banner-detik
PARENTING & KIDS

Gaya Pengasuhan yang Membuat Anak Tumbuh Jadi Pribadi yang Narsistik

author

Katharina Menge21 Apr 2022

Gaya Pengasuhan yang Membuat Anak Tumbuh Jadi Pribadi yang Narsistik

Ternyata gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua bisa juga memupuk anak memiliki sifat narsistik dan mementingkan dirinya sendiri.

Sejak usia dini, anak mengembangkan kepribadiannya dari apa yang dia lihat dan rasakan. Ketika anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang narsistik, salah satu penyebabnya adalah gaya pengasuhan dan interaksi yang terjadi di antara mereka dengan orang tua.

Anak jadi pribadi yang selalu memprioritaskan dirinya sendiri, meremehkan orang lain, kurang empati, dan selalu merespon kritik dengan kemarahan atau pembelaan diri.

Namun cukup sulit membedakan pribadi narsis yang tumbuh pada diri anak. Sebab di usia ini, kondisi anak yang fokus pada dirinya sendiri, yang sering dikaitkan dengan narsisme, sebenarnya adalah bagian normal dan penting dari proses tumbuh kembang anak.

Namun, jika kepribadian ini dibiarkan terus menerus tumbuh seiring usianya, tanpa diberikan arahan dari orang tua, maka anak bisa mengalami gangguan kepribadian narsistik (narcissistic personality disorder atau NPD).

Dikutip dari Verry Well Health, Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD) adalah kondisi kesehatan mental seseorang yang memiliki harga diri yang terlalu tinggi dan ingin orang lain mengaguminya. Orang yang mengalami NPD terlihat jadi menyebalkan karena mereka selalu membanggakan dirinya sendiri.

BACA JUGA: Menurut Pakar, Ini Ciri Anak Kurang Kasih Sayang dan Cara Mengatasinya

Gaya Pengasuhan yang Membuat Anak Jadi Narsistik

Dirangkum dari beberapa sumber, berikut tiga gaya pengasuhan yang bisa membuat anak terbentuk menjadi pribadi yang narsistik.

1. Kompetitif

Anak dibesarkan dalam keluarga yang sangat kompetitif dan terus bersaing. Hanya orang yang berhasil dan mendapat posisi terbaik yang akan mendapatkan penghargaan dan diperhatikan. Artinya cinta dan kasih sayang yang diberikan kepada anak itu ada syaratnya.

Saat anak jadi juara pertama lomba, dapat peringkat terbaik, atau memenangkan medali, maka dia akan dihujani pujian dan perhatian. Sebaliknya, jika anak tidak mendapat prestasi apapun, maka orang tua akan mengabaikannya.

Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dan gaya pengasuhan ini dicintai dengan cara yang berbeda dan tidak merasakan kebahagiaan secara stabil. Sulit bagi anak menikmati sesuatu untuk kepentingannya sendiri, jika tidak memberikan nilai di dalamnya untuk orang tua atau keluarga.

Anak hanya akan merasa aman dan berharga ketika mereka sukses dan diakui sebagai yang terbaik dan paling berbakat. Tentunya pemikiran ini akan tumbuh dalam dirinya dan semakin berkembang. Akhirnya hal inilah yang membuat anak terus mengejar kesuksesan, fokus pada diri sendiri, selalu membanggakan dirinya sendiri, dan jadi pribadi yang narsistik.

2. Suka Merendahkan

Orang tua yang selalu merendahkan anak cenderung tipe yang mendominasi. Mereka selalu punya harapan tinggi pada anaknya, yang terkadang tidak realistis. Selain itu orang tua yang menerapkan pola asuh ini juga mudah marah dan sering membandingkan anaknya. Kalau memiliki dua atau lebih anak, mereka akan memuji yang satu dan merendahkan yang lain.

Anak yang tumbuh dengan gaya pengasuhan ini seringkali merasa tidak aman da selalu merasa terhina. Akhirnya
anak selalu fokus pada dirinya sendiri, berusaha menjadi sukses, dan menjadi yang terbaik demi menghindari ‘direndahkan’ oleh orang tuanya.

Keinginannya untuk sukses juga sebagai ajang pembuktian pada dirinya mereka sendiri, dunia, dan juga orang tua yang meremehkan bahwa mereka itu istimewa dan pandangan orang tua kepada mereka itu salah. Anak bisa jadi sosok yang kurang berempati pada sekitar karena fokus meninggikan dirinya sendiri.

3. Terlalu Dipandang Tinggi

Pasti banyak orang tua yang berniat membantu anaknya tumbuh percaya diri, salah satu caranya adalah dengan membanggakan mereka. Mungkin memang ada bakat dan pencapaian anak yang patut dipuji dan dibanggakan, tetapi seringkali banyak orang tua melakukannya berlebihan dalam waktu yang lama.

Dalam banyak kasus, orang tua juga terlalu memandang tinggi anak sendiri sehingga merendahkan anak lain. Anak pun jadi merasa terbebani dan merasa harus hidup untuk memenuhi perkataan tersebut.

Karena juga melihat langsung orang tuanya terbiasa merendahkan orang lain, anak pun tumbuh jadi pribadi yang menganggap dirinya lebih hebat dari orang lain dan tak jarang merendahkan orang lain juga.

BACA JUGA: 14 Tips Parenting untuk Anak Usia 6-8 Tahun

Artikel direview oleh Irma Gustiana A., M.Psi., Psikolog., CertPT., CPC

Cover: Pexels

Share Article

author

Katharina Menge

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan