Sorry, we couldn't find any article matching ''
Diskusikan 6 Fakta Aborsi Ini Dengan Remaja Perempuan
Ada banyak fakta aborsi yang sebaiknya kita diskusikan dengan remaja perempuan, agar kelak ia punya kuasa penuh atas tubuhnya sendiri.
Ribut-ribut dunia perdrakoran gegara salah satu aktor yang lagi naik daun dituduh memaksa aborsi mantan kekasihnya, hingga saat ini masih hangat dibicarakan. Seperti halnya yang sudah-sudah, netijen yang budiman pun terbagi jadi 2 kubu. Kubu bela si mantan dengan alasan dia adalah korban, tapi tak sedikit juga yang tetap berdiri di sisi sang idola dengan dalih ada indikasi mantan yang memberikan pernyataan bohong. Tenang, kita di sini nggak bakal bahas siapa benar, siapa salah. Tapi, kita mau bahas soal fakta aborsi yang jadi inti dari keributan ini. Karena di mata saya, ketika aksi aborsi terlibat di sini, yang banyak rugi sudah pasti pihak perempuan. Untuk itulah ada 6 fakta aborsi yang bisa mommies diskusikan dengan remaja, terutama remaja perempuan. Supaya kelak kalau ada yang maksa-maksa, rayu-rayu, atau bujuk-bujuk si anak perempuan, dia menyadari bahwa ia punya kuasa penuh atas tubuhnya sendiri dan sudah tahu segala risikonya.
Yang paling banyak rugi pasti perempuan
Bukan cuma seks bebas, tapi hasil dari aktivitas tersebut, entah unwanted pregnancy, hingga keputusan aborsi akan lebih banyak ditanggung perempuan. Jika sampai pihak laki-laki nggak bertanggung jawab, anak perempuan yang akan memelihara si bayi sendirian. Membesarkan anak seorang diri tentu nggak mudah. Pun tindak aborsi. Berhubung aborsi di negara kita ilegal, aksi ini biasanya akan dilakukan bukan dengan ahlinya, sehingga kemungkinan untuk terjadi komplikasi selama proses tersebut menjadi besar. Fisik dan psikis bisa sangat terguncang.
Aborsi sama dengan pembunuhan
Seperti yang dijelaskan di atas, di negara kita tindak aborsi tanpa alasan medis yang jelas akan dianggap sebagai tindakan pembunuhan. Alasannya adalah ketika janin tumbuh di dalam kandungan, itu tandanya ada sebuah kehidupan baru. Tindak aborsi tentu akan membuat kehidupan tersebut terhenti. Hal ini bisa didiskusikan ke anak-anak perempuan, bahwa tindak aborsi merupakan satu tanggung jawab besar, yang kelak akan ia pertanggung jawabkan di akhirat nanti.
Baca juga: Jadilah Orangtua Yang Kita Butuhkan Saat Kita Masih Remaja
Aborsi boleh dilakukan selama alasannya jelas
Kecuali terdapat alasan medis seperti kehamilan ektopik (hamil di luar rahim) atau kehamilan terjadi karena pemerkosaan, maka aborsi boleh dilakukan. Tentunya berdasarkan konsultasi dengan dokter serta psikolog terlebih dahulu, ya. Jika kehamilan tersebut membahayakan fisik dan mental ibu serta janin, maka biasanya aborsi akan disarankan.
Fakta aborsi bisa akibatkan komplikasi kesehatan
Ingatkan remaja perempuan, ketika tindak aborsi dilakukan, terdapat risiko yang bisa menimbulkan komplikasi kesehatan. Apalagi kalau aborsi dilakukan tanpa pengawasan dan prosedur yang benar. Contohnya saja, bisa terjadi perdarahan, masalah pada rahim karena ada bagian dari janin yang masih tertinggal di dalam, hingga risiko kematian ibu.
Janin dapat merasakan sakit ketika diaborsi
Sampai setidaknya 24 minggu kehamilan sebenarnya janin belum merasakan sakit saat diaborsi. Hal ini disebabkan karena janin bahkan tidak memiliki kapasitas fisiologis untuk merasakan nyeri sampai setidaknya 24 minggu kehamilan. Namun jika digugurkan di atas minggu ke-24, janin akan merasakan kesakitan.
Ada risiko hukum yang dihadapi
Di negara kita, pengaturan mengenai aborsi dimuat dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Sehingga bila tidak ada alasan medis yang jelas, kita bisa kena sanksi pidana bila melakukan aborsi ilegal. Baik yang mengaborsi, yang mengantar, hingga semua orang yang terlibat di dalamnya. Sebenarnya risiko aborsi itu besar, ya.
Yang perlu didiskusikan lagi dengan remaja perempuan adalah bagaimana mommies meyakinkan dirinya untuk tidak berpikir pendek. Terutama bila kehamilan sudah terjadi. Ya, melakukan seks bebas tentu melanggar norma agama dan sosial, tetapi sebagai orangtua, kita tentu nggak akan membiarkan dia bertanggung jawab sendirian. Bagaimanapun untuk remaja dalam hal ini remaja perempuan, tanggung jawab sebagian besar masih di pundak kita, orangtuanya. Yakinkan anak bahwa ia tidak akan ditinggal sendirian. Yakinkan ia, aborsi menjadi jalan terakhir bila unwanted prengancy terjadi. Meski ada rasa marah, ia masih sangat bisa bersandar pada kita dan keluarganya akan mencari solusi terbaik dalam permasalahan besar yang ia hadapi.
Baca juga: Cara Adem Menghadapi Remaja Keras Kepala
Photo by Suhyeon Choi on Unsplash
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS