banner-detik
EDUCATION

Tips Sebelum Memasukkan Anak ke Pesantren atau Boarding School Menurut Psikolog

author

Katharina Menge18 Jul 2022

Tips Sebelum Memasukkan Anak ke Pesantren atau Boarding School Menurut Psikolog

Menurut psikolog, ternyata ada persiapan yang harus dilakukan orang tua sebelum memasukkan anak ke pesantren atau boarding school!

Ternyata ada tips yang perlu diperhatikan oleh para orang tua sebelum memasukkan anak ke pesantren atau boarding school. Itu karena memasukan anak ke sekolah asrama tidak hanya sekadar mengirimkan mereka beserta koper dan peralatan yang dibutuhkan. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan oleh Anda untuk kebutuhan anak, termasuk dari kesiapan fisik dan mental mereka.

Anda juga tidak boleh sembarangan memilih pesantrean atau boarding school, lho. Sama seperti memilih sekolah pada umumnya, perlu dilakukan pengecekan dari segala sisi untuk memastikan keamanan dan kenyamanan anak selama berada di sekolah yang jauh dari pendampingan Anda.

Mommies Daily pun berbincang dengan Kara Handali, M.Psi, Psikolog Pendidikan, tentang apa saja hal-hal yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan oleh para orang tua sebelum memasukkan anaknya ke pesantren atau boarding school.

BACA JUGA: Info Pesantren Kilat Online Untuk Anak. Yuk, Segera Daftar!

Tips Sebelum Memasukkan Anak ke Pesantren atau Boarding School

Menurut Kara, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para orang tua sebelum memasukkan anak ke pesantren atau boarding school. Cek daftarnya di bawah ini!

1. Kesiapan anak

Sebelum memilih sekolah, Kara menyarankan para orang tua untuk terlebih dahulu memperhatikan apakah anak terbiasa melakukan keseharian secara mandiri atau masih banyak tergantung pada orang tua. Mengirim anak ke asrama atau pesantren ketika dia masih banyak bergantung pada orang tua, seperti melakukan aneka hal masih ditentukan orang tua, ke mana-mana bersama orang tua, tidak pernah menginap jauh dari orang tua, justru bisa membuat anak mengalami trauma dan berdampak buruk bagi perkembangannya.

2. Kesiapan orang tua

Selain kesiapan anak, Kara juga menyarankan Anda mengecek kesiapan diri sendiri. Apakah sebagai orang tua Anda sudah siap untuk tinggal terpisah dari anak. “Sebab tinggal terpisah dari anaj juga berpengaruh terhadap perkembangan anak di pesantren atau boarding school,” jelas Kara.

3. Nilai-nilai keluarga dan sekolah

“Orang tua perlu memahami nilai dan budaya yang diterapkan di pesantren atau asrama dan melihat keselarasannya dengan nilai-nilai keluarga,” saran Kara. Nilai yang selaras antara keluarga dan sekolah akan mempermudah transisi anak beradaptasi di sekolah serta perkembangannya secara umum. Apabila yang terjadi malah sebaliknya, maka nilai yang bertolak belakang itu justru bisa membuat anak bingung serta beresiko menimbulkan konflik antara sekolah-orang tua, sekolah-anak, atau anak-orang tua.

4. Kurikulum dan kegiatan sekolah

Seperti memilih sekolah pada umumnya, orang tua perlu menelaah kurikulum yang diterapkan oleh sekolah, termasuk metode belajar-mengajar, format ujian, serta variasi kegiatan sekolah. “Karena anak akan lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah, maka pilihan kegiatan yang beragam dapat memperluas paparan anak untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya,” ujar Kara.

5. Dukungan kesehatan mental

Anak yang tinggal jauh dari orang tua memerlukan lingkungan yang mendukung kesehatan mentalnya, guna mengoptimalkan proses belaja mereka. Orang tua disarankan dapat mencari tahu program sekolah yang mendukung kesehatan mental, seperti kegiatan konseling (dan/atau konseling sebaya), di luar kegiatan keagamaan yang sudah ada.

6. Kesempatan untuk mengeksplorasi dengan keberagaman

Tips sebelum memasukkan anak ke pesantren atau boarding school terakhir adalah memastikan sekolah tersebut menganut keberagaman. Sebab kebanyakan pesantren atau boarding school identik dengan keseragaman, padahal ketika anak masuk ke dunia kuliah atau kerja justru mereka akan banyak bertemu dengan keberagaman.

“Pilihlah sekolah yang memungkinkan adanya interaksi dengan keberagaman, seperti kegiatan sosial atau kompetisi dengan institusi yang berbeda suku, budaya, agama, atau ekonomi. Hal itu bisa membuat anak lebih terbuka dan beradaptasi dengan keberagaman.

