Untuk mengatasi alergi debu pada anak, Mommies harus mengetahui dulu apa yang menjadi pemicunya. Simak penjelasan lengkapnya menurut dokter anak berikut.
Ketika berbicara tentang alergi, itu sebenarnya merupakan reaksi tubuh yang berlebihan terhadap benda asing tertentu atau yang kita sebut dengan alergen. Alergi bisa menyerang siapa pun, tetapi lebih sering ditemukan pada anak di bawah usia dua tahun. Alergi bisa terjadi jika anak memiliki riwayat keluarga yang mengalami kondisi tersebut sebelumnya. Ia biasanya menyerang tiga lokasi di dalam tubuh, yaitu saluran napas, saluran cerna, dan kulit.
Untuk alergi debu, maka bagian tubuh yang terserang adalah saluran napas. Alergi debu sendiri biasanya disebabkan oleh alergen hirup. Bisa dari tungau, serbuk bunga, hingga debu-debu yang ada di rumah.
Mari ketahui lebih lanjut mengenai alergi debu, berdasarkan penjelasan dari dr. Ajeng Indriastari, Sp.A, dokter spesialis anak di RS Omni Pekayon dan RS Graha Juanda, yang juga membuka praktek pribadi di Grand Galaxy City, Bekasi.
Menurut dr. Ajeng, pencetus alergi debu adalah inhalan. Itu merupakan jenis alergen yang dihirup melalui saluran pernapasan. Nah, inhalan ini bisa berbeda antara di Indonesia dan negara empat musim.
Di Indonesia yang merupakan negara tropis, masalah utamanya adalah kelembapan yang tinggi. Hal ini membuat tungau debu rumah—semacam serangga mikrokopis yang ukurannya kecil sekali—mudah berkembang biak. Tungau ini lah yang kemudian bisa menjadi pemicu alergi debu pada anak.
Sementara itu, untuk di negara empat musim, mereka mengalami musim semi sehingga inhalannya bisa berupa serbuk sari.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, pemicu alergi debu bisa berupa bulu binatang, kotoran kecoak, asap rokok, hingga polusi udara.
Gejala alergi yang muncul bisa berupa:
“Gejalanya cenderung muncul di malam atau pagi hari. Di siang hari, kalau anak lagi main di luar sepertinya memang sehat-sehat saja, tapi pas malem atau subuh menjelang pagi, mulai deh gejalanya muncul dan itu harus segera diperhatikan,” ungkap dr. Ajeng.
Menurut dr. Ajeng, orang tua bisa melihat dari kebiasaan sehari-hari anak. Misalnya, setiap Si Kecil bermain boneka, ia akan bersin-bersin, maka kemungkinan besar pemicunya adalah debu di boneka tersebut. Atau ketika memegang kucing atau anjing, ia menunjukkan gejala alergi, maka bisa jadi pencetusnya adalah bulu hewan. Perhatikan kapan biasanya gejala muncul, untuk mengetahui alergen anak terlebih dulu.
Namun, jika memang kurang yakin, maka dr. Ajeng menyarankan Mommies untuk membawa anak melakukan tes alergi. Tesnya bisa dilakukan dengan dua cara, ada yang melalui kulit dan darah. Dari sini, akan diketahui hal apa yang menjadi pemicu munculnya alergi pada anak.
Jika sudah mengetahui apa pencetus alerginya, Mommies harus konsultasi lagi ke dokter untuk mengetahui langkah pengobatan yang tepat. Biasanya, dokter akan bertanya mengenai riwayat alergi anak, ini untuk menentukan berat atau ringannya kondisi yang dialami. Pasalnya, proses pengobatannya pun ada beberapa macam, disesuaikan dengan kondisi alergi masing-masing anak.
Menurut dr. Ajeng, untuk riwayat alergi ringan, bisa dilakukan dengan pemberian obat antihistamin atau antialergi. Jadi, obat ini digunakan untuk mengurangi gejala alerginya. Obat antihistamin ini biasanya bekerja dengan cepat dan aman digunakan anak-anak dari umur enam bulan.
Yang kedua, bisa dengan nasal saline, yaitu larutan garam NaCL isotonik 0,9%. Jenis pengobatan ini biasanya diteteskan ke rongga hidung. Fungsinya untuk melembapkan rongga hidung dan mengencerkan lendir sehingga mudah dikeluarkan.
Nah, untuk alergi debu yang berat, kadang diperlukan lebih dari antihistamin atau nasal saline. Pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan kortikostreoid intranasal atau semprotan hidung. Obat semprot hidung ini dosisnya sangat rendah untuk anak karena tujuannya hanya menurunkan reaksi peradangan hidung. Lama pemberiannya bervariasi bisa sebentar hingga 6 bulan.
Namun, pengobatan ini tidak boleh dilakukan sendiri ya, Mommies. Perlu juga resep dokter untuk dosisnya. Sebab, pengobatan ini memang ditujukan untuk alergi yang cukup parah sehingga perlu penanganan ahli.
Mengatasi alergi debu bisa juga dengan dekongestan yang bekerja untuk mengecilkan pembuluh darah yang bengkak di hidung akibat reaksi alergi. Dekongestan memang termasuk golongan obat untuk mengatasi gejala seperti hidung tersumbat. Bentuknya bisa berupa semprotan hidung atau ada yang diminum langsung.
Untuk kasus alergi yang paling berat biasanya diarahkan untuk melalukan imunoterapi. “Misalnya alerginya debu, maka nanti akan disuntikkan tungau debu dalam dosis yang sedikit hingga banyak sehingga tubuh beradaptasi dengan alergen. Ini harus dengan dokter anak konsultan alergi dan dilakukan saat kondisi anak sudah sangat parah,” papar dr. Ajeng.
Selain itu, dr. Ajeng mengingatkan bahwa bahwa antibiotik bukan obat untuk alergi. Obat jenis ini hanya boleh diberikan jika ada infeksi sekunder bakteri, seperti sinusitis akut yang disertai gejala demam lebih dari 3 hari. “Kalau cuma alergi saja, sebaiknya tidak perlu memberikan antibiotik,” imbuh dr. Ajeng.
Selain pengobatan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan Mommies di rumah agar alergi debu pada anak tidak semakin parah. Berikut di antaranya:
Intinya, menurut dr. Ajeng, dalam mengatasi alergi debu pada anak, sangat penting untuk melakukan diagnosis dan mengetahui pencetusnya terlebih dulu. Jika sudah tahu, mudah bagi Mommies untuk melakukan pencegahan atau pengobatan. Dan yang terpenting, selalu konsultasikan kondisi anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang komprehensif.
BACA JUGA:
Mitos dan Fakta Seputar Alergi pada Anak
Lakukan 9 Hal Ini Untuk Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Anak Alergi