Sorry, we couldn't find any article matching ''
10 Kalimat yang Nggak Mau Didengar Ayah Saat Mengasuh Anak, Nomor 2 Paling Sering Diucapkan
Sama halnya kita yang nggak suka kalau dikritik, coba, cek dulu, jangan-jangan kita juga sering mengatakan hal ini saat melihat suami (ayah) mengasuh anak?
Kalau ditanya, “Kenapa, sih, nggak mau dikritik saat mengasuh anak?”, kira-kira apa jawaban kita? Salah satunya pasti, “Karena masing-masing orangtua punya cara sendiri yang tidak bisa disamaratakan dalam hal mengasuh anak.” Memang, meski jaman sekarang ini makin banyak teori parenting yang bisa kita terapkan, tapi, kembali lagi, masing-masing orangtua punya pertimbangan untuk memilih cara yang ingin diterapkan. Pada akhirnya, you do you! Alias, pakai cara sendiri yang diyakini selama ini.
The thing is, meski nilai parenting yang diterapkan sama, antara suami dan istri saja cara mengasuh anaknya bisa berbeda, lho. Ada mom-style, ada dad-style, lah, bahasa simpelnya. Sama dengan kita yang suka terganggu sama kalimat-kalimat yang dilontarkan orang lain saat kita mengasuh anak, para ayah juga mengalaminya. Apa saja, sih, kalimat gengges menurut bapack-bapack ini?
“Lho, Mamanya ke mana?”
Kalimat ini nggak mungkin keluar dari mulut istri, tapi dari orang lain. Bisa keluarga dekat, jauh, bahkan society. Ini pengakuan dari teman saya ketika sedang membawa bayinya ke klinik. Karena kebetulan appoinment dilakukan sekaligus, di mana bayi harus ditimbang, sementara ibunya sedang mengantre urusan lain, banyak mata yang tertuju pada si ayah karena rasa iba, kasihan, memang mamanya ke mana, kok, nggak bantuin? Ya ampun, padahal yang dilakukan si ayah memang bukan helping, but parenting!
“Kok, gitu, sih?”
Kalau lagi gantiin popok anak, urutannya mungkin berbeda dengan cara yang dilakukan istri, tapi kan tujuannya bersihkan bagian yang terkena pis atau pup. Cara apapun sama saja, kok, yang penting tujuannya tercapai yaitu anak kembali bersih dan pakai popok baru. Nggak perlu, lah, kalimat “Kok gitu, sih?” Kecuali kalau memang ada yang fatal dengan cara yang dilakukan.
“Jangan sambil main HP, dong!”
Saat lagi main sama anak, sering ditegur jangan sambil main HP, padahal saat itu lagi ada urusan yang sifatnya urgent dan nggak bisa kalau nggak diladeni. Yang penting, kan, tetap fokus mengajak anak main dan hadir di situ.
“Cuma disuruh gitu aja, kok, lama?”
Nggak Mommies, nggak Daddies, siapa yang nggak bakal kesal kalau dilontarkan kalimat yang ngebanding-bandingin begini? Memang, sih, umumnya, Mommies mungkin jauh lebih mahir saat menangani anak sambil melakukan pekerjaan rumah tangga. Tapi, nggak perlu diucapkan juga bisa, dong?
“Kok, jadi males, sih, ngikutin bapaknya, ya?”
Saat lagi nemenin anak main tapi anak sedang nggak semangat, lalu ada yang datang dan komentar begini, rasanya, kan, kesel, ya! Udah anak dibilang malas, nyalahin bapaknya pula!
“Biasanya emang kalo sama ibunya lebih bener, nih, daripada sama bapaknya.”
Waduh, kalimat-kalimat begini, nih, yang bisa bikin ayah mundur teratur dari urusan parenting. Kalau masyarakat terus beranggapan seperti ini, tidak heran kalau urusan mengasuh anak selalu dibebankan ke ibu lagi, ibu lagi.
“Oh, pantesan!”
Saat si ayah kedapatan lupa membawa barang-barang anak ketika ke sekolah atau bermain di luar rumah. Kritik dari orang sekitar, “Oh, pantesan!” seakan-akan mewajarkan kalau ayah itu pelupa, kurang teliti, sedangkan kalau sama ibunya pasti nggak ada barang yang ketinggalan. Kan, nggak begitu!
“Kamu, sih, sibuk kerja, makanya anaknya nggak mau!”
Buat beberapa ayah, bonding dengan anak seringkali jadi tertunda karena pekerjaan. Tapi, nggak bisa, dong, kalau kita langsung menyalahkan suami karena anggapan kita, dirinya tidak pernah bisa hadir buat anak. Toh, suami menjalani perannya sebagai ayah yang mencari nafkah. Kalau suami lagi mau peluk-peluk anak, lalu anak menolak, lebih baik berikan tips supaya anaknya mau, kalau memang perlu, mending ngumpet aja, Bun! Daripada menyalahkan dengan kalimat ini.
“Bisa, nggak? Kalau nggak, aku aja, deh!”
Kalau memang kita berharap suami andil dalam urusan parenting, satu hal yang wajib kita miliki adalah: trust, alias keyakinan penuh bahwa ia bisa melakukannya, dengan caranya sendiri. Kalau sedikit-sedikit nggak yakin, jangan salahkan suami kalau pada akhirnya dijawab, “Ya, udah, nih, kerjain!”
“Ah, kamu, nih, makanya, bla bla bla bla!”
Memang, sih, kalimatnya mungkin tidak persis begini, tetapi ini adalah gambaran reaksi kita saat suami sedang mencoba mengasuh anak, tapi malah disalahin terus ketika yang ia lakukan mungkin kurang tepat. Namanya usaha, perlu dihargai, meski mungkin lebih sering bikin gemas, hahaha!
Yuk, dukung ayah jaman sekarang supaya selalu bisa hands on dengan cara ikut menciptakan society yang membuat mereka juga nyaman menjalani perannya.
Baca juga:
Sering Diremehkan Ketika Mengurus Anak, Berikut 8 Mitos Tentang Ayah
Kuis Karakter Ayah di Film, Mana Paling Sesuai dengan Suami?
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS