Seringkali tidak disadari, ada tindakan-tindakan yang ternyata dapat merusak sel otak anak secara diam-diam. Orangtua perlu tahu agar bisa mencegahnya!
Stimulasi yang tepat perlu dilakukan demi memaksimalkan perkembangan otak anak. Untuk melakukannya, orangtua perlu tahu apa saja hal yang dapat merusak sel orak anak dan sebisa mungkin menghindarinya.
Otak anak mulai terbentuk di awal kehamilan. Jadi, anak sudah mulai belajar bahkan sebelum mereka lahir. Perkembangan organ ini juga dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari genetik hingga pola asuh. Pengalaman dan aktivitas sehari-hari dengan lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi koneksi otak anak.
Beberapa aktivitas dan respon dikirim ke otak melalui semua indra anak, termasuk penglihatan, suara, rasa, penciuman, sentuhan, keseimbangan, hingga gerakan. Namun, ada beberpa hal yang perlu dihindari orangtua dan dijauhi anak karena dikhawatirkan dapat merusak sel otaknya.
BACA JUGA: Orang Tua, Lakukan 5 Hal Ini Agar Anak Memiliki Inner Child Positif
Dilansir dari berbagai sumber, ini beberapa tindakan yang ternyata merusak sel otak anak secara diam-diam.
Di bawah tekanan dan stres, anak belajar bagaimana beradaptasi dan mempersiapkan diri untuk tantangan masa depan. Namun, anak perlu percaya bahwa ia mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya agar stres yang mereka rasakan tidak berlangsung lama.
Dalam jangka panjang, stres juga dapat merusak sel-sel otak anak dan mempengaruhi kesehatan mentalnya di kemudian hari. Stres pada anak ini dapat berdampak negatif pada perkembangan sel-sel otak, termasuk fungsi memori dan perhatian. Terutama ketika stres terus-menerus dan intens, dan anak tidak memiliki dukungan untuk menghadapinya.
Sehingga, sebisa mungkin, beri tahu anak bahwa Mommies selalu mendukungnya. Jika perlu, bantu anak untuk belajar bagaimana mengatasi stres.
Saat anak-anak tumbuh, otak mereka mengalami masa perkembangan yang pesat. Pengalaman negatif, seperti trauma emosional, dapat mengganggu tahap perkembangan ini yang menyebabkan kerusakan sel otak di kemudian hari.
Martin Teicher, seorang peneliti dari McLean Hospital, Harvard Medical School dan Northeastern University, dan para rekannya menggunakan teknologi magnetic resonance imaging (MRI) untuk mempelajari hubungan antara trauma emosional dan struktur otak.
Hasil studi dari penelitian ini menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan di sembilan wilayah otak antara mereka yang pernah mengalami trauma masa kanak-kanak dan mereka yang tidak. Perubahan paling menonjol terjadi di area otak yang membantu menyeimbangkan emosi dan impuls.
Dari hasil penelitian tersebut juga disebutkan, orang yang mengalami trauma emosional atau pengabaian di masa kanak-kanak memiliki peningkatan risiko masalah kesehatan mental di kemudian hari.
Gadget dan perangkat teknologi lainnya memang dapat meningkatkan pembelajaran anak. Namun, jika digunakan secara berlebihan juga dapat berisiko merusak sel otak anak.
Dikutip dari Harvard Medical School, Michael Rich, seorang dokter anak, menyebutkan bahwa otak terus membangun koneksi saraf dan penggunaan media digital secara berlebihan mengurangi fungsi tersebut.
Untuk tindakan lain yang dapat merusak sel otak anak, bisa Mommies baca di halaman selanjutnya.
BACA JUGA: Anak Slow Processing Speed Bukan Berarti IQ Rendah
Cover image: Photo by EKATERINA BOLOVTSOVA on Pexels