banner-detik
ETC

Citra Ayu: Jadi Sahabat untuk Para Pejuang ASI dan Pasutri

author

Katharina Menge19 Jan 2022

Citra Ayu: Jadi Sahabat untuk Para Pejuang ASI dan Pasutri

Berawal dari pengalaman hidupnya, Citra Ayu kini menjadi sosok yang dipercaya menjadi tempat untuk berbagi kisah mengenai kehidupan para followersnya.

Citra Ayu atau dikenal dengan nama @olevelove di Instagram merupakan salah satu konselor ASI dan rumah tangga yang jadi sahabat para pengikutnya. Kenapa sahabat? Karena dia dipercaya oleh 250 ribu followersnya sebagai tempat berbagi cerita dan masalah seputar ASI serta rumah tangga, terutama kehidupan seks setelah memiliki anak.

BACA JUGA: 7 Perempuan di Dunia Kerja Indonesia yang Menginspirasi

Bagaimana awal terbentuknya image Tetegram dan #Teronglyfe?

Dulu aku punya kesulitan saat menyusui anak pertama. Mencari informasi tentang menyusui cukup sulit karena kebanyakan literaturnya itu bahasanya masih kaku. Akhirnya aku mulai sering sharing di Instagram semua kesulitan, masalah, dan cerita lainnya. Surprisingly, aku malah mendapat respon yang positif dan dapat dukungan dari publik.

Karena jumlah audience semakin besar, aku gak bisa bikin konten hanya sekadar berdasarkan pengalaman aja. Aku harus punya pengetahuan dasarnya juga. Akhirnya aku ambil sertfikasi konselor menyusui. Dari situ lahirlah istilah Tetegram yang sekarang jadi personal branding aku.

Sedangkan #teronglyfe berawal dari perubahan yang aku rasakan setelah punya bayi. Hubungan antara aku dan suami mulai berubah. Akhirnya aku bagikan lagi ceritanya di media sosial, termasuk cerita yang eksplisit, dan ternyata konten tentang pasutri life ini dapat sambutan yang lebih besar lagi daripada konten ASI. Dari situ tercetuslah #teronglyfe.

Karena aku belum bisa ambil sertifikasi di bidang ini, untuk kontennya aku masih kerjasama dengan strategic partner, seperti seksolog dan psikolog keluarga, untuk memvalidasi informasi yang aku sampaikan. Jadi, konten yang aku bagikan bukan abal-abal tapi bener karena ada pakarnya.

Apa alasan sekarang fokus sebagai content creator?

citra ayu

Aku dulu itu banker tapi sudah resign dua tahun lalu dan sekarang memang sudah fokus jadi content creator. Satu karena ternyata menjadi content creator lebih menjanjikan dan kedua karena pekerjaan sebelumnya sudah tidak sesuai dengan value yang aku pegang.

Konten yang aku buat khususnya masih terkait dengan tips ASI dan tips pasutri, karena itu memang inti kontennya. Sekarang aku juga membahas tentang children and maternal health, ya. Semuanya tetap bekerjasama dengan beberapa strategic partner, termasuk untuk campaign tentang ASI.

Sekarang aku juga ada usaha pakaian @olevelove.id yang menjual pakaian keluarga, mulai dari ibu, ayah, dan anak-anak.

Bagaimana dukungan keluarga dengan karier sebagai content creator?

Aku cukup surprise karena begitu aku sharing hal-hal yang eksplisit justru suami aku ketawa-ketawa aja. Dia sangat mendukung. Sebelum aku merilis buku Uncencored, yang isinya tentang sharing pasutri life bersama suami, aku minta approval dulu ke suami aku. Katanya kalau buku ini bisa membawa manfaat untuk pembacanya dia tidak masalah.

Ayah dan ibu aku kalau aku sharing cerita itu mereka ketawa-ketawa. Mungkin karena dari kecil keluarga aku juga terbuka, ya. Kami suka membicarakan masalah, memberikan aku edukasi seks yang cukup, jadi mereka biasa saja melihat konten yang aku bagikan. Mereka support banget. Jadi, tidak ada masalah dengan pekerjaan aku ini.

BACA JUGA: Mari Belajar Dari 8 Perempuan Pemilik Brand Lokal Indonesia Ini

Cara membangun quality time dengan suami dan keluarga gimana?

Aku percaya kalau membangun support system itu penting banget. Di sini aku garisbawahi dulu kalau suami itu bukan support system. Dia itu adalah main part. Dia adalah main role dalam satu kesatuan keluarga. Jadi suami aku harus sadar dulu peran dia apa. Dia bukan pendukung aku tapi kita adalah satu tim yang setara dan selevel. Jadi, pada saat aku harus bikin konten atau aku ada kerjaan, maka dia harus bisa backup aku urusan Begitu juga sebaliknya.

Urusan domestik pun tidak semua kita yang pegang. Kami punya asisten rumah tangga. Kami mempekerjakan asisten rumah tangga yang memang tugas mereka sudah pasti fokus dengan urusan domestik, seperti membereskan rumah.

Dengan adanya asisten yang memegang urusan domestik, aku dan suami punya waktu yang cukup untuk quality time dengan anak-anak. Kegiatan yang kami lakukan juga seperti keluarga lain, misalnya jalan-jalan dan main sama-sama. Ada waktu-waktu tertentu kapan kami bersama anak dan kapan anak-anak sementara dipegang sama mbaknya.

Apa prinsip hidup dalam menjalankan pekerjaan dan usaha?

citra ayu

Kalo aku percaya kita mengerjakan sesuatu itu goalsnya karena Tuhan dulu, ya. Jadi kenapa aku bikin konten tentang ASI, itu karena aku percaya menyusui itu adalah perintah Tuhan. Jadi kalau kita banyak membantu ibu-ibu yang punya problem menyusui, maka secara tidak langsung kita itu, insyaAllah, jadi bagian dari perpanjangan tangan Tuhan untuk membantu mereka.

Kalau mengikuti konten aku pasti banyak yang sadar kalau aku selalu memberikan sentuhan religi di dalamnya. Semua pekerjaan yang aku lakukan sekarang semuanya merujuk pada value tersebut.

Ada tips dari Citra Ayu untuk sesama ibu lain yang juga ingin merintis usaha atau pekerjaan baru?

Seringkali kita itu tidak sadar kalau semua orang punya kesempatan yang sama. Masalahnya adalah kita mau ambil kesempatan itu atau tidak. Bisa jadi kesempatan itu sudah beberapa kali datang ke hidup kita tapi kita tidak sadar atau kita tahu tapi kita tidak mau mengambil kesempatan itu.

Selain masalah kesempatan, kita juga harus mengenali kekuatan diri. Karena Tuhan tidak akan kasih kita kesmepatan kalo kita tidak punya keahlian. Jadi, kita harus kenali dulu juga apa kemampuan dan keahlian kita, lalu sejauh mana kita mau menginvestasikan diri untuk mengasah kemampuan tersebut.

Nanti pada saatnya keahlian kita bertemu dengan kesempatan, kita sudah dalam kondisi yang siap. Semoga semua perempuan di luar sana tidak hanya terjebak dengan perannya sebagai seorang ibu, sebagai seorang istri, dan merasa tidak berharga. Tetap lakukan hal-hal di luar rutinitas tersebut, hal-hal yang sekiranya bisa membuat kalian berharga dan bahkan syukur karena kegiatan yang dilakukan itu bisa memberikan manfaat untuk sekitar.

BACA JUGA: Untuk Ibu Bekerja yang Bekerja Karena Sebuah Keharusan

Foto: Instagram/olivelove

Share Article

author

Katharina Menge

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan