Panduan Donor ASI Sesuai Saran dari IDAI

Breastfeeding

gitalarasw・03 Aug 2021

detail-thumb

Sebelum melakukan donor ASI, ada hal-hal yang harus diperhatikan. Simak panduan donor ASI sesuai saran dari IDAI berikut ini. 

Di masa pandemi, entah berapa kali saya harus melihat berita-berita dukacita di media sosial mengenai kepergian seorang ayah, seorang ibu, seorang anak. Tak terhitung juga berapa banyak mendapat forward-an pesan pencarian donor ASI karena sang ibu entah terkena Covid-19 atau meninggal dunia karena Covid-19. Sedih membayangkan seorang bayi yang tidak mendapat kesempatan untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau tidak bisa  mencicipi ASI dari ibunya karena sang ibu meninggal setelah persalinan.

Dalam keadaan seperti itu, meminta bantuan donor ASI menjadi salah satu hal yang harus dilakukan. Namun, cara ini juga tidak boleh asal. Ada hal-hal yang harus diperhatikan agar ASI yang diterima aman untuk dikonsumsi bayi.

cara menghangatkan asi

Panduan Donor ASI

Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Mommies harus memastikan bahwa ibu lain yang mendonorkan ASI-nya memiliki kriteria berikut:

  • Identitasnya jelas
  • Dalam keadaan sehat dan memiliki bayi berusia kurang dari enam bulan
  • Tidak mengonsumsi obat-obatan seperti insulin, hormon tiroid, atau suplemen lain yang memengaruhi ASI
  • Tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis atau HIV
  • Tidak menerima transfusi darah atau transplantasi organ dalam 12 bulan terakhir
  • Melakukan donor ASI setelah asupan untuk bayinya sendiri sudah tercukupi. Sebaiknya, mendonasikan ASI karena memang produksinya yang berlebih.
  • Menjalani tes HIV, sifilis, hepatitis B, hepatitis C, dan CMV.
  • Selanjutnya, setiap ibu yang ingin melakukan donor ASI harus memahami kebersihan dan cara pemerahan ASI dengan baik dan benar. Ini dilakukan agar ASI yang ingin didonasikan tetap bersih dan sehat. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan:

  • Sebelum memerah ASI, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Selanjutnya, keringkan dengan handuk bersih.
  • Proses pemerahan pun harus dilakukan dengan alat dan di tempat yang bersih. Jika menggunakan pompa, pastikan bagiannya tidak mudah terkontaminasi dan mudah dibersihkan.
  • ASI ditempatkan di botol kaca atau plastik dari bahan polypropylene atau polycarbonate. Pastikan botol tersebut tertutup rapat.
  • donor ASI

    Selain latar belakang dan kesehatan pendonor serta tata cara memerah ASI yang ingin didonorkan, cara penyimpanan juga harus diperhatikan. Menurut Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), pemberian dan penerimaan ASI di Indonesia masih banyak dilakukan sendiri oleh para ibu dan keluarga. Ini menimbulkan kekhawatiran akan kontaminasi dan penyebaran penyakit pada ASI yang didonasikan. Oleh sebab itu, ASI harus diyakini bebas virus dan bakteri dengan dipasteurisasi atau dipanaskan.

    Berikut metode pemanasan yang bisa diterapkan pada ASI donor untuk mencegah risiko penularan penyakit:

  • Pasteurisasi Holder: ASI ditempatkan pada wadah kaca tertutup dan dipanaskan pada suhu 62,5 ˚C selama 30 menit. Mommies sebaiknya menyiapkan pengukur suhu dan waktu agar proses pemanasan dilakukan dengan akurat.
  • Flash Heating: Masukkan sekitar 50 ml ASI pada botol kaca berukuran 450 ml. Kemudian, botol kaca berisi ASI tersebut ditempatkan ke dalam panci aluminium yang sudah diisi 450 ml air. Panaskan panci sampai airnya mendidih. Matikan kompor dan diamkan ASI selama beberapa saat sampai panasnya berkurang dan aman diminum bayi.
  • Pasteurisasi Pretoria: Panaskan air sebanyak 450 ml di sebuah panci hingga mendidih. Selanjutnya, saat air masih panas, letakkan botol kaca berisi ASI di dalam panci selama 20 menit. Sama seperti Flash Heating, diamkan ASI sementara sampai ia bisa dikonsumsi bayi.
  • Nah, itu dia panduan donor ASI yang harus Mommies perhatikan. Jangan sampai terlewat ya, Mommies!

    Meskipun donor ASI sangat membantu, tetapi AIMI mengatakan bahwa cara ini sifatnya hanya sementara. Ada baiknya Mommies tidak selalu bergantung pada donor ASI. Penerima donor harus berkonsultasi dengan konselor laktasi sehingga memungkinkan bagi ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya.

    BACA JUGA: 

    15 Dukungan yang Dibutuhkan Ibu Menyusui

    15 Makanan Terbaik untuk Ibu Menyusui, Apa Saja?