Dalam hal ini mencakup minta maaf, mengomentari sesuatu, hingga memberikan pendapat. Nah, berikut ini adalah 6 hal yang sebaiknya didengar anak perempuan.
Mungkin akan lebih mudah buat seorang ayah mengajarkan pelajaran hidup pada anak laki-laki. Bisa jadi karena kesamaan gender, dan pengalaman hidup sebagai laki-laki yang membuat pengajaran hidup lebih mulus. Sementara itu, menghadapi anak perempuan buat para ayah mungkin akan jauh lebih menantang. Padahal, nih, di dunia patriarki yang kita tinggali saat ini, anak-anak perempuan akan lebih banyak berjuang agar ia bisa menjalani hidup dengan percaya diri sebagai perempuan.
Sebagian besar para ayah mungkin akan merasa canggung untuk ikut main princess-princess-an, atau sekadar main jual-jualan. No worries, pelajaran hidup untuk anak perempuan juga bisa didapat dari bagaimana ayah bersikap dan berbicara. Berbicara dalam hal ini mencakup minta maaf, mengomentari sesuatu, hingga memberikan pendapat. Nah, berikut ini adalah 6 hal yang sebaiknya didengar anak perempuan dari ayahnya menurut Dr. Jill A. Stoddard, psikolog asal San Diego, California, Amerika Serikat, dan seorang penulis buku psikologi Be Mighty.
Ada banyak, kan, momen membantu bagi para ayah kalau mau jeli? Sesederhana membantu pasangan di rumah, meski dirasa ‘bukan tugas’nya. Ketika melihat istri sibuk, beberapa hal nggak kepegang, ayah mungkin bisa turun tangan jadi volunteer untuk menggantikan tugas istri. Ayah bisa bilang, “Sini aku bantu.” Atau misalnya pernyataan, “Kamu urus yang itu, aku urus yang ini, ya.” Nah, di rumah sudah, di sekolah juga bisa, lho. Seandainya ada kepengurusan sekolah macam jadi ketua POMG, atau paling nggak wakilnya, deh, para ayah bisa terjun di situ. Jadi volunteer di sekolah, yang biasanya dipegang ibu-ibu, menunjukkan pada anak perempuan bahwa segala posisi, pekerjaan, dan peran sangat mungkin dilakukan baik laki-laki dan perempuan.
Seringkali kita, terutama para ayah, mengeluarkan pernyataan “Dasar Drama Queen.” atau “Duh baper amat,” ketika mendengarkan pendapat atau suara perempuan. Ingat, anak perempuan kita melihat dan mendengarnya, lho. Mungkin terdengar sepele, tapi tanggapan ini seakan menunjukkan pada anak-anak perempuan bahwa mengekspresikan pendapat dan emosi itu salah. Kalau para ayah nggak setuju dengan pendapat tersebut, boleh banget, lho, kasih tanggapan, “Pendapat yang bagus, tapi kalau menurut Ayah, sih, nggak sepenuhnya tepat.” Bisa dicari tanggapan yang lebih positif meski yang mau diutarakan itu negatif.
Baca juga: Ajarkan 8 Hal Ini Agar Anak Laki-Laki Kita Bisa Jadi Ayah yang Baik
Jangan pemain sepak bola terus yang dikasih pujian. Atlet perempuan terutama dari negara sendiri juga bisa dijadikan pelajaran berharga buat anak perempuan. Cukup dengan mengutarakan antusiasme terhadap pasangan ganda putri bulutangkis Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Ya, boleh juga komen soal kasus pesenam asal Amerika Serikat, Simone Biles yang kena masalah mental di Olimpiade Tokyo 2020. Dengan sikap seperti ini para ayah seakan mengirim pesan kepada anak-anak bahwa persaingan sehat itu baik. Banyak hal dari mana saja yang bisa kita hargai.
Sebenarnya, ya, ada hiburan dan kesenangan tersendiri ketika anak-anak mendengarkan pengalaman kita. Selama itu nggak diulang 1000 kali, hahaha… Pertemanan sebenarnya bisa menjadi salah satu topik menarik. Bukan hanya cerita tentang persahabatan sejati, tapi juga teman para ayah yang menusuk dari belakang. Ayah bisa memberi pelajaran pada anak perempuan, bahwa yang namanya teman itu ada yang baik, bahkan memberi pengaruh buruk. Ayah bisa memberi penjelasan logis, teman mana yang sebaiknya dipertahankan, dan mana yang sebaiknya dijauhi saja. Nggak usah dijadikan teman lagi.
Menyela adalah kebiasaan yang mudah dilakukan, terutama bagi pria. Uhuk. Menurut Stoddard, kebiasaan menginterupsi ini kemungkinan bermuara pada dominasi. Hello patriarchy! Hehehe… Kelepasan untuk menyela ketika ada orang lain berbicara sebenarnya wajar, tapi boleh banget didahulukan atau diakhiri dengan permintaan maaf. “Sorry, ya, kalau bicaramu harus kupotong, tapi menurutku….” atau misalnya, “Sorry, ya, tadi kamu belum selesai bicara sudah kusela.” Buat sebagian orang ini hanyalah masalah sopan santun, tapi bagi anak perempuan, ini merupakan pesan bahwa perempuan juga boleh berpendapat, kok. Dan sah saja kalau mau interupsi, tapi tetap bisa menghargai pendapat orang lain.
Baca juga: Pesan Untuk Ayah Baru dari Para Ayah Veteran
Saat melihat penampilan perempuan di kafe misalnya, atau selebriti saat menonton televisi, daripada kasih komentar, udah mending keep silence aja, sih, pak bapak. Pun kalau misal Anda seorang muslim misalnya, dan ingin mengajarkan tentang wajib berhijab, mungkin ayah bisa berkomentar, “Akan lebih baik bila kecantikannya ditutupi.” Pun terhadap ibunya anak-anak, hindari memberi komentar yang mungkin akan bikin istri sakit hati, ya, ayah, terutama ketika anak-anak bisa jelas mendengarnya. Lalu gimana kalau misalnya si istri yang minta dikomentarin, misal, “Duh, lengan aku, kok, gede, ya?” Ayah bisa membalas, “Tapi lengan ini yang bekerja keras untuk mengurus keluargaku.” Lebih adem, kan, kan, kan?
Photo by Arifur Rahman on Unsplash