Sorry, we couldn't find any article matching ''
Menyoal Janda
Status janda di Indonesia sering menjadi bahan canda hingga bahan cela. Tak jarang, keluar dari mulut sesama perempuan. Sulit ketika stigma sudah terlanjur melekat.
Namanya sering terselip di bisikan para tetangga.
Di antara tembok-tembok tipis pembatas dan tali jemuran rafia yang nyaris putus.
Dia juga sering disebut di berbagai kitab suci karena harus diberi belas kasihan, kalau perlu dinafkahi.
Namanya bersisian, dengan si Endang, Jefta, Mira, dan Sari yang punya sebutan anak yatim
“Hati-hati, jaga suami kamu. Itu, tetanggamu yang baru, janda!” cibir Ibu berambut merah di rumah nomor 2A
Ibu itu tidak sempat membaca, para rasul di rumah ibadat mula-mula bahkan menyusun cara, agar bisa membantu kaum gunjingan ini.
“Tapi kan yang perlu dibantu yang tua saja!” kata teman si Ibu rambut merah.
Kalau dia, tinggal di rumah 3C, warna hijau. Rumahnya yang hijau, bukan rambutnya. Jadi, mungkin, yang muda harus dihindari putus mereka.
Diberi label menyedihkan, dan sedikit taburan aura haram, apalagi kalau bukan janda mati.
Ada Aminah, janda muda yang buka usaha makanan,
Setelah lama menabung laba, dibelinya kalung emas sekian gram
“Dikasih laki orang kali… ” kata salah satu mantan pelanggan yang berhenti karena takut suaminya kepincut jampi-jampi di makanan catering Aminah.
Di tengah kemerlip megapolitan nasib Lina tak jauh berbeda
Jatuh cinta pada kawan sekantor, tapi cinta mereka cukup sampai kencan-kencan picisan
Karena si lelaki bujang. Orangtuanya tak suka, kalau anak mereka dapat janda
Apalagi, buntutnya Lina ada dua
Stigma terlanjur melekat
Tanpa sempat menanyakan ceritanya
Skenario hidup terlanjur jadi kudapan sedap
Tanpa merasa perlu sekadar berandai
Cerita apa yang dia punya
Walau sebenarnya, bukan urusan siapapun juga
Dia lalu terbiasa, melihat namanya jadi bahan guyonan
Di belakang truk lintas pulau, atau bahkan status media sosial
Pernah juga muncul di lirik lagu dangdut modern, yang katanya, dia tinggal di Pulo Gebang
Sesekali, jadi nama merek dagang, biasanya soto atau sop pinggir jalan
Semoga laku
Doanya
Akan ada masanya nanti
Usaha yang dirintisnya, melahirkan perempuan-perempuan yang mampu berdiri sendiri
Tanpa risau akan gelar yang diberi masyarakat
Lalu
Anak-anaknya akan tumbuh besar
Jadi manusia penuh welas asih yang jatuh cinta pada hati, dan tak gemetar mundur karena status sedemikian
Mungkin
Akan diajaknya si Ibu berambut merah di 2A
Dan karibnya yang di rumah 3C
Untuk bersantap bersama
Sekadar saling bertukar cerita pengalaman
Karena suatu hari nanti,
Stigma, tak ada lagi
Mungkin…
Batinnya, sambil menutup telinga dengan bantal
Karena tembok yang tipis, masih saja mengantarkan suara bisik-bisik
yang membuatnya gusar
Baca juga: Menjadi Single Mom? Siapa Takut!
10 Kalimat yang dibenci Oleh Orang tua Tunggal
Photo by Sasha Freemind on Unsplash
Share Article
COMMENTS