banner-detik
KIDS

Waspada 11 Tanda Masalah Sensorik Pada Anak

author

Fannya Gita Alamanda12 Aug 2021

Waspada 11 Tanda Masalah Sensorik Pada Anak

Ada beberapa tanda bahaya yang menunjukkan bahwa anak mungkin memiliki masalah sensorik yang butuh perhatian ekstra. Berikut 11 tanda masalah sensorik paling umum.

Sebelum mulai membahas daftar ini, kami ingin memastikan Anda paham bahwa beberapa tanda bahaya ini TIDAK berarti anak Anda menderita Autisme, Gangguan Pemrosesan Sensorik, atau diagnosis lainnya. Harapan ditulisnya artikel ini adalah jika Mommies melihat anak berperilaku seperti salah satu di daftar ini, Mommies bisa memberikan dukungan, pengertian, dan kasih sayang yang anak butuhkan.

1. Alami meltdown setiap kali diajak berbelanja. Selalu

Meltdown (berbeda dengan tantrum) adalah dorongan emosi dari anak ketika dia sudah mulai kewalahan akan perasaannya sendiri seperti marah atau menangis, tanpa ia tahu sebabnya. Luangkan waktu sejenak untuk bertanya atau evaluasi apakah penerangan di dalam toko tidak nyaman untuk anak, apakah terlalu banyak orang, terlalu bising, atau ia kelelahan dan ingin tidur bukannya diajak berbelanja. Hal sepele buat orang dewasa belum tentu sepele buat anak-anak. Kita mungkin nggak sadar bahwa cahaya lampu bisa sangat mengganggu bagi anak yang peka terhadap cahaya. Begitu pula dengan suasana ramai.

2. Nggak pernah merasa pusing

Pernah lihat anak-anak kecil melakukan permainan berputar-putar di tempat, terjatuh karena ruangan tempatnya berdiri tampak ikut berputar, lalu bangun sambil terhuyung-huyung? Nah, beberapa anak bisa melakukan hal yang sama tapi beda hasilnya. Setelah menjatuhkan diri, ia dapat bangkit dan berjalan seperti biasa tanpa limbung. Kelihatannya keren ya, tapi ternyata ini tanda bahaya. Apa yang terjadi adalah indra visbular (keseimbangan) anak memproses informasi dengan tidak benar. Jika Mommies tahu Si Kecill mengalami ini segera konsultasikan dengan dokter anak.

Baca juga: Saat Anak Insecure, Lakukan 7 Hal Ini!

3. Membungkuk sepanjang waktu dan tampak lemas

Ini berkaitan dengan poin 2 tadi. Anak-anak yang tidak memproses input vestibular (keseimbangan) dan proprioseptif (gerak antarsendi) dengan baik, seringkali bermasalah dengan kekuatan tulang belakang, perut, panggul, dan pelvis yang buruk. Mereka sering bersandar pada sesuatu dan kesulitan duduk tegak.

4. Kaget saat dibaringkan untuk ganti popok atau mencuci rambut

Ketika anak-anak terlalu banyak memproses input vestibular (sistem indera yang sangat berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh manusia), gerakan-gerakan tertentu bisa membuatnya takut. Seseorang yang mengalami gangguan keseimbangan, pada hipersensitif, bisa takut dengan gerakan sederhana, seperti naik ayunan, menolak digendong, atau naik turun tangga. Ketika tubuhnya dibaringkan telentang itu sangat menakutkan baginya, Bayangkan seperti tubuh seseorang terlempar ke belakang dari atas tebing yang tinggi, kira-kira seperti itulah yang mereka rasakan.

5. Menolak berjalan telanjang kaki di luar rumah

Orangtua tanpa sadar sering bercerita tentang bayi mereka yang duduk di atas selimut dan menolak untuk bergerak karena tak ingin menyentuh rumput atau pasir. Beberapa anak tumbuh dengan tetap seperti itu karena sistem sensorik mereka menjadi peka, beberapa yang lain tidak. Jika anak tidak mau berjalan di atas rumput atau tanah, atau terlihat sangat kesal saat ia melakukan itu, ini merupakan indikasi bahwa mungkin sensitif terhadap tekstur dan sistem indra peraba mereka terlalu banyak memproses sehingga mereka menganggap menyentuh rumput atau pasir akan menyakitkan.

6 tanda lainnya bisa Anda baca di halaman selanjutnya

6. Pemilih soal pakaian

Jika anak menangis karena jahitan tepi kaus kaki, membenci baju tertentu karena terganggu dengan label pakaiannya, atau menolak memakai jenis pakaian tertentu, maka kemungkinan besar mereka memproses input sentuhan (sistem indra peraba) secara berlebihan. Kita mungkin menganggapnya lebay tapi untuknya hal-hal tadi membuatnya tidak nyaman dan menyakitkan.

7. Semua harus sesuai dengan caranya

Anak-anak yang sensitif terhadap jenis tertentu atau berbagai bentuk input sensorik mungkin berusaha keras untuk mengendalikan lingkungan mereka agar mereka merasa lebih nyaman. Mereka mungkin mengatur barang-barang mereka dengan cara tertentu atau harus mengenakan pakaian mereka dalam urutan tertentu.

8. Mendorong orang dan benda-benda sepanjang waktu

Jika anak Anda selalu mendorong orang lain atau sesuatu, bisa jadi ia mencari proprioceptive input/ deep pressure (input yang didapat berupa gerakan otot dan sendi, akibat adanya tekanan sendi atau gerakan tubuh) Terkadang anak-anak yang melakukan hal itu dicap agresif atau hiperaktif. Anak-anak (dan bahkan orang dewasa) menganggap deep pressure input dapat menenangkan dan membuat rileks. Ini alasan mengapa dipijat terasa sangat nyaman ketika kita sedang stres.

Anak-anak yang mengalami kesulitan dengan self regulation (kemampuan untuk melakukan “kontrol” terhadap dirinya) dan sensory processing (kesadaran mengenai posisi tubuh, gerakan maupun sentuhan) menyukai alat dan aktivitas yang melibatkan deep pressure seperti selimut pemberat, squishy bantal, dan pelukan.

9. Bersandar pada mesin cuci atau speaker stereo

Ini adalah cara lain yang dilakukan anak untuk mencari dan mendapatkan input proprioseptif (input berupa gerakan otot dan sendi, akibat adanya tekanan sendi atau gerakan tubuh). Dan getaran dari benda-benda ini memberi banyak input proprioseptif untuk mereka.

10. Mencari tempat sempit

Seperti di poin 9, ini adalah cara lain anak Anda mencoba mendapatkan input proprioseptif (gerak antarsendi). Remasan dan tekanan yang mereka rasakan dari duduk atau berbaring di tempat sempit bisa menenangkan mereka.

11. Mengalami kesulitan transisi di antara aktivitas

Sebabnya bisa berbeda-beda dan kadang, bisa juga merupakan kombinasi dari beberapa sebab, tetapi anak-anak yang kelebihan atau kekurangan pemrosesan berbagai input sensorik sering mengalami kesulitan mengubah aktivitas karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di lingkungan berikutnya. Perubahan-perubahan fisik seperti suara, cahaya, dan aroma juga dapat membuat mereka merasa kewalahan.

Baca juga: Cara Mengatasi Emosi Anak Sesuai Usia

Sumber artikel

Photo by Alan Rodriguez on Unsplash

PAGES:

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan