banner-detik
SELF

Update Covid-19: 4 Info Terbaru Tentang Varian Omicron di Indonesia

author

Dhevita Wulandari06 Jan 2022

Update Covid-19: 4 Info Terbaru Tentang Varian Omicron di Indonesia

Virus Covid-19 varian Omicron per 4 Januari 2022 mengalami peningkatan kasus konfirmasi. Simak di sini mengenai 4 info terbaru varian Omicron di Indonesia.

Masih belum selesai, virus Covid-19 semakin memiliki varian yang beragam. Hingga saat ini diketahui sudah ada varian Alfa, Beta, Gamma, Delta, Lambda, Kappa, dan Omicron. Berikut ini 4 info terbaru tentang Omicron di Indonesia yang wajib Mommies dan keluarga ketahui.

Transmisi lokal Omicron meningkat

Berdasarkan data pembaruan kasus konfirmasi Covid-19 varian Omicron di Indonesia, per 4 Januari 2022 Kemenkes mencatat sebanyak 92 kasus baru. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi juga menambahkan bahwa penambahan kasus konfirmasi Omircron di Indonesia masih didominasi dari perjalanan luar negeri oleh WNI. Sehingga dengan penambahan tersebut, kasus konfirmasi Omicron menjadi 254 kasus, yang terdiri dari 239 kasus untuk pelaku perjalanan internasional (imported cases) dan 15 kasus transmisi lokal.

BACA JUGA: Update Covid-19: Semua yang Perlu Diketahui Tentang Varian Baru Omicron

Gejala paling banyak yang dialami penderita

Dikutip dari Sehat sehatnegeriku.kemges.go.id, dr. Nadia juga menjelaskan gejala paling banyak yang dialami para penderita Omicron.

“Dari hasil pemantauan, sebagian besar kondisinya ringan dan tanpa gejala. Gejala paling banyak adalah batuk (49%) dan pilek (27%).”

Para ilmuwan juga meyakini dampak Omicron lebih menular tetapi kurang mematikan daripada varian-varian sebelumnya. Dan semakin banyak juga bukti yang menunjukkan varian ini lebih menginfeksi tenggorokan daripada paru-paru.

Menurut Deenan Pillay, profesor virologi di University College London, yang membuat Omicron berbeda dengan varian-varian sebelumnya adalah mungkin ia telah mengubah kemampuannya untuk menginfeksi berbagai jenis sel. Menurutnya, jika virus menghasilkan lebih banyak sel pada tenggorokan, maka hal ini membuat Omicron semakin mudah menular. Sebaliknya, jika virus menginfeksi jaringan pada paru-paru, maka potensinya akan lebih berbahaya namun kurang menular.

Kemenkes minta perkuat 3T

Kementerian Kesehatan menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.01/MENKES/1391/2021 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus Covid-19 Varian Omicron (B.1.1.529) sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dalam mencegah serta mengendalikan penularan Omicron di Indonesia.

Dengan terbitnya aturan ini, Kemenkes mengharapkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memperkuat sinergi, fasilitas pelayanan kesehatan, SDM kesehatan dan para pemilik kepentingan sekaligus menyamakan persepsi dalam pelaksanaan pasien konfirmasi positif Covid-19.

Kemenkes juga mendorong pemerintah daerah untuk memperkuat 3T yang terdiri dari Testing, Tracing, dan Treatment. Serta aktif dalam melakukan pemantauan apabila ditemukan cluster-cluster baru Covid-19 dan segera melaporkan juga berkoordinasi dengan pusat apabila menemukan kasus Omicron di daerahnya. Sebab, kesiapan setiap daerah dalam merespons penyebaran Omicron di Indonesia menjadi salah satu hal yang sangat penting agar tidak menimbulkan cluster baru penularan Covid-19.

Akurasi Alat Deteksi Rapid Antigen Test Berkurang

Varian Omicron dapat mengurangi tingkat akurasi deteksi Rapid Antigen Test atau deteksi alat uji diagnostik, terutama yang menggunakan target gen S untuk mendeteksi virus. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito bahwa varian Omicron merupakan variasi tingkat mutasi tinggi pada gen bagian S atau Spike.

Di Indonesia saat ini menggunakan setidaknya 2 jenis alat uji yaitu rapid antigen dan tes molekuler atau Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) seperti pemeriksaan Real Time PCR (RT-PCR). Akibatnya, varian Omicron diduga berkurang terhadap alat uji khususnya pada rapid antigen.

Pernyataan tersebut didapat dari berbagai sumber organisasi kesehatan seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat, serta publikasi ilmiah yang diterbitkan pada Desember 2021, di mana disebutkan kemampuan rapid antigen dalam mendeteksi varian Omicron masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

BACA JUGA: Update Covid-19: Serba-serbi Vaksin Booster yang Perlu Kita Ketahui

Cover: Photo by cottonbro on Pexels

Share Article

author

Dhevita Wulandari

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan