Sorry, we couldn't find any article matching ''
Kupas Tuntas Peyakit Hepatitis Sebagai Silent Killer
Reputasi hepatitis sebagai “silent killer” sudah kondang di mana-mana. Tahukah Anda apa yang menjadi penyebabnya? Simak penjelasan Prof dr Nurul Akbar, SppD-KGEH.
Mommies pasti pernah mendengar tentang penyakit ini —yang punya julukan seram “silent killer”, kan? Tapi, mungkin belum paham betul tentang seluk-beluknya, apalagi untuk bisa membedakan jenis penyakit hepatitis A, B, C, D, dan E. Biar semuanya “terang-benderang”, yuk kita simak penjelasan dari Prof. DR.dr. Nurul Akbar, SpPD-KGEH, Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastro Entero Hepatologi dari RS Metropolitan Medical Center, Jakarta.
*Gambar dari sini
Apa itu Hepatitis?
Peradangan yang terjadi pada organ hati atau liver kita. Di dalam tubuh, hati memiliki banyak fungsi yang amat vital, antara lain untuk menetralisir racun, mengatur sirkulasi hormon, dan membantu pencernaan lemak. Secara otomatis, gangguan pada organ hati akan mengakibatkan terganggunya pula berbagai fungsi penting yang disebutkan tadi.
Apa yang bisa memicu terjadinya peradangan pada hati? Selain bisa karena konsumsi jamu dan obat-obatan tertentu, konsumsi alkohol berlebihan, dan gangguan autoimun, penyebab paling umum yang bisa memicu penyakit ini adalah akibat infeksi virus hepatitis jenis A, B, C, D, dan E. Sesuai nama jenis virus penyebabnya, maka penyakit ini juga digolongkan menjadi penyakit hepatitis A, B, C, D, dan E. Ciri-ciri setiap jenis penyakitnya bisa dibedakan sebagai berikut:
Meski gejalanya sepertinya tampak berat, ini adalah satu-satunya jenis yang bisa disembuhkan secara total. Orang yang terinfeksi virus hepatitis A (HAV) biasanya akan menderita sakit selama 1-2 minggu dengan gejala demam, lemah, lesu, nafsu makan menurun, nyeri perut, dan sejumlah bagian tubuh (mata dan kulit) tampak berwarna kuning. Virus tipe ini bisa menular melalui makanan dan minuman yang tercemar virus. Karenanya, kebersihan tubuh dan lingkungan amat berperan penting dalam upaya pencegahan jenis penyakit ini.
Baca juga: Hati-hati, Hepatitis A pada Anak Sering Tidak Bergejala
Penyakit hati yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Sekitar 10% penderitanya berisiko mengalami kondisi sirosis (pengerasan) hati. HBV menular melalui darah, misalnya akibat pemakaian jarum (jarum suntik, jarum pada alat pembuat tato, dan jarum untuk proses body piercing) yang tidak steril, hubungan seksual, serta bisa menular dari ibu hamil kepada bayinya. Selain berbahaya, juga seringkali muncul tanpa gejala (makanya disebut sebagai silent killer!). Kalaupun ada gejala, pasien biasanya akan mengalami keluhan serupa dengan penderita tipe A.
Virus hepatitis C (HCV) bisa menular melalui darah dan seringkali muncul tanpa gejala. Sekitar 20% berisiko berkembang menjadi sirosis hati. Mayoritas kasusnya (sekitar 70-80%) juga akan berkembang menjadi penyakit hati yang kronis. Artinya, penderita akan memiliki virus HCV yang terus menetap di dalam tubuhnya sehingga pada akhirnya bisa mengganggu fungsi hati.
Disebut juga dengan virus delta adalah virus cacat yang hanya bisa berkembang biak dengan bantuan virus hepatitis B. Itu sebabnya, hanya ditemukan pada orang yang terinfeksi tipe B. Virus hepatitis D (HDV) paling jarang ditemukan tetapi paling berbahaya. Menular melalui darah seperti juga virus HBV dan HCV. Infeksi bisa terjadi secara bersamaan atau setelah seseorang terserang penyakit hepatitis B kronis.
Cara penyebarannya mirip dengan tipe A, yaitu menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi virus HEV. Bisa mengakibatkan penyakit hati yang akut dengan gejala menyerupai tipe A, namun mayoritas tidak mengakibatkan infeksi kronis. Dengan penanganan yang tepat, penyakit tipe E dapat disembuhkan tanpa menimbulkan penyakit jangka panjang. Berbahaya bila dialami ibu hamil trimester terakhir.
Ini Cara Mencegahnya!
*Gambar dari sini
Meski ancaman penyakit ini bisa menimbulkan akibat yang fatal, namun tetap ada yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan risiko munculnya penyakit. Virus HAV dan HBV bisa dicegah dengan cara melakukan vaksinasi hepatitis A dan hepatitis B. Hanya saja, berhubung hingga kini belum tersedia vaksinasi yang bisa melindungi kita dari infeksi virus HCV, HDV, dan HEV, maka langkah pencegahan berikut ini amat penting dilakukan pula:
- Memelihara kebersihan diri dan lingkungan dengan cara rajin mencuci tangan dan hanya menyantap makanan serta minuman yang terjamin kebersihannya.
- Menghindari pemakaian alat kedokteran dan jarum suntik (untuk keperluan medis maupun estetika) yang tidak steril.
- Menghindari melakukan hubungan seks dengan pasangan yang berbeda-beda.
Dengan melakukan langkah pencegahan tersebut, kita pun bisa membentengi tubuh dari serangan virus hepatitis yang berbahaya. Setuju nggak, mom?
Share Article
COMMENTS