Gangguan makan ternyata memiliki tingkat kematian tertinggi dari semua jenis gangguan mental. Ketahui jenis, tanda, serta bahayanya.
Secara resmi, gangguan makan (eating disorder) diklasifikasikan sebagai "feeding and eating disorders" dalam “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5)”. Istilah “gangguan makan” mewakili sekelompok kondisi kesehatan mental yang kompleks.
Bahayanya? Eating disorder menyebabkan tekanan emosional, komplikasi medis yang signifikan, gangguan serius terhadap kesehatan, dan fungsi sosial, serta tingkat kematian tertinggi dari semua jenis gangguan mental.
Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa eating disorder disebabkan oleh beberapa faktor. Termasuk genetika, biologi otak, kepribadian, dan definisi mengenai kecantikan dan tubuh ideal menurut masyarakat dan budaya. Tampaknya 50% sampai 80% disebabkan oleh masalah genetika, tetapi gen saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang mengembangkan perilaku gangguan makan. Ada ungkapan yang secara pas menggambarkan kondisi ini: “genes load the gun, but environment pulls the trigger.”
Ini dia beberapa faktor lingkungan yang juga bertanggung jawab menjadi penyebabnya:
• Pelecehan
• Perundungan
• Diet
• Perubahan dalam hidup
• Penyakit kejiwaan
• Pubertas
• Stres
• Stigma berat badan ideal
Ditandai dengan pembatasan asupan makanan yang menyebabkan berat badan turun, melebihi dari yang seharusnya, takut berat badan bertambah, dan bentuk tubuh menjadi tidak ideal. Terlepas dari fakta bahwa anoreksia adalah gangguan makan yang paling banyak mendapatkan sorotan, sebenarnya ini adalah jenis gangguan makan yang paling jarang terjadi.
Tanda-tanda umum:
• Sangat kurus dibandingkan orang-orang dengan usia dan tinggi badan yang sama.
• Pola makan sangat terbatas.
• Sangat takut berat badannya berlebih meskipun sebenarnya sangat kurang.
• Terus menerus ingin lebih kurus dan lebih kurus lagi.
• Meyakini pandangan umum bahwa berat badan ideal = harga diri seseorang.
• Tidak mau menerima bahwa bobot tubuhnya sangat di bawah yang semestinya.
2. Bulimia nervosa
Ditandai dengan episode makan berlebihan (binge eating) dan kemudian mengeluarkan kembali makanan yang telah dimakan, baik dengan memuntahkannya, berpuasa, olahraga berlebihan, atau menggunakan obat pencahar. Penderita bulimia takut bertambah berat badan meski sebenarnya punya berat badan normal.
Tanda-tanda umum:
• Sulit menahan diri tidak makan berlebihan.
• Melakukan perilaku pembersihan yang tidak tepat untuk mencegah bertambahnya berat badan.
• Mens tidak teratur.
• Berat badan naik dan turun dengan cepat akibat pola makan berlebihan lalu berpuasa atau memuntahkannya.
3. Binge eating disorder
Sering makan dalam jumlah sangat banyak dan sulit menahan dorongan untuk makan. Gangguan makan ini berpotensi besar menimbulkan penyakit serius, seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, bahkan penyakit jantung.
Tanda-tanda umum:
• Makan dalam porsi besar (padahal tidak merasa lapar), cepat, dan biasanya sembunyi-sembunyi sampai merasa kekenyangan.
• Tidak mampu megontrol diri saat makan.
• Merasa bersalah, tertekan, malu, dan jijik karena makan berlebihan.
• Tidak berupaya melakukan pembersihan seperti penderita bulimia.
Selain eating disorder, ada pula feeding disorder yaitu gangguan pemberian pola makan saat anak masih kecil yang berpengaruh terhadap pola makan saat anak tumbuh dewasa.
1. Pica
Pica adalah gangguan makan yang melibatkan benda-benda yang tidak dianggap sebagai makanan seperti kertas, debu, tanah, kotoran, rambut, kapur, sabun, deterjen dan masih banyak lagi. Paling sering dialami oleh anak-anak, wanita hamil, dan penderita gangguan mental. Individu dengan Pica berisiko alami keracunan, infeksi, cedera di usus, dan kekurangan nutrisi. Tergantung pada zat yang tertelan, Pica bisa berakibat fatal.
2. Gangguan Ruminasi
Orang dengan kondisi gangguan ruminasi umumnya akan memuntahkan makanan yang baru saja mereka telan. Kemudian, mereka mengunyahnya lagi dan menelannya atau memuntahkannya. Kondisi ini dapat menyebabkan malnutrisi jika makanan yang ditelan lebih sedikit dari porsi seharusnya. Gangguan ini dapat berkembang selama masa bayi, kanak-kanak, atau dewasa. Pada bayi, cenderung berkembang antara usia 3-12 bulan dan bisa menghilang dengan sendirinya.
3. Avoidant/restrictive food intake disorder
ARFID merupakan gangguan makan yang membuat penderitanya selektif dalam memilih makanan. Kurangnya minat terhadap makanan atau ketidaksukaan yang kuat terhadap bau, tampilan, atau rasa makanan tertentu. Kondisi ini memicu penurunan berat badan secara drastis, hingga mengganggu fungsi tubuh jika tak segera mendapat penanganan. Biasanya dialami oleh balita dan orang-orang lanjut usia.
Tanda-tanda umum:
• Menghindari atau membatasi asupan makanan sehingga penderitanya kekurangan kalori dan nutrisi.
• Kebiasaan makan yang mengganggu fungsi sosial normal, seperti saat makan bersama orang lain.
• Penurunan berat badan yang drastis.
• Purging disorder. Kerap melakukan pembersihan dengan memuntahkan makanan, menggunakan pencahar, diuretik, atau olahraga berlebihan agar dapat mengontrol berat badan atau bentuk tubuh mereka. Namun mereka tidak makan berlebihan seperti penderita binge eating disorder.
• Night eating syndrome adalah gangguan makan yang ditandai dengan kebiasaan makan banyak di malam hari. Seringnya terjadi ketika terbangun dari tidur.
Jika Anda memiliki gangguan makan atau mengenal seseorang yang mungkin mengalaminya, carilah bantuan dari praktisi kesehatan yang khusus menangani eating disorder.
Photo by Annie Spratt on Unsplash