Review Serial Maid di Netflix dan Pelajaran Hidup yang Erat dengan Dunia Perempuan

Entertainment

?author?・13 Oct 2021

detail-thumb

Serial Maid yang terdiri dari 10 episode, berkisah tentang perjuangan seorang ibu bangkit dari kekerasan dalam rumah tangga yang ia alami. 

Serial Maid mulai tayang di Netflix 1 Oktober lalu. Diangkat dari sebuah buku yang berjudul: Hardk Work, Low Pay, and Mother's Will To Survive karya Stephani Land - digarap oleh Molly Smith Metzler bersama sutradara John Wells.

Maid mengisahkan kisah hidup si penulis buku Stephanie Land, diperankan Margaret Qualley sebagai Alex . Ia menjadi single mom di akhir usia 20-an, harus berjuang memberikan kehidupan yang layak untuk buah hatinya Maddy (Rylea Nevaeh Whittet) sebagai petugas kebersihan dari rumah ke rumah.

Di saat merintis profesi tersebut, Alex juga mesti berhadapan, sekaligus membereskan sejumlah masalah hidupnya baik dari sisi perannya sebagai istri, ibu, anak hingga dirinya sendiri. 

Dari berbagai drama hidup Alex yang sering kali membuat saya menghela napas ketika menonton, banyak pula sekali pelajaran yang bisa dipetik. Apa saja?

1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) tak melulu soal fisik

Di satu malam, suami Alex, Sean,  berteriak sangat kencang, mengeluarkan sejumlah kata-kata kasar kepada Alex dan melempar gelas persis ke arah wajahnya.Pecahan kaca meleset mengenai tembok, tapi serpihannya menyebar hingga ke rambut Maddy. Pada saat itu Alex hanya bisa diam, dia hanya merasakan ketakutan yang sangat hebat, badannya terasa kaku, belum mampu berkata-kata. Dalam dirinya bergumam, harus bisa keluar dari rumah secepatnya, menyelamatkan diri dan Maddy.

Dari situasi tersebut, saya mengambil pelajaran, sangat penting untuk mengetahui jenis-jenis KDRT yang kerap dialami dalam sebuah rumah tangga. Agar bisa segera mengidentifikasi jika berada di situasi tersebut (harapannya, sih, tentu tidak terjadi, yah), bukan hanya diam dan  tak membela atau menyelamatkan diri serta anak.

Menurut Undang-undang No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), jenis kekerasan yang termasuk KDRT adalah:

  • Kekerasan Fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
  • Kekerasan Psikis, adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdata, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
  • Kekerasan Seksual, meliputi:
  • Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang mentap dalam lingkung rumah tangga tersebut;
  • Pemaksaan hubungan seksaul terhadap salah seorang dalam lingkung rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
  • Penelantaran Rumah Tangga, berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja dan layak di dalam atau di luar rumah, sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.
  • Baca juga: Waspada Jenis-jenis Kekerasan Emosional dalam Pernikahan

    Lalu gimana kalau mendapati diri atau orang lain yang butuh bantuan dilindungi dari berbagai bentuk KDRT di atas? Baca di sini ya Mommies. 

    Baca juga: Mendapatkan Kekerasan Finansial dalam Perkawinan, Ini yang Harus Mommies Lakukan

    2. Selesaikan dan berdamai dengan inner child Anda

    Selama  proses merampungkan berbagai masalahnya, Alex baru sadar bahwa sebagian dirinya terjebak dalam masa lalu yang kelam, berkaitan dengan perilaku KDRT sang ayah, ketika ia masih seusia Maddy. Di bawah alam sadarnya, Alex dewasa menjadi pribadi yang sulit untuk menyuarakan isi hati, mulut seperti dibungkam sesuatu, lidah pun kelu. Alex mempunyai inner child yang belum ia tuntaskan.

    Dalam artikel Kenali 4 Jenis Luka Inner Child dan Cara Berdamai Dengannya dikatakan “setiap orang memiliki masa kecil yang berbeda-beda. Banyak yang punya kenangan manis, tapi nggak jarang yang pahit dan penuh luka. Berbagai pengalaman  dan peristiwa yang terjadi semasa kecil, akan berproses dalam diri seseorang dan memengaruhi seluruh aspek tumbuh kembang hingga cara mengekspresikan diri saat dewasa. Itulah inner child, bagian dari masa lalu seseorang yang membentuknya hingga seperti ini, di masa kini.”

    Jika Anda merasakan ada yang tidak beres dengan inner child dan berpengaruh negatif pada emosi si masa kini, segera hubungi pakar untuk konsultasi, ya, moms.

    3. Ibu berhak merealisasikan mimpinya yang tertunda

    Di sela-sela melakukan profesinya, Alex merekam semua detail kejadian saat membersihkan rumah para pelanggan, berupa cerita, iya, diam-diam Alex bermimpi menjadi penulis. Tiap rumah punya julukan masing-masing, disesuaikan dengan karakter si tuan rumah atau pola kehidupan pribadi mereka. Tak terasa satu buku sudah dipenuhi tulisan tangannya.

    Jauh sebelum menjadi petugas kebersihan, Alex pernah mengajukan beasiswa, namun batal berangkat, karena tidak punya biaya. Dengan berbagai halang rintang, ia kembali memperjuangan beasiswa tersebut, dan menjadikan seluruh cerita dalam bukunya tersebut sebagai syarat utama mendaftar. Voila! Alex akhirnya diterima kembali di Universitas Montana, dan memenuhi mimpinya ia pindah bersama Maddy ke Missoula untuk kehidupan yang lebih baik.

    Penggambaran kegigihan Alex dalam serial Maid untuk meraih beasiswanya, makin bikin saya percaya bahwa apa pun peran seorang perempuan, ia masih berhak mewujudkan mimpinya. Memberdayakan diri sendiri, membekali dengan berbagai ilmu yang sesuai dengan minat masing-masing. 

    Efek dominonya akan panjang. Jika suatu saat terjadi sesuatu dengan pernikahan, entah bercerai hidup, atau ditinggal berpulang suami. Sebagai ibu, kita masih bisa memberikan kehidupan yang layak untuk masa depan anak-anak

    Baca juga: Alasan Seorang Ibu Harus Berani, Mengejar Mimpi yang Sempat Terpendam

    4. Melepaskan bukan berarti kalah

    Image: www.hitc.com

    Pasangan Alex di serial Maid ini, Sean, awalnya menuntut hak asuh penuh atas Maddy, dengan dalih Alex melarikan anaknya di tengah malam tanpa memberitahu dirinya. Setelah melalui berbagai momen yang menyentuh naluri Sean sebagai ayah, berikut membuka logika sehatnya, akhirnya Sean berbesar hati menyerahkan hak asuh sepenuhnya pada Alex. 

    Sadar dan mengakui, bahwa dirinya saat itu, belum mampu menjadi ayah dan pasangan yang layak dari segi material dan  emosi. 

    Alex akhirnya pergi dengan tenang bersama Maddy ke Missoula, memulai babak baru kehidupannya. Sean melepas mereka dengan hati lega, gentle sebagai laki-laki, pasangan dan ayah - tidak ada dendam, co-parenting dilakukan dengan isi hati dan kepala yang dingin. Karena melepas bukan berarti kalah, tapi justru membuka kesempatan untuk kedua belah pihak bertumbuh menjadi versi pribadi yang lebih baik.

    Baca juga: Tips Co-Parenting dari Selebriti Hollywood

    Referensi artikel: 1 & 2