Sorry, we couldn't find any article matching ''
Begini Cara Pandang Anak dengan Growth Mindset, Kita Bisa Membantu Anak Memilikinya
Growth mindset, apa itu, bagaimana orangtua bisa membantu anak memilikinya?
Mengacu pada artikel di Harvard Business Review, disimpulkan bahwa orang dengan growth mindset memiliki pola pikir bahwa sebuah skill atau kemampuan seseorang itu diraih dan dikembangkan. Caranya, dengan kerja keras, strategi yang baik dan masukkan dari pihak luar. Mereka cenderung lebih mampu menggapai sukses, dibandingkan orang dengan fixed mindset, yang cenderung berpikiran bahwa bakat itu mutlak, murni bawaan. Cenderung sering berpendapat begini, nih, “Ya, dia emang dari sananya (bawaan lahir) udah pintar!” Paham, kan, Mommies, di mana bedanya?
Growth mindset: Bakat itu bisa dilatih
Bakat atau talenta mungkin benar adalah gift dari Tuhan. Tapi pilihan untuk mengembangkannya menjadi sebuah kelebihan, kembali pada yang punya talenta. Growth mindset-lah yang membuat seorang anak, bahkan mereka yang tidak memiliki bakat sama sekali, menjadi mampu. Jadi, kalau anak tidak terlahir dengan suara seindah Raisa, ia tetap bisa bergelut di dunia musik, asalkan punya tekad yang kuat. Oke lah, nggak muluk-muluk harus jadi penyanyi atau bintang, yang paling dekat saja, seperti skill akademis, maupun non akademis.
Tugas orangtua: membantu anak mendalami hal yang ia suka
Dengan catatan, orangtua melakukan ini berdasarkan perspektif anak, ya, bukan kemauan orangtua. Kita cukup mengarahkan anak untuk belajar banyak hal, nantinya, biarkan anak yang memilih sendiri mau mendalami yang mana dari berbagai pilihan tersebut.
Growth mindset: Kegagalan bukanlah alasan untuk menyerah, melainkan kesempatan buat belajar dan berjuang lebih keras lagi. Bukan lalu artinya mereka nggak bisa merasa sedih saat merasa gagal, tetapi cara mereka memandang sebuah kegagalan, itu yang penting dan menjadi PR kita sebagai orangtua.
Tugas orangtua: bantu anak memahami cara menghadapi kegagalan
Sekali lagi, mencegah anak mengalami kegagalan adalah kesalahan besar. Improvement adalah salah satu hal yang bisa anak pelajari ketika ia gagal. Ya, mungkin usahanya memang masih belum cukup, makanya ia harus berusaha lebih giat lagi supaya berhasil.
Baca juga: Saat Anak Mengalami Kegagalan, Dia Belajar 10 Hal Ini
Growth mindset: saya tidak bodoh, hanya perlu belajar
Dari Beenke.com, dikatakan bahwa, growth mindset kids don’t see people as inherently “smart” or “dumb”. Nah, kalimat ini menjadi pengingat kalau sebaiknya, kita tidak membiasakan berkata-kata semacam ini di depan anak, “Apalah aku, cuma butiran debu, apalah aku, cuma remahan gorengan.” Ya, kalau untuk candaan sama teman seumuran mungkin kita sama-sama paham. Sementara ketika mendidik anak, tugas kita adalah membuat mereka berpikir bahwa tidak ada, tuh, istilahnya, “Ah, dia emang pinter, ah, aku emang nggak bisa mikir sejauh itu, kaya dia (temannya)!”
Tugas orangtua: mengajarkan tentang kemampuan otak yang luar biasa
Hal yang menarik yang bisa kita ajarkan ke anak, yaitu otak manusia yang bisa berubah dan mereka punya kendali atas perkembangan otak, konkretnya, ya, dengan belajar. Otak itu seperti otot, semakin dilatih untuk bekerja keras, dengan tekad, tentunya, maka semakin berkembang. Kecerdasan itu diperoleh ketika kita rajin mengasah otak. Caranya banyak, bisa dengan permainan asah otak (brain games), baca buku atau nonton film science yang membahas tentang human brain.
Anak tetap perlu memahami apa itu fixed mindset
Pada dasarnya growth mindset dan fixed mindset adalah pola pikir atau cara pandang, setiap orang memiliki campuran antara kedua pandangan ini. Ketika kita mengajarkan anak untuk memiliki growth mindset, maka kita juga peru memastikan anak paham apa itu fixed mindset. Ruangguru punya pemaparan yang menarik, mereka yang punya pola pikir fixed mindset selalu melihat “hasil” dari kesuksesan seseorang. Misalnya, Youtuber yang punya follower 2 juta, atlet yang ahli di olahraga tertentu, mereka yang dapat beasiswa kuliah di luar negeri. Sementara, diri sendiri jauh sekali dengan pencapaian tersebut. Pola pikir ini tidak salah, karena selama ini kita terpapar dengan pencapaian yang terlihat. Padahal, ya, kalau Youtuber itu punya 2 juta follower, anak nggak mesti punya hal yang sama. Toh, setiap orang punya minat masing-masing. Yang penting dan perlu dipahami adalah, fixed mindset dalam diri jangan sampai membuat anak jadi pribadi yang tidak mau berusaha, bahkan merasa tidak mampu.
“The world isn’t full of natural geniuses, just people who work hard to learn and take their skill to the next level.”
Photo by Monica Garniga on Unsplash
Share Article
COMMENTS