka di depan publik, yang sayangnya seringkali ditemukan oleh warganet dan akhirnya jadi bahan perundungan online.
Tak hanya itu, para selebriti juga harus memiliki bentuk tubuh proporsional. Banyak idol yang sudah senior mengaku kalau di masa trainee mereka bahkan takut untuk minum air putih terutama ketika ada penilaian mingguan. Karena hal itu bisa membuat berat badannya bertambah beberapa gram. Ketika ada proyek baru pun, baik aktor, aktris, atau idol diharuskan untuk kembali diet supaya tubuhnya tampil sempurna di layar kaca.
Selebriti Korea hanya memiliki sedikit, bahkan ada yang tidak punya, kebebasan atas kehidupan pribadinya. Sebagai ‘produk’ yang ditujuakan untuk ‘menjual mimpi’, agensi harus menjunjung tinggi citra artis mereka setiap saat.
Mereka punya kontrak untuk tidak memiliki telepon genggam, tidak boleh berpacaran, tidak boleh menyuarakan pendapatnya untuk kepentingan politik, hingga harus bersikap sesuai image yang dibangun oleh agensi, yang mungkin bertentangan dengan sifat asli mereka.
Sistem sponsor ini mungkin bisa ditemukan di banyak dunia hiburan di berbagai belahan dunia. Di Korea sendiri, kerjasama antara sponsor dan artis diatur langsung oleng agensinya. Dikutip dari Ranker, biasanya ada sponsor potensial yang berusaha menjangkau idola melalui broker sponsor, dan broker kemudian menetapkan tingkat pembayaran per sesi dan persyaratannya, yang biasanya mencakup periode antara enam bulan hingga satu tahun.
Jadi, jangan kaget ketika melihat ada aktor, aktris, atau idol yang mendadak punya banya proyek tapi kemampuannya bisa dibilang pas-pasan atau biasa saja.
Ada sebutan untuk penggemar fanatik selebriti Korea, yaitu sasaeng fans. Mereka tidak mengenal batasan atau aturan dan sering menguntit idola mereka kemana pun, mulai dari kamar hotel, toilet umum, hingga ke dalam rumah. Sasaeng fans merasa selebriti idolanya adalah milik mereka dan berusaha sebisa mungkin untuk berada dekat dengannya.
Sayangnya, industri Korea membiarkan hal itu menjadi kebiasaan. Agensi dan selebriti sangat menyadari fakta bahwa citra yang dibangun, bahwa seorang selebriti adalah milik penggemar, bisa membantu kariernya bertahan dalam jangka panjang. Itulah alasan kenapa selebriti tidak diizinkan berkencan di depan publik. Kasus selebriti yang kehilangan penggemarnya pasca mereka berkencan sering banyak ditemukan, bukan?
Ketika selebriti berada di puncak, agensi tidak segan-segan memeras mereka untuk mengambil banyak proyek, mulai dari iklan, variety show, hingga tour dunia. Kondisi ini membuat para selebriti tidak punya waktu untuk istirahat. Apalagi ditambah mereka harus diet sehingga tak jarang merasa kelaparan. Banyak idol K-Pop yang kedapatan pingsan di atas panggung, lho.
Tak hanya fisik, mental para selebriti juga kurang diperhatikan. Komentar buruk penggemar hingga fitnah kepada para selebriti seringkali diabaikan agensi. Ibarat semakin banyak komentar buruk, maka namanya akan semakin naik. Benar juga, sih, tapi itu dibarengi oleh menurunnya kesehatan mental si selebriti.
Kasus selebriti dan idol K-Pop yang bunuh diri juga banyak yang dipengaruhi oleh komentar buruk warganet, salah satunya kasus mendinang Sully dan Goo Hara. Sejauh ini, JYP Entertainment adalah satu-satunya agensi yang punya kelas konseling untuk para anak didiknya. Kalau ada informasi tambahan lain boleh dituliskan di kolom komentar, ya!
Jangan berpikiran para selebriti Korea itu semuanya kaya raya. Mungkin iya untuk yang sudah senior atau berhasil mendulang sukses lewat proyeknya yang booming. Namun berbeda dengan selebriti yang baru debut atau sedang berusaha keras mencapai kesuksesan.
Kontrak para selebriti seringkali sangat membatasi pendapatan mereka, terlebih untuk para Idol. Beberapa orang menyamakan kontrak tersebut dengan perbudakan. Walau sudah berakting, bernyanyi, menari, dan memaksakan diri hingga kelaparan, sebenarnya mereka adalah korban eksploitasi finansial.
Tahun 2018 lalu, Prince Mak, seorang mantan bintang K-pop membeberkan tentang sistem ‘balik modal’ K-pop yang dibuat oleh agensi. Mereka memastikan para selebriti tersebut membayar kembali jumlah yang diinvestasikan pada diri mereka selama masa pelatihan. Biaya tersebut termasuk akomodasi, staf, makanan, dan produksi video musik.
Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah dari girlgroup AOA. Walau sudah debut dari tahun 2012, tetapi para personelnya sama sekali tidak mendapatkan keuntungan sampai tahun 2015.
Cover: Pexels