BACA JUGA: Tepatkah Memasukkan Anak ke Boarding School? Ini Kata Psikolog

Bekal dari Orang Tua untuk Anak Sebelum Masuk Pesantren atau Boarding School

sekolah di bulan puasa

Ketika sudah memilih pesantren atau boarding school yang tepat serta mantap dengan keputusan tersebut, Kara juga menyarankan para orang tua untuk memberikan bekal ini kepada anak jelang mereka masuk ke sana.

1. Jalin relasi berkualitas dengan anak

Alokasikan waktu khusus untuk bermain atau ngobrol dengan anak tanpa interupsi yang terjadwal, misalnya setiap malam atau akhir pekan. Ajak anak mengungkapkan perasaan dan pandangannya terhadap pesantren atau noarding schoo yang dipilih, termasuk kekhawatiran, harapan, dan hal-hal lainnya.

Ketika anak masuk ke sekolah tersebut, khususnya jika usia anak masih di usia awal sekolah dasar, maka kehadiran orang tua dan ‘rumah’ yang menimbulkan rasa aman digantikan oleh orang-orang asing, sehingga hal ini beresiko menumbuhkan rasa cemas yang bisa jadi tidak disadari oleh anak.

“Namun hal ini bisa diminimalisir jika orang tua dan anak sudah memiliki secure attachment atau anak merasa aman dan percaya bahwa perpisahan dengan orang tua bukan menjadi ancaman,” ujar Kara.

2. Latih kemandirian anak

Melatih kemandirian anak dimulai dari membiasakan anak untuk menentukan pilihan. Itu bisa dimulai dari hal sederhana, seperti memilih makanan, pakaian, atau kegiatan akhir pekan. “Ajari juga anak cara menghadapi masalah, seperti mengajaknya untuk menemukan dan memilih solusi, lalu melakukan solusi yang dipilih. Dalam hal ini orang tua perlu membimbing tapi tidak menggantikan anak menyelesaikan masalah tersebut.”

3. Beri peran di rumah

Berikan anak peran untuk mengerjakan tugas rumah tangga yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua. Hal ini tidak akan membuat anak merasa seperti ‘hanya disuruh-suruh’.

4. Kunjungan ke sekolah

Lakukan kunjungan ke pesantren atau boarding school yang dituju untuk menumbuhkan rasa familiar pada anak. Melihat ‘kehidupan’ di sana sebelum benar-benar terjun ke dalamnya bisa bantu anak mempersiapkan diri. Setelahnya, ajak anak berdiskusi mengenai hal-hal yang ia pikirkan dan rasakan.

5. Lakukan trial

Cobalah untuk melakukan uji coba atau trial hidup mandiri pada anak dalam jangka waktu yang singkat, seperti tinggal di rumah saudara yang berjauhan dengan orang tua atau mengikuti kegiatan liburan dengan teman sebaya.

Ajarkan Anak Berani Bersuara Jika Terjadi Hal tak Diinginkan

Tak bisa dipungkiri kalau kasus pelecehan seksual di sekolah adalah hal yang cukup banyak terjadi. Beberapa waktu belakangan pun kasus serupa banyak terkuak dan membuat banyak anak trauma serta orang tua jadi ketakutan.

Untuk menghindari hal itu, bagi orang tua yang sudah berniat memasukkan anak ke pesantren atau boarding school, lakukan beberapa tips dari Kara di bawah ini!

1. Bangun relasi yang terbuka antara orang tua dan anak

Dengan begitu anak belajar keterbukaan melalui interaksinya dengan orang terdekat, yakni orang tua. Beri kesempatan pada anak untuk menceritakan apapun tanpa menghakimi atau bereaksi terlalu cepat.

2. Ajarkan anak mengenai batasan pribadi

Pengenalan tentang batasan pribadi meliputi fisik, yaitu alat kelamin, bokong, dada, mulut, dan bagian tubuh manapun yang dirasa tidak nyaman ketika disentuh, serta emosional, yaitu kata-kata yang menyakiti, menyinggung perasaan, pengucilan, atau ancaman.

Ketika batasan pribadi ada yang dilanggar, Kara menyarankan orang tua untuk mengajarkan anak menyuarakan hal itu dengan tiga cara,

  1. Dengan berkata “tidak” atau menolak secara sopan terhadap pelaku
  2. Menjauh dari orang tersebut
  3. Melaporkan pada orang dewasa yang dipercaya, yakni orang tua dan pihak sekolah yang dipercaya anak.

“Penting bagi orang tua untuk mengingatkan anak bahwa ia berharga sehingga apapun yang terjadi padanya perlu ia suarakan untuk kebaikan dirinya, meskipun ia mendapat ancaman dalam berbagai bentuk,” tutup Kara.

BACA JUGA: Saat Anak Mengalami Pelecehan Seksual di Sekolah, Orang Tua Perlu Lakukan Hal Ini!

Cover: Pexels

Share Article

author

Katharina Menge

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan