Sebelum melakukan donor ASI, ada hal-hal yang harus diperhatikan. Simak panduan donor ASI sesuai saran dari IDAI berikut ini.
Di masa pandemi, entah berapa kali saya harus melihat berita-berita dukacita di media sosial mengenai kepergian seorang ayah, seorang ibu, seorang anak. Tak terhitung juga berapa banyak mendapat forward-an pesan pencarian donor ASI karena sang ibu entah terkena Covid-19 atau meninggal dunia karena Covid-19. Sedih membayangkan seorang bayi yang tidak mendapat kesempatan untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau tidak bisa mencicipi ASI dari ibunya karena sang ibu meninggal setelah persalinan.
Dalam keadaan seperti itu, meminta bantuan donor ASI menjadi salah satu hal yang harus dilakukan. Namun, cara ini juga tidak boleh asal. Ada hal-hal yang harus diperhatikan agar ASI yang diterima aman untuk dikonsumsi bayi.
Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Mommies harus memastikan bahwa ibu lain yang mendonorkan ASI-nya memiliki kriteria berikut:
Selanjutnya, setiap ibu yang ingin melakukan donor ASI harus memahami kebersihan dan cara pemerahan ASI dengan baik dan benar. Ini dilakukan agar ASI yang ingin didonasikan tetap bersih dan sehat. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan:
Selain latar belakang dan kesehatan pendonor serta tata cara memerah ASI yang ingin didonorkan, cara penyimpanan juga harus diperhatikan. Menurut Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), pemberian dan penerimaan ASI di Indonesia masih banyak dilakukan sendiri oleh para ibu dan keluarga. Ini menimbulkan kekhawatiran akan kontaminasi dan penyebaran penyakit pada ASI yang didonasikan. Oleh sebab itu, ASI harus diyakini bebas virus dan bakteri dengan dipasteurisasi atau dipanaskan.
Berikut metode pemanasan yang bisa diterapkan pada ASI donor untuk mencegah risiko penularan penyakit:
Nah, itu dia panduan donor ASI yang harus Mommies perhatikan. Jangan sampai terlewat ya, Mommies!
Meskipun donor ASI sangat membantu, tetapi AIMI mengatakan bahwa cara ini sifatnya hanya sementara. Ada baiknya Mommies tidak selalu bergantung pada donor ASI. Penerima donor harus berkonsultasi dengan konselor laktasi sehingga memungkinkan bagi ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya.
BACA JUGA: