Sorry, we couldn't find any article matching ''
Osteoporosis: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mengatasinya
Satu dari 3 perempuan dan 1 dari lima laki-laki di dunia mengalami osteoporosis. Mari kenali lebih lanjut tentang penyakit ‘tulang keropos’ berikut.
Secara istilah, osteoporosis memang benar-benar berarti tulang keropos. Itu merupakan kondisi di mana tulang kita menipis dan kehilangan kepadatannya. Akibatnya, tulang kehilangan kekuatan dan kualitasnya menurun. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan tulang patah, yang akhirnya menyebabkan rasa sakit, kecacatan, dan sulit menjalani aktivitas sehari-hari.
Tulang kita merupakan jaringan hidup yang memberikan struktur pada tubuh. Ia memungkinkan kita untuk bergerak dan melindungi organ-organ. Dengan adanya osteoporosis, tulang menjadi rapuh dan keropos, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
BACA JUGA: Osteogenesis Imperfecta, Penyakit Rapuh Tulang
Osteoporosis kerap disebut sebagai ‘silent disease’. Ini karena sebagian besar orang tidak menyadari dirinya mengidap osteoporosis sampai tulangnya patah karena cedera ringan.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui gejala dan tanda-tanda osteoporosis agar kita bisa mencegahnya. Atau, jika sudah memilikinya, Mommies atau keluarga bisa segera mendapat perawatan sebelum terlambat.
Gejala osteoporosis
Biasanya, tidak ada gejala yang muncul pada tahap awal tulang keropos. Namun, saat tulang mulai melemah akibat osteoporosis, baru lah ada tanda-tanda serta gejala yang dirasakan. Berikut di antaranya:
Faktor risiko
Osteopososis bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti hipertirodisme. Juga akibat penggunaan obat-obatan tertentu. Namun, selain itu, kondisinya bisa muncul karena beberapa faktor risiko berikut:
Usia
Faktor risiko yang utama dari osteoporosis adalah usia. Sepanjang hidup, tubuh akan kehilangan tulang-tulangnya dan menumbuhkan tulang baru. Namun, bagaimana pun juga, saat memasuki usia 30-an, tulang kita rusak lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk menggantikannya dengan yang baru. Akibatnya, kepadatan tulang berkurang dan ia menjadi lebih rapuh.
Menopause
Menopause merupakan faktor risiko lainnya dan biasanya terjadi pada perempuan berusisa 45-55 tahun. Karena perubahan kadar hormon, menopause yang terjadi pada tubuh perempuan membuat tulang kehilangan kekuatannya lebih cepat.
Pria juga mulai kehilangan kepadatan tulangnya sekitar usia tersebut, tetapi agak lebih lambat dibanding wanita karena tidak dipicu menopause. Meski begitu, ketika memasuki usia 65-70, pria dan wanita cenderung kehilangan kekuatan tulangnya dengan kecepatan yang sama.
Faktor risiko lainnya, meliputi:
Mencegah osteoporosis
Memang untuk faktor risiko seperti usia dan jenis kelamin, kita tidak bisa mengontrolnya. Namun, Mommies bisa mengendalikan faktor lain seperti kurang nutrisi dan olahraga. Sebagai contoh, sebaiknya Mommies mulai memperbaiki pola makan dan rutin mekakukan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tulang.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mencegahnya adalah:
Jika Mommies memiliki risiko tinggi mengidap osteoporosis, sebaiknya segera konsultasikan kepada dokter agar bisa dicegah sebelum terlalu parah.
BACA JUGA: Fraktur Greenstick, Patah Tulang yang Sering Dialami Bayi dan Anak-Anak
Perawatan osteoporosis
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Mommies memiliki osteoporosis, dokter akan membuat rencana perawatan. Biasanya, mereka akan meresepkan obat seperti bifosfonat untuk merangsang pertumbuhan tulang yang sudah keropos.
Selain itu, dokter juga akan merekomendasikan perubahan gaya hidup, di antaranya mengatur asupan kalsium dan vitamin D serta jadwal olahraga.
Tidak ada obat atau cara yang bisa langsung menyembuhkan osteoporosis. Namun, perawatan yang baik akan membantu melindungi fungsi dan kekuatan tulang. Setidaknya, perawatan-perawatan tersebut dapat menghambat pengeroposan dan menumbuhkan tulang baru.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS