Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mengenal Gender Dysphoria
Apa itu Gender Dysphoria, masalah yang umumnya dapat dideteksi di saat anak berusia 2-4 tahun? Cari tahu di sini.
Baru-baru ini saya membaca kisah inspiratif dari Amar Alfikar, seorang transpria yang sekarang aktif menjadi penggiat keberagaman. Amar muda bernama Amalia, terlahir sebagai perempuan, yang sejak kecil merasa ada yang berbeda pada dirinya, dan jiwa laki-lakinya lebih dominan.
Semakin hari, pergulatan batinnya semakin parah, yang berujung pada stress berat, hingga akhirnya ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan psikolog agar bisa menemukan akar masalahnya. Perjuangan panjang bagi Amar, dua tahun lamanya hingga akhirnya ia mendapat jawaban dari seorang psikolog yang berhasil mengidentifikasi masalahnya, yaitu Amar mengalami gender dysphoria.
Baca juga: Saat Anak Memberontak Gender
Photo by Yasin Yusuf on Unsplash
Apakah sebenarnya gender dysphoria dan di usia berapa biasanya masalah ini dapat teridentifikasi?
Menurut Psikolog Anak & Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo , Sp.Psi.,Psi, gender dysphoria adalah kondisi di mana seseorang merasa atau berpikir bahwa ada ketidaksesuaian antara jenis kelamin biologisnya dan identitas gendernya, hingga menimbulkan kecemasan, kekhawatiran, keresahan , depresi, dan stress karena konflik atau pergulatan antara ekspresi/identitas gender yang dialami dan dirasakan seseorang dengan jenis kelamin biologisnya, hingga dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari dari invidu yang bersangkutan.
Mbak Vera juga menambahkan, biasanya masalah ini dapat dideteksi di saat anak berusia 2-4 tahun, yaitu saat anak mulai lebih mengenal jenis kelamin biologis dan identitas gendernya.
Baca juga: Gender Neutral Parenting, Seberapa Bahaya?
Lalu bagaimana cara mengidentifikasinya?
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) memberikan panduan dan menjelaskan bahwa terdapat beberapa perbedaan karakteristik antara remaja muda/dewasa dan anak-anak yang mengalami gender dysphoria.
DSM-5 mendefinisikan gender dysphoria pada remaja dan orang dewasa sebagai ketidaksesuaian antara ekspresi/identitas gender dengan jenis kelamin biologis seseorang, yang berlangsung setidaknya 6 bulan, dan individu tersebut mengalami setidaknya dua dari ciri-ciri dibawah ini:
1. Ketidaksesuaian antara ekspresi/identitas gender (nama, cara berpakaian, model rambut, perilaku, suara) dengan jenis kelamin biologis seseorang
2. Keinginan kuat untuk menghilangkan alat kelamin, atau menghambat perkembangan atau pertumbuhannya, karena ketidaksesuaian dengan ekspresi/identitas gender yang dialami dan dirasakan oleh seseorang
3. Keinginan yang kuat untuk memiliki jenis kelamin biologis lain
4. Keinginan kuat untuk memiliki identitas gender lain (aspek sosial dan perilaku khas dari jenis kelamin tertentu yang diharapkan oleh suatu masyarakat).
5. Keinginan kuat untuk dilihat dan diperlakukan sebagai gender lain
6. Keyakinan yang kuat bahwa seseorang memiliki perasaan dan perilaku yang khas dari gender yang berbeda.
Sementara pada anak-anak, DSM-5 mendefinisikan gender dysphoria sebagai sebagai ketidaksesuaian antara ekspresi/identitas gender dengan jenis kelamin biologis seseorang, yang berlangsung setidaknya 6 bulan, dan anak-anak tersebut mengalami enam ciri-ciri di bawah ini, dimana salah satunya menjadi kriteria utama :
1. Keinginan kuat untuk menjadi gender lain atau keyakinan bahwa dia memiliki identitas gender yang lain
2. Untuk anak laki-laki, memilih berpakaian seperti anak perempuan/cross dressing, sedangkan untuk anak perempuan, memilih berpakaian maskulin dan menolak berpakaian feminin
3. Menjadi gender lain ketika bermain peran
4. Memilih mainan atau lebih suka berkegiatan yang biasanya dilakukan oleh gender lain
5. Lebih suka bermain dengan anak bergender lain
6. Untuk anak laki-laki, menolak bermain atau melakukan kegiatan maskulin (misalnya bermain bola), dan untuk anak perempuan menolak bermain / melakukan kegiatan feminin, seperti masak-masakan atau bermain boneka.
7. Ketidaksukaan terhadap anatomi seksual seseorang
8. Keinginan yang kuat untuk memiliki jenis kelamin biologis yang sesuai dengan identitas gender yang dirasakan/dialami
Untuk memenuhi kriteria diagnosis, kondisi tersebut juga harus dikaitkan dengan permasalahan yang signifikan secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Untuk penanggulangannya, selain koreksi medis, Mbak Vera juga menekankan pentingnya sesi konseling/psikoterapis untuk mengatasi stress dan agar dapat mengenali akar masalah yang sebenarnya, serta adanya psikoedukasi untuk keluarga agar dapat menyingkapi masalah ini dengan tepat, dan dapat membantu individu yang bersangkutan.
Sesi konseling dan psikoedukasi menjadi krusial, karena tantangan terbesarnya adalah penerimaan keluarga atas kondisi individu yang mengalami gender dysphoria tersebut.
Sumber artikel dari sini
Share Article
COMMENTS