banner-detik
KIDS

Didik Anak Belajar Menghargai Milik Orang Lain

author

fiaindriokusumo01 Feb 2022

Didik Anak Belajar Menghargai Milik Orang Lain

Ini bukan tentang mengikhlaskan mainan, tapi tentang mendidik anak untuk belajar menghargai milik orang lain.

Membaca cerita tentang curhatan seorang laki-laki yang mainannya diambil begitu saja oleh sang keponakan tanpa minta izin terlebih dulu, dan diminta mengikhlaskan, membuat saya teringat kejadian beberapa tahun silam.

Sejak anak-anak kecil, saya senang sekali membelikan mereka Lego. Kalau diingat-ingat Lego mereka sudah bisa memenuhi satu kamar main. Mungkin karena saya sendiri maniak Lego. Lego yang sudah dirakit, saya minta mereka simpan di lemari khusus.

Hingga suatu hari, datanglah sepupu mereka dari Jawa, main di rumah, melihat Lego koleksi kami, nangis mau memainkan. Saat itu saya sedang di luar negeri.

Nangis. Menjerit. Tantrum. Memaksa untuk memainkan. Dan selanjutnya sudah bisa ditebak, dipretelin kemudian mau dibawa pulang. Anak-anak keberatan, lalu seperti kita tahu, keluarlah kalimat-kalimat familiar seperti:

Sudah, ikhlasin saja sih, wong buat sodara sendiri.

Mbok ya dikasih aja, nanti kan bisa beli lagi.

Biarin aja dibawa ke kampung, kasihan sepupu kamu, nggak punya mainan seperti ini.

Dan seterusnya, dan seterusnya ….

Sehingga beberapa koleksi Lego pun melayang pergi keluar rumah.

Photo by Daniel K Cheung on Unsplash

Seringkali, sebagai orang tua, kita malah sibuk meminta yang punya barang untuk ikhlas, legowo, sabar tapi lupa mengajarkan anak kita bahwa:

Tidak semua yang kamu mau itu bisa kamu dapatkan, mau kamu sampai glundungan di lantai, ya tetap tidak bisa.

Itu barang milik orang lain, kalau pemiliknya tidak memberi izin menyentuh, memainkan, apalagi merusak (baca: memprereli Lego yang sudah dirakit), ya hargai. Jangan memaksa.

Itu barang milik orang lain, bukan masalah mahal atau murah, tapi tentang si pemilik tidak mau memberikannya. Memberikan secara ikhlas aja ogah, apalagi dipaksa. Jangan mengambil milik orang lain.

Ada tata krama yang namanya meminta izin ketika kita ingin menyentuh, memainkan atau meminta sesuatu yg dimiliki orang lain.

Bahwa mengambil barang milik orang lain, tanpa seizin yang punya, biar kata hubungan saudara, sepupu, ipar, sahabat, apalah itu, sama saja seperti mencuri.

Jangan menggampangkan itu semua hanya karena mengatasnamakan:

Namanya juga anak-anak

Sama saudara kok begitu

Itu kan cuma mainan

Jangan …..

Karena itu artinya kita mengajarkan anak untuk menjadi manusia yang menganggap sah-sah saja mengambil hak milik orang lain.

Tapi,

Bisa jadi, sebenarnya kitalah yang seharusnya dididik. Jangan-jangan, kita sendiri belum mampu menghargai milik orang lain. Kita sendiri kerap merampas hak orang lain.

Baca juga: 15 Tips Mendorong Anak Memiliki Perilaku yang Baik

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan