Meskipun sejuk dan dingin, tapi musim hujan juga bisa menyebabkan beberapa penyakit berbahaya karena nyamuk. Berikut beberapa penyakit yang harus diwaspadai.
Musim hujan dapat menimbulkan berbagai penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Nyamuk menjadi salah satu hewan paling mematikan di dunia. Hal ini dikarenakan nyamuk dapat menyebabkan penyakit dan jutaan orang meninggal setiap tahunnya.
Ada beberapa penyakit berbahaya karena nyamuk yang harus diwaspadai di musim hujan seperti saat ini. Simak penjelasan berikut.
Demam berdarah dengue atau DBD merupakan penyakit yang dialami seseorang akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terkena virus dengue. Lalu, ketika nyamuk tersebut mengigit orang lain, dari situlah virus tersebar. Sehingga, bisa dikatakan bahwa nyamuk tersebut berperan sebagai medium pembawa virus dengue tersebut.
Demam berdarah juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu demam dengue (Dengue Fever) dan demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever). Umumnya, demam berdarah banyak menyerang anak-anak, tapi bisa juga terjadi pada orang dewasa.
Penyakit demam berdarah sendiri banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Dikutip dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Data dari Kemenkes RI per 3 Desember 2020, Di Indonesia DBD menyerang laki-laki sebanyak 53,11% dan perempuan sebanyak 46,89%.
Meskipun kebanyakan orang saat ini masih fokus terhadap pencegahan penularan virus Corona, namun pencegahan penularan virus dengue ini juga harus diwaspadai. Pasalnya, kedua penyakit ini memiliki salah satu gejala yang sama yaitu demam. Walaupun demam yang dialami pada kedua penyakit tersebut memiliki pola yang berbeda.
BACA JUGA: INFOGRAFIK: Demam Berdarah
Indonesia sebagai negara tropis banyak memiliki penyakit menular, salah satunya malaria. Hampir serupa dengan demam berdarah, malaria juga merupakan penyakit berbahaya karena nyamuk dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit malaria disebabkan oleh infeksi parasit plasmodium yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles yang dapat masuk ke aliran darah manusia yang digigit.
Dikutip dari Kemenkes RI, meski situasi kasus malaria di Indonesia mengalami penuruan sejak tahun 2010 sampai 2020, namun di tahun 2020 masih ada 23 kabupaten/kota yang endemis malarianya masih tinggi, 21 kabupaten/kota endemis sedang, dan 152 kabupaten/kota endemis rendah.
Menurut WHO, anak-anak di bawah 5 tahun adalah kelompok yang paling rentan terkena malaria. Pada 2019, kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun mencapai 67% (274.000) dari semua kematian akibat malaria di seluruh dunia. Namun, hal ini dapat dicegah dan disembuhkan. Beberapa cara pencegahan yang disarankan oleh WHO adalah dengan kontrol vektor yang sangat efektif dalam mencegah infeksi dan mengurangi penularan penyakit. Intervensi inti 2 adalah kelambu berinsektisida dan penyemprotan residu dalam ruangan.
Kemudian, dengan melakukan kemoterapi pencegahan menggunakan obat antimalaria. Terakhir, dengan melakukan vaksin malaria RTS,S/AS01. Vaksin ini telah terbukti secara signifikan mengurangi malaria, dan malaria parah yang mematikan di antara anak-anak.
Juga disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus seperti demam berdarah, virus Zika biasanya ditularkan oleh gigitan nyamuk dari orang yang terinfeksi ke orang lain yang sehat. Nyamuk ini umumnya aktif pada siang hari dan hidup berkembang biak pada area yang terdapat genangan air.
Selain melalui gigitan nyamuk, penularan virus ini dapat melalui transfusi darah, hubungan seks, dan diturunkan dari ibu hamil ke janin yang dikandung. Infeksi yang diakibatkan virus Zika umumnya tidak menimbulkan komplikasi, namun pada ibu hamil diketahui dapat mengalami keguguran dan komplikasi serius pada janin.
Orang yang mendapati virus Zika biasanya tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala ringan. Virus Zika termasuk ke dalam kelompok flavivirus, yaitu keluarga virus yang sama dengan virus penyebab demam berdarah dan chikungunya. Sehingga dokter biasanya hanya akan meresepkan paracetamol untuk meredakan demam dan menyarankan pasien untuk istirahat yang cukup dan minum air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
Berdasarkan penelitian, jika seseorang sudah pernah terinfeksi virus Zika, maka tidak akan terinfeksi virus ini lagi di kemudian hari karena tubuh akan dengan sendirinya menghasilkan antibodi terhadap infeksi dari virus ini.
BACA JUGA: Apa Itu Virus Zika?
Chikungunya disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Gejala yang umum dialami adalah demam, sakit kepala, ruam, pembengkakan sendi, dan nyeri otot. Penyakit ini jarang menyebabkan kematian, namun gejalanya dapat menjadi parah dan menyebabkan kelumpuhan. Ahli menjelaskan bahwa pada orang lanjut usia, penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Tidak hanya pada orang tua, bayi yang baru lahir juga berisiko mengalami chikungunya dengan kondisi yang lebih parah.
Namun, jika seseorang telah terinfeksi chikungunya, pada umumnya orang tersebut akan memiliki kekebalan dan daya tahan tubuh yang baik untuk mencegah menderita chikungunya di kemudian hari. Meski jarang, pada beberapa kasus orang yang sudah pernah mengalami chikungunya bisa juga berpotensi mengalami penyakit ini jika daya tahan tubuh dalam kondisi yang kurang baik atau sedang berada di daerah endemis chikungunya.
Demam kuning atau yellow fever merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus jenis Flavivirus dan disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Setelah nyamuk mengigit manusia atau monyet yang terinfeksi, virus kemudian masuk ke aliran darah nyamuk dan menetap di kelenjar air liur nyamuk. Kemudian, jika nyamuk menggigit manusia atau monyet yang sehat, barulah kemudian virus tersebut masuk ke aliran darah dan menyebar ke dalam tubuh manusia atau monyet yang digigit.
Demam kuning terkadang sulit didiagnosis karena gejalanya cukup umum dan menyerupai gejala penyakit lainnya. Namun, bila sudah dalam kondisi yang parah atau dalam fase toksik, kulit dan sklera (bagian putih mata) akan terlihat menguning.
Tidak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan chikungunya, karena penderita akan dapat sembuh dengan sendirinya. Dalam banyak kasus, gejala akan mereda dalam seminggu. Meski begitu, tetap harus periksakan ke dokter untuk dicek dan diberikan obat yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
BACA JUGA: Cara Ampuh dan Aman Usir Nyamuk dari Bayi
Cover: Photo by Pixabay on Pexels