Untuk Anda yang berniat memasukkan anak ke pesantren, jangan lupa perhatikan 7 hal ini.
Pagi ini hati para orang tua dibuat patah hati dengan berita kasus perkosaan 12 santriwati oleh guru pesantren di daerah Bandung. Orang tua yang berniat menitipkan anak untuk mendalami agama hingga mengajarkan anak mandiri malah dipaksa menerima kejadian yang memedihkan hati ini.
Bicara tentang pendidik dan lingkungan pendidikan, tak sedikit memang orang tua yang memutuskan untuk memasukkan anak-anak ke pesantren, asrama atau boarding school. Kondisi anak jauh dari kita tentu tak sekadar dibutuhkan kesiapan hati dari pihak orang tua maupun anak, tapi banyak hal lain untuk diperhatikan. Apa saja?
BACA JUGA: 5 Harapan Orangtua untuk Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus
Gambar dari Detikcom
Setelah ngobrol dengan Mbak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi selaku psikolog anak dan remaja, ternyata memang ada banyak hal yang perlu dipikirkan orangtua ketika memilih pesantren, asrama atau boarding school sebagai lembaga pendidikan anak.
Poin pertama yang perlu diperhatikan adalah untuk menyakinkan diri sendiri lebih dulu. Apakah yakin ingin menyekolahkan anak di tempat itu? Coba review dulu, apa tujuan kita sebagai orangtua memilih pesantren atau boarding school untuk si kecil. “Yakin tidak? Kalau belum yakin, ya, jangan dipilih,” tegas Mbak Vera. Kalau orangtuanya saja masih ragu, bagaimana dengan anak-anaknya? Jangan sampai memilih pesantren lantaran ingin lepas tangan mengawasi anak-anak.
Setelah kita, para orangtua yakin memilih pesantren, selanjutnya tinggal bagaimana menyiapkan anak. Sudahkah anak mandiri? Mandiri di sini dalam artian bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Tidak tergantung pada orang lain. Biar bagaimanapun, kondisi di asrama dan rumah tentu akan jauh berbeda.
Coba lihat, apakah si kecil sudah siap berpisah? Hmm, kalau untuk saat ini saya sih, ragu kalau Bumi bisa pisah dah jauh-jauh dari saya dalam jangka waktu yang cukup lama. Lah wong, kalau menginap di rumah si mbahnya atau rumah saudara pasti nggak betah lama. Jika anak kita memang sudah nggak rewel saat berpisah, bisa jadi tanda kalau anak sudah siap masuk pesantren.
Dalam hal apapun saya yakin, segala sesuatu yang dipaksakan hasilnya nggak akan baik. Termasuk dalam memilih sekolah. Ketika memutuskan memilih pesantren, tentu saja perlu didiskusikan pada anak lebih dulu. Jangankan untuk pilihan pesantren, yang akan membuat anak pisah lama dari orangtua. Salah memilihkan sekolah umum saja sudah bikin anak nggak happy menjalankan rutinitasnya. Ketika anak tidak bahagia, akan berpengaruh pada hal lainnya, baik nilai akademis, emosi dan bagaimana pergaulanya di lingkungan.
BACA JUGA: 4 Hal yang Harus Diwaspadai Saat Anak Sekolah Tatap Muka
Mbak Vera mengaku, kalau dirinya pribadi termasuk orangtua yang tidak tega untuk memilihkan pesantren untuk kedua puteranya. Khususnya untuk tingkat SD. Menurutnya, jika merujuk dari kesiapan anak, usia yang paling tepat adalah ketika anak memasuki bangku SMA, ketika anak sudah berusia 15 atau 16 tahun. Sedangkan ketika anak masih duduk di bangku SMP, justru anak-anak sedang mengalami puncak masa puber. Sudah bisa dipastikan saat ini anak masih butuh dekat dan bimbingan dari orangtua. Berdasarkan pengalamannya, Mbak Vera mengaku, tidak sedikit masalah yang dihadapi anak-anak puber yang masuk ke pesantren. Hal ini karena banyak isu yang perlu diperhatikan, salah satunya masalah ketertarikan dengan lawan jenis dan bullying.
Bisa dibilang, pilihan pesantren saat ini sudah cukup banyak. Untuk itu, jangan lupa untuk melihat visi, misi, konsep dan filosofi pendidikan sekolah yang sudah jadi incaran. Apakah sudah cocok atau belum? Pastikan punya value yang sama dengan prinsip mendidik anak. Tidak bisa dipungkiri, bahwa ada sekolah yang tidak memerhatikan atau mengakomodir kebutuhan anak didiknya. Seperti yang diungkapkan Mbak Vera, sekolah juga harus disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Mbak Vera bercerita, ia pernah mendapatkan kasus di mana si anak mengalami masalah di sekolahnya. Tidak hanya bullying, ternyata anak tersebut menjadi korban orang yang tidak bertanggung jawab karena melakukan kekerasan seksual. Sudah bisa dipastikan kalau sang anak tidak mau kembali lagi ke sekolah. Untuk itu, Mbak Vera menyarankan agar orangtua lebih peka dengan anak.
Jadi bagaimana, menurut Mommies apakah ada hal lain yang perlu diperhatikan?
Cover image: Freepik