Sejak vaksinasi COVID-19 dijalankan, ada laporan bahwa vaksin punya efek mengganggu siklus menstruasi pada beberapa perempuan. Bagaimana faktanya?
Bicara soal vaksin COVID-19, nggak lepas dari efeknya. Mommies yang sudah divaksin mungkin merasakan juga demam, sakit kepala, nyeri otot, menggigil dan beberapa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) umum lainnya setelah menerima vaksin.
Namun selain KIPI umum tersebut, ada beberapa perempuan yang melaporkan adanya gangguan siklus menstruasi pasca vaksin COVID-19. Benarkah ini akibat vaksin? Atau, hanya kebetulan belaka?
Melansir Healthline, ada beberapa laporan bahwa vaksinasi COVID-19 dikaitkan dengan perubahan menstruasi. Sayangnya, masih sangat sedikit penelitian tentang hal ini.
Sejauh ini, laporan mengenai gangguan menstruasi yang dialami pasca vaksin COVID-19 ini bersifat pengamatan langsung. Gangguan yang paling sering digambarkan adalah menstruasi yang tidak teratur atau menstruasi yang lebih berat setelah vaksinasi. Efek ini tampaknya bersifat sementara. Sebab, sebagian besar mengalami pola menstruasinya kembali normal beberapa minggu setelah vaksinasi.
Sejak awal April 2021, menurut laporan BMJ, ada sekitar 958 kasus perubahan menstruasi yang telah dilaporkan ke British Medicine and Healthcare Products Regulatory Agency. Perubahan tersebut meliputi:
Efek ini lebih umum terjadi pada vaksin AstraZeneca dibandingkan dengan vaksin Pfizer-BioNTech.
Walau efek ini telah dilaporkan, namun faktanya, belum ada penelitian yang dilakukan untuk secara langsung menghubungkan perubahan menstruasi dengan vaksin COVID-19. Selain itu, ada banyak faktor lain yang dapat memengaruhi gangguan siklus menstruasi.
Baca juga: Ini 3 Jenis Sanksi Bagi yang Menolak Vaksin COVID-19
Di Indonesia sendiri, menurut Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof. Hindra Irawan Satari, belum ada laporan kasus sehubungan dengan gangguan siklus menstruasi pasca menerima vaksin Covid-19. Pernyataan ini dikuatkan dengan laporan KIPI hasil clinical trial fase pertama hingga ketiga, dimana tidak terdapat kasus gangguan menstruasi.
Dr Pat O'Brien, ginekolog dari Royal College of Obstetricians and Gynecologist (RCOG) menjelaskan bahwa wanita yang mengalami perubahan siklus menstruasi setelah vaksin bisa jadi sebuah kebetulan. Sebab, tegasnya, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 akan memengaruhi kesuburan seseorang.
Bila seseorang mengalami perubahan siklus menstruasi setelah divaksin, untuk memastikan penyebabnya vaksin COVID-19 atau bukan, perlu diperksa lebih lanjut oleh dokter kandungan.
Gangguan atau perubahan siklus sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya usia, menderita penyakit tertentu, gangguan hormon, obesitas, penggunaan obat-obatan tertentu, stres dan lain sebagainya. Faktor terakhir ini sangat mungkin menyebabkan siklus menstruasi terganggu.
Peningkatan stres semasa pandemi dapat menyebabkan gangguan menstruasi, baik menstruasi menjadi tidak teratur, sangat sedikit atau sangat banyak, atau terlewat (misalnya tidak menstruasi dalam sebulan). Kaitan antara stres dan gangguan menstruasi ini sudah didukung oleh beberapa penelitian.
Memang, kemungkinan menerima vaksin COVID-19 dapat mengganggu siklus menstruasi itu bisa saja terjadi. Namun, belum ada data ilmiah yang mendukungnya hingga saat ini. Lagipula, menurut laporan, menstruasi akan kembali normal setelah beberapa minggu. Artinya belum ada laporan bahwa gangguan siklus menstruasi ini dapat terjadi secara permanen. Ada baiknya kita juga mencermati faktor-faktor lain seperti kondisi fisik dan psikis diri sendiri yang mungkin menyebabkan siklus menstruasi kita berubah.
Jadi, jangan khawatir, tak ada alasan untuk menunda vaksin! Apabila mommies masih ragu apakah vaksin COVID-19 dapat mengganggu siklus menstruasi, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terkait vaksin atau dokter obgyn mommies. Yuk, sukseskan vaksin COVID-19!
Baca juga: Lakukan Ini Bila Ada Anggota Keluarga yang Menolak Vaksin COVID-19