Sorry, we couldn't find any article matching ''
Update Covid-19: Semua yang Perlu Diketahui Tentang Varian Baru Omicron
Varian baru Covid-19 Omicron, apa lagi, nih? Seberapa bahayakah varian satu ini?
Omicron (B.1.1.529) resmi dinyatakan oleh WHO sebagai varian baru Covid-19, 26 November lalu. Varian ini ditemukan sejak munculnya kenaikan kasus di Afrika Selatan. Apa saja yang perlu kita ketahui tentang varian baru ini? Berikut saya coba simpulkan, ya.
Muncul di Afrika Selatan, tetapi sudah pernah terdeteksi di Belanda
Meski WHO menyatakan bahwa varian Omicron ini timbul sejak kenaikan kasus di Afrika Selatan, dilansir Detik.com, Belanda menyebut bahwa varian Omicron lebih dulu terdeteksi di negaranya sejak 19 November 2021. Pihak Institut Nasional untuk Kesehatan Masyarakat (RIVM) pun mengkonfirmasi bahwa varian Omicron ini ditemukan pada dua sampel yang diambil dari pasien COVID-19 pada 19 dan 23 November 2021. Kini, total infeksi varian Omicron di Belanda sudah ada 16 kasus. Beberapa terjadi usai 14 penumpang pesawat dari Johannesburg dan Cape Town dinyatakan positif Corona.
Sampai saat ini setidaknya sudah ada 20 negara yang mengkonfirmasi varian Omicron. Bahkan 70 negara termasuk Indonesia, mulai melakukan pembatasan dan larangan perjalanan dari beberapa negara di selatan Afrika demi mencegah penyebaran varian ini.
Dapat dideteksi oleh PCR
Rangkuman yang dibuat oleh akun update Covid-19, @pandemictalks, menyatakan bahwa menurut WHO, tes diagnostik PCR masih dapat mendeteksi varian Omicron, dan juga varian lainnya. Sementara rapid antigen tidak dapat mendeteksi jenis varian yang menginfeksi. Masih diperlukan studi lebih lanjut untuk mengetahui apakah semua merek tes antigen tetap sensitif mendeteksi varian Omicron. Diharapkan produsen tes antigen memberikan update apakah ada penurunan sensitifitas mendeteksi Omicron pada alat diagnostiknya. (Sumber: BBC 30 November 2021)
Reinfeksi masih bisa terjadi pada penyintas Covid-19
Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, menyatakan bahwa ada kemungkinan varian B.1.1.529 atau varian Omicron ini dapat membuat penyintas COVID-19 kembali mengalami infeksi atau reinfeksi COVID-19. Namun, kemungkinan tersebut perlu penelitian lebih lanjut yang saat ini masih dilakukan oleh para tim peneliti global dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Apakah varian Omicron lebih berbahaya daripada Delta?
Dikutip oleh Reuters, Adrian Puren, pejabat direktur eksekutif Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan (NICD), menjelaskan bahwa sejauh ini, berdasarkan laporan anekdotal oleh dokter yang telah merawat pasien COVID-19 Afrika Selatan, infeksi akibat varian Omicron menimbulkan gejala relatif ringan seperti batuk kering, demam, dan keringat malam. Kendati demikian, menurut Puren, masih terlalu dini untuk memastikan bahwa Omicron menggantikan varian Delta di Afrika Selatan.
Kecepatan penularan lebih tinggi, tetapi tidak memperburuk gejala klinis
Wiku menambahkan, berdasarkan pengamatan sementara varian Omicron ini dinilai memiliki kecepatan penularan yang lebih tinggi daripada varian lainnya. Namun demikian, penelitian juga menyebutkan bahwa varian ini tidak memiliki sifat memperburuk gejala klinis pasien COVID-19.
Untuk itu, Wiku tetap meminta masyarakat Indonesia untuk waspada akan penyebaran varian Omicron, meskipun sementara ini belum dilaporkan adanya varian omicron di Indonesia melalui hasil pengamatan dan pemeriksaan menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS).
“Kita tidak boleh lengah, karena belajar dari varian Delta periode Idul Fitri, apabila tidak dipersiapkan dengan baik, maka varian ini dapat kembali meningkatkan kasus COVID-19,” tegas Wiku.
Intinya, tidak perlu kembali cemas asalkan kita tetap menerapkan prokes, khususnya ketika kita harus berkegiatan di luar rumah. Pastikan seluruh anggota keluarga sudah mendapatkan vaksin, pakai masker, jaga jarak, dan hindari kerumunan.
Baca juga:
Update Covid 19: Serba-Serbi Vaksin Booster yang Perlu Kita Ketahui
Share Article
COMMENTS