Tidak mampu bergerak dan berbicara saat tidur? Banyak orang menyebutnya dengan sleep paralysis. Ketahui 12 fakta tentang fenomena yang juga kerap disebut dengan kelumpuhan tidur berikut ini.
Pernah merasa tidak bisa menggerakkan badan saat baru tersadar dari tidur? Banyak orang menyebutnya ketindihan dan kerap dikatkan dengan hal mistis. Misalnya, tentang munculnya sosok makhluk halus yang menindih tubuh kita, terutama jika posisi tidur sedang terlentang. Namun, dalam istilah medis, kondisi ketindihan ini biasa disebut dengan sleep paralysis atau kelumpuhan tidur.
Lebih lanjut, itu merupakan kondisi di mana seseorang tidak mampu bergerak dan berbicara saat baru tertidur, sedang tidur, atau terbangun dari tidur. Untuk dapat lebih memahaminya, berikut 12 fakta sleep paralysis.
Sleep paralysis tidak berbahaya, bukan penyakit, dan merupakan kondisi yang terjadi secara alami. Biasanya kondisi ini terjadi selama beberapa detik atau menit. Setiap orang setidaknya pernah mengalami sleep paralysis, satu atau beberapa kali dalam hidupnya.
BACA JUGA: 4 Posisi Tidur Terbaik Agar Terlelap dengan Nyenyak
Kelumpuhan tidur dapat terjadi di salah satu dari dua transisi, ketika sedang tertidur yang disebut ‘hypnagonic’ atau saat bangun yang disebut ‘hypnopompic’. Saat tidur, tubuh harus masuk ke dalam siklus tidur REM (Rapid Eye Movement). Ketika siklus ini terjadi, otak mengalami mimpi dan otot tidak dapat bergerak.
Namun, jika orang tersebut bangun sebelum siklus REM-nya selesai, maka akan terjadi kelumpuhan tidur. Atau terbangun tetapi tubuhnya tidak dapat bergerak. Hal ini dikarenakan otot belum menerima sinyal dari otak mereka untuk menggerakan tubuh.
Orang yang memiliki gangguan tidur seperti insomnia, pola tidur yang kurang baik, dan narkolepsi, rentan mengalami kelumpuhan tidur. Narkolepsi merupakan gangguan pada saraf yang menyebabkan kemampuan otak mengalami kesulitan untuk mengatur tidur, yang akhirnya menyebabkan rasa kantuk yang cukup berat pada siang hari.
Kelumpuhan tidur sering terjadi pada penderita narkolepsi karena gelombang otak yang tidak teratur sehingga mereka merasa sadar padahal sedang bermimpi.
Jika Anda sering mengonsumsi alkohol, nikotin, dan obat-obatan, sebaiknya hindari setidaknya 3 jam sebelum tidur. Lalu, coba juga untuk membatasi kafein melewati jam 2 siang. Sebelum tidur, matikan semua perangkat elektronik agar tidak memicu kelumpuhan tidur. Latih juga tubuh untuk menyesuaikan diri dengan jadwal tidur yang konsisten dan teratur setidaknya 6-8 jam setiap malam.
Orang dengan gangguan kecemasan, gangguan panik, dan gangguan stress pascatrauma (PTSD) juga dapat membuat seseorang terjaga di malam hari. Hal ini akhirnya mengganggu pola dan siklus tidur, serta rentan mengalami kelumpuhan tidur.
Saat tidur, otak juga harusnya ikut tidur. Namun, pada kondisi sleep paralysis, otak tetap terbangun dan aktif. Pada akhirnya, itu membuat seseorang tetap sadar tetapi tidak bisa menggerakkan otot-otot tubuhnya dengan bebas. Kondisi ini juga disertai dengan merasa ada tekanan pada dada sehingga akan bangun dengan napas terengah-engah.
Sleep paralysis tidak bisa disamakan dengan night terror. Orang-orang yang terbangun karena teror malam biasanya langsung bangun dengan panik dan duduk tegak. Mereka juga sering kali tidak menyadari sekelilingnya dan tidak tahu di mana mereka berada.
Saat mengalami kelumpuhan tidur, seseorang tidak dapat berbicara. Hal ini terjadi karena mulut tidak dapat bergerak mengikuti seluruh tubuh. Orang yang mengalaminya akan merasa mulut berusaha untuk berbicara, tetapi tidak bisa terucap. Kondisi ini bisa terasa seolah-seolah orang tersebut sedang tersedak karena tidak ada cukup udara yang masuk.
Halusinasi dapat terjadi di tengah kondisi antara bermimpi dan terjaga. Ketika seseorang mengalami kelumpuhan tidur, mimpi yang dialami mungkin menjadi lebih jelas dari biasanya.
Menurut peneliti, orang yang tidur dengan posisi telentang sering mengalami kelumpuhan tidur dibandingkan dengan posisi tidur lainnya. Untuk mencegah terjadinya kelumpuhan tidur, cobalah tidur dengan posisi lainnya seperti menyamping atau tengkurap. Para peneliti juga menemukan bahwa posisi tidur lain mengurangi kemungkinan terjadi kelumpuhan tidur.
BACA JUGA: Penyebab Ilmiah Blue Light Ponsel Kacaukan Jam Tidur
Jika mengalami kelumpuhan tidur, cobalah untuk tetap tenang. Meskipun pada beberapa orang mungkin terasa menakutkan karena tidak dapat melakukan apa-apa saat kondisi kelumpuhan tidur terjadi, tetapi bersikap tenang dapat membantu seseorang tidak terlalu merasa diserang. Ini juga memberikan kita waktu untuk berusaha memahami dan merasionalkan situasinya.
Jika semakin sering mengalami kelumpuhan tidur, langkah terbaik adalah bicarakan dengan dokter. Dokter dapat memberi masukan tentang faktor-faktor lain yang kemungkinan dapat memengaruhi situasi tersebut. Konsumsi beberapa obat-obatan dan gangguan mental tertentu juga dapat menyebabkan sleep paralysis.
Cover: Freepik