Sorry, we couldn't find any article matching ''
7 Kesalahan Fatal Orangtua Saat Menghadapi Anak Remaja
Meski pernah jadi remaja, ternyata menghadapi mereka tetap penuh tantangan, ya. Cermati 7 kesalahan fatal orangtua berikut ini sebagai trik menghadapi remaja.
Sudah jadi rahasia bersama antara orangtua, dalam menghadapi anak yang sedang tumbuh jadi remaja, tuh, tantangannya banyak banget. Meski kita sendiri pernah jadi remaja, tetap saja, banyak hal yang bikin kita terkaget-kaget ketika jadi orangtua. Dulu sebagai remaja, kita ingin sekali dimengerti. Lah, sekarang, kok, ya, untuk mencoba mengerti mereka rasanya susah banget. Walau zaman berubah, menurut Laurie Hollman,Ph.D., seorang psikoanalis dan penulis buku Unlocking Parental Intelligence: Finding Meaning in Your Child's Behavior, ada beberapa hal mendasar yang tidak berubah, dan bisa kita jadikan panduan agar terhindar dari kesalahan orangtua.
Kalau kata Laurie, yang pasti, remaja itu mengalami banyak perubahan fisik dan kecerdasannya berkembang pesat. Banyak hal yang mereka alami seperti berganti teman, mengalami perubahan pada tubuh, mungkin pindah sekolah, tekanan akademik yang mereka rasa lebih berat, dan harapan yang lebih tinggi dari orang tua. Kesemuanya ikut berperan. Sebagai orang tua, tentu kita menginginkan yang terbaik, hanya saja terkadang apa yang kita lakukan secara nggak sadar malah bikin remaja menutup diri, bahkan nggak respek sama orangtuanya.
Yuk, simak beberapa kesalahan orangtua yang tanpa disadari bikin mereka menjauh.
Baca juga: 5 Anggota Kpop Yang Bisa Jadi Inspirasi Anak Remaja
Memberikan solusi tanpa tahu masalahnya apa
Baru juga ngomong sekata, sebagai orangtua yang notabene lebih banyak makan asam garam sudah memuntahkan 1000 kata ceramah. Belum selesai, nih, ceritanya. Masalah yang dihadapi anak belum didengarkan sepenuhnya. Tentu saja nggak nyambung solusi sama masalahnya. Mungkin kita coba dulu dengarkan mereka sampai selesai, ya.
Kesalahan orangtua: Lupa kalau anak sekarang punya kebutuhan akan privasi
Remaja yang baru berumur 12 tahun itu sekarang suka banget menutup pintu kamar. Yes, yes, yes, mereka sudah butuh privasi, mommies. Bukan lagi anak kecil, meski dibilang dewasa juga masih jauh. Jangan lupa untuk mengetuk pintu, atau minta izin untuk masuk ke kamarnya, ya.
Memberikan penilaian tanpa diminta
Menurut Laurie, remaja, tuh, sangat sensitif terhadap kritik. Bahkan ketika kita pikir, apa yang kita sampaikan adalah untuk membantunya (kasih saran tentang pakaian, misalnya) buat mereka itu adalah salah satu bentuk tidak setuju yang memberatkan dirinya. Untuk hal yang prinsip tentu boleh, tapi mungkin akan lebih baik kalau kita tunggu diminta pendapatnya untuk hal-hal yang tidak mendasar, ya, mommies.
Kesalahan orangtua: Mengabaikan pendapat anak remaja seolah nggak penting
Sebenarnya remaja itu sangat filosofis. Ini merupakan keuntungan intelektual yang penting. Mereka ingin pendapat mereka didengar dan dipertimbangkan. Jadi nggak usah buru-buru menyatakan nggak setuju, kalau mommies punya pendapat lain. Ajak saja mereka untuk mengembangkan ide-ide sambil kita arahkan, ya.
Banyak bicara sedikit mendengar
Kebanyakan bicara, plus nada-nada tinggi dan sedikit mendengarkan, malah bikin kita sulit berkomunikasi dengan remaja. Mereka bisa saja punya banyak hal yang ingin mereka bicarakan, tapi daripada mendengar orangtuanya ‘ngomel’, mereka kemudian memilih untuk memendamnya.
Kesalahan orangtua: Minta dihormati tapi lupa menghormati anak
Iya, mereka memang dilahirkan dari rahim kita. Tapi bukan berarti dia milik kita sepenuhnya, ya, mommies. Bagaimanapun ia adalah individu berbeda, yang punya hak sama untuk dihormati privasi, pendapat, dan ide-idenya. Kita memang lebih tua, dan selalu merasa lebih bijaksana (ya, ini karena pengalaman hidup, ya, nggak bisa disalahkan juga) tapi jangan lupa juga untuk menghormati dan menghargai mereka, ya. Kalau mereka bicara, berpendapat, atau sekadar bertanya, dengarkan baik-baik, tanpa perlu disela. Supaya mereka bersedia untuk berterus terang dan mau jujur.
Baca juga: 10 Tanda Orang tua Tidak Menghargai Anak
Mengkritik terlalu keras
Sebelum mengkritik kesalahan yang ia lakukan, coba dulu, deh, ajukan pertanyaan tentang apa yang dilakukan anak dan kemudian dengarkan baik-baik jika itu ternyata tidak logis. Usahakan nggak langsung mengkritik, tetapi pertanyakan inkonsistensi yang ia lakukan. Lakukan dengan nada suara yang terkontrol baik. Jadi kita nggak kelihatan lembek, tapi juga nggak kelihatan emosi di depan remaja. Mereka jadi tahu apa yang mereka lakukan itu salah, tapi tetap merasa dihargai dan dicintai.
Photo by Freepik
Baca juga: Perilaku Remaja yang Berisiko: Seks Pranikah, Pornografi, dan Pacaran
Share Article
COMMENTS