Mommies pasti suka kebingungan ketika anak sering marah tanpa sebab dan seringkali hal itu memicu emosi. Yuk, cari tahu alasan di balik kebiasaan itu.
Anak sering marah tanpa sebab adalah kondisi yang membuat banyak orang tua kebingungan. Menurut Denis Sukhodolsky, PhD, psikolog klinis di Pusat Study Anak Yale Medicine, hal ini biasa terjadi pada anak usia di bawah 4 tahun dan kebanyakan anak mampu mengatasi perilaku ini di jenjang pre-school.
Namun, ketika hal itu terjadi pada anak di usia yang lebih besar, maka Anda harus tahu bahwa itu merupakan tanda adanya masalah. Dilansir dari Child Mind Institute, kondisi ini berbahaya jika terjadi pada anak usia di atas 8 tahun.
Anda perlu khawatir juga apabila kemarahan anak tersebut membahayakan bagi dirinya dan orang lain, atau menyebabkan masalah di rumah, sekolah, serta di tempat umum lainnya. Jika sering terjadi, kebiasaan marah anak bisa membuat anak merasa tidak terkendali dan anak merasa buruk terhadap dirinya sendiri.
BACA JUGA: 7 Hal Wajib untuk Ortu Agar Anak Mampu Kelola Marah dengan Baik
Salah satu pemicu umum anak sering marah tanpa sebab adalah rasa frustrasi ketika dia tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan atau merasa tertekan saat diminta untuk melakukan sesuatu yang mungkin tidak ingin dia lakukan.
Dilansir dari penelitian yang diterbitkan oleh Yale Medicine, pada anak-anak, masalah kemarahan biasanya sering disertai dengan kondisi kesehatan mental lainnya, seperti ADHD, autisme, gangguan obsesif-kompulsif, sindrom Tourette, kecemasan, dan gangguan belajar.
Anak-anak dengan kondisi ini sering melampiaskan kemarahan di sekitar sekolah atau saat mereka mengerjakan pekerjaan rumah atau ketika mereka tidak ingin melakukan sesuatu.
Faktor genetika dan biologis lainnya ternyata juga punya peran dalam menimbulkan kemarahan atau agresi anak. Lingkungan juga merupakan kontributor, mulai dari trauma, disfungsi keluarga, dan gaya pengasuhan tertentu, seperti hukuman yang keras dan tidak konsisten, juga membuat anak lebih mungkin menunjukkan kemarahan atau agresi yang mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.
BACA JUGA: Ingat 5 Hal Ini Ketika Menghadapi Anak yang Sedang Marah
Untungnya, anak-anak bisa diajari mengenal perasaan mereka, termasuk rasa marah. Keterampilan ini bisa dilatih agar membantu anak mengendalikan perasaannya. Diperlukan kerjasama antara anak dan orang tua untuk mencapai tujuan ini.
Langkah pertama adalah mencari tahu apa yang memicunya kemarahan anak. Jika dia sering marah ketika sedang mempersiapkan perlengkapannya ke sekolah, maka mempersiapkannya di malam hari mungkin akan mengurangi kemarahannya saat pagi. Atau jika mengerjakan PR sering membuatnya cranky, mungkin Anda bisa memberi jeda waktu untuk anak melakukan aktivitas lain baru kemudian melanjutkannya lagi.
Cara orang tua menanggapi kemarahan anak juga penting. Ini hal yang bisa Anda lakukan.
Untuk kondisi yang dianggap lebih membahayakan, Anda bisa meminta bantuan untuk menangani masalah kemarahan anak. Anak-anak di usia yang lebih kecil bisa diajak menemui psikologis atau psikiatri oleh orang tua atau dirujuk oleh dokter anak, psikolog, atau guru di sekolah. Tujuannya untuk lebih memahami apa penyebab di balik kebiasaan marah anak.
Terkadang pengobatan juga bisa membantu anak-anak menekan rasa kesalnya ketika mereka sedang belajar cara yang lebih baik untuk mengekspresikan rasa frustrasi. Tentunya ini diberikan setelah mendapat anjuran dari dokter atau ahli yang menangani kondisi anak.
BACA JUGA: 10 Kalimat Menenangkan Anak yang Lagi Marah
Cover: Pexels