Menemukan anak sering mengorbankan dirinya demi membuat orang lain senang? Waspada, moms, itu bisa jadi ciri-ciri dari good girl syndrome.
Sejak jaman dulu, anak perempuan seringkali disirami wejangan untuk bersikap manis, lembut, patuh dan sopan. Anggapannya, begitulah ciri-ciri anak perempuan yang baik. Ditambah lagi, melekatnya identitas ketimuran yang kita miliki, membuat tuntutan untuk menjadi good girl itu sebagai hal yang lumrah, bahkan sudah sewajarnya.
Ternyata studi yang dilakukan Universitas Stanford melaporkan hal yang serupa. Dalam studi disebutkan, kata sifat yang paling diinginkan untuk menggambarkan wanita adalah berbelas kasih, hangat, ceria, bertutur lembut dan setia. Sementara, kata sifat yang diinginkan untuk pria, antara lain mandiri, tegas, dominan, dan berjiwa pemimpin. Dengan kata lain, wanita paling diinginkan ketika mereka lembut, dan pria ketika mereka kuat. Hmm, hasil studinya nggak enak didengar, ya? Hehehe.
Lalu, apakah salah jika orang tua mengajarkan anak perempuannya untuk bersikap seperti itu? Sebetulnya, nggak juga, ya. Namun, kita harus perhatikan agar jangan sampai kita menuntut putri kita untuk terus-menerus jadi anak baik, sebab itu bisa membuat mereka tertekan dan mengalami good girl syndrome.
Good girl syndrome terjadi ketika anak mulai menunjukkan sikap berupaya penuh untuk menjadi anak baik. Takut berbuat salah, tak mau sampai membuat orang lain kecewa. Bisa dibilang, ia ingin menyenangkan semua orang. Tak mau jika ada konflik, berusaha untuk jangan sampai apa yang diperbuatnya menuai kritik. Jika sampai ditegur, maka ia akan overthinking. Ia menggantungkan kebahagiaannya di atas kebahagiaan orang lain.
Seorang anak bisa mengalami good girl syndrome karena ada tuntutan dari sekitarnya. Tuntutan untuk berbuat baik, besikap manis, mendahulukan kepentingan orang lain, mengerjakan sesuatu dengan sempurna, dan segala hal yang dianggap menjadi karakteristik anak baik. Tuntutan ini bisa datang dari orang tua atau keluarga besar, guru atau pengajar, dan lingkungan sekitar.
Ketika anak-anak memaknai tuntutan-tuntutan tersebut terlalu dalam, maka ia menganggap itulah self-value yang harus ia pegang. Oleh karena itu, berhati-hatilah mengucapkan kalimat-kalimat yang berpotensi menumbuhkan good girl syndrome dalam diri anak:
“Kamu harus jadi anak baik, ya.”
“Kamu harus peduli dengan keadaan sekitar.”
“Kasih orang lain dulu, jika sudah, baru sisihkan untuk dirimu.”
“Berusaha dapat nilai terbaik, ya!”
“Lakukan dengan benar, ya.”
“Jangan kecewakan mama, ya, kamu pasti bisa.”
“Kalau sampai gagal, artinya kamu kurang berusaha. Lain kali, lebih baik lagi, ya”
dan seterusnya.
Baca juga: Orang Tua, Didik Anak Perempuan Agar Berani Bersuara, Bukan Untuk Jadi Sempurna
Beberapa ciri-ciri good girl syndrome berikut yang patut diketahui orang tua yaitu:
Namanya saja sindrom, tentu nggak baik buat tumbuh kembang mental anak. Anak akan sulit berkembang sesuai dengan jati dirinya sendiri karena ia sibuk mengutamakan orang lain. Selain itu, pada akhirnya anak juga akan kelelahan untuk selalu mengikuti tuntutan dari lingkungan, dan akhirnya menjadi stres.
Bila mommies temukan ciri-ciri good girl syndrome pada diri anak, segera observasi, dan upayakan agar anak dapat membebaskan diri dari sikap tersebut. Ajarkan kembali nilai-nilai yang benar untuk anak tumbuh menjadi pribadi yang utuh, dan sesuai dengan jati dirinya sendiri. Gali kembali potensi anak, dan ajarkan ia berani untuk berkata tidak.
Jika ini terjadi pada remaja mommies dan kondisinya dirasa cukup berat, melakukan konseling dengan psikolog dapat menjadi pilihan.
Baca juga: Katakan 7 Hal Ini Jika Mommies Ingin Anak Tumbuh Menjadi Pribadi yang Kuat dan Berdaya