Mommies merasa anak punyai IQ yang tinggi? Menurut psikolog, ini cara yang tepat untuk mengasah kecerdasannya dengan maksimal!
Anak-anak yang punya IQ tinggi seringkali diberi label sebagai anak yang berbakat, pintar, dan hebar. Dibanding teman-teman sebayanya, kapasitas anak yang punya IQ tinggi jauh berbeda. Berdasarkan Tes Weschler, tes yang sering dipakai di Indonesia, ini klasifikasinya.
Di bawah 90 = di bawah rata-rata
90 – 110 = rata-rata
120 ke atas = IQ superior
128 ke atas = very superior
Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, terlepas dari apapun kondisi mereka. Jika anak memiliki IQ yang tinggi, maka Mommies harus bisa memberikan pendampingan yang seimbang agar tumbuh kembangnya maksimal. Bersama psikolog anak, remaja, dan keluarga Alia Mufida, M.Psi., yuk, bahas cara yang tepat untuk mengasah kecerdasan anak-anak dengan IQ tinggi.
BACA JUGA: 7 Website Belajar Gratis untuk Anak, Mulai dari Bahasa Hingga Berhitung
Ketika sudah yakin anaknya memiliki IQ tinggi, Fida menyarankan orang tua untuk melakukan deretan hal berikut ini supaya bisa mengasah kecerdasan mereka!
Setelah dites dan terbukti IQ anak tinggi, sebenarnya kurang lebih sama dengan anak lain pada umumnya. Fida menyarankan untuk menyesuaikan minta mereka.
“Dalam artian begini, orang tua sudah tahu, nih, IQ nya tinggi, berarti dia (anak) punya potensi yang besar tapi, kembali lagi ke anaknya, dia punya minat apa, yang dia suka apa,” ungkapnya. “Dari situ bisa dibantu, difasilitasi untuk dia mengusai lebih dalam lagi terkait minatnya, tetapi berarti juga itu untuk informasi orang tuanya, bahwa anak ini bisa dipush lagi mungkin, oh, berarti kamu bisa coba ini, coba itu,” lanjutnya.
Ketika mengasuh anak cerdas, tetap yang dilihat bukan tingginya IQ dia tapi bagaimana anaknya, bagaimana karakternya, dan bagaimana kesiapan mentalnya.
Jangan sampai karena orang tua tahu IQ anaknya tinggi lalu dia dianggap bisa melakukan apapun. Anak kemudian dibombardir dengan banyak kegiatan tanpa melihat terlalu dalam bagaimana kondisi dan perasaan anak.
Menurut Fida urusan IQ seperti buah simalakama. Jika bagus sekali, orang tua dikhawatirkan malah jadi berlebihan. Namun, kalau IQ kurang malah orang tua jadi sedih banget dan menganggap anak itu tak bisa apa-apa.
“Padahal, faktor untuk menjadi sukses itu bukan IQ, dan IQ itu bukan nomor satu. Labeling hal itu, tuh, jadinya menurut aku enggak fair untuk si anak dalam tumbuh kembangnya,” kata Fida.
“Jadinya sudah dispesifikin anakku sudah dikasih ini itu, atau di sisi lain, ketika anak tidak bisa yaudah, deh, yang penting sekolah. Padahal ada minat yang ditekuni, begitu juga yang IQnya tinggi. Yang bisa dia fokusin, bisa bermanfaat lebih. Jadi tetap ujung-ujungnya harus seimbang,” lanjutnya.
Untuk tahu tips selanjutnya klik di halaman berikut!
BACA JUGA: 7 Strategi Belajar untuk Anak ADHD
Cover: Freepik