Nggak ada ayah yang sempurna. Tapi 5 skill parenting berikut ini mungkin bisa bantu ayah mengasuh anak hingga tercapai cita-cita mulia:anak bahagia.
Semua Ayah pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Sebagai ayah, semua pasti ingin keputusan yang dibuat, tindakan yang diambil, dan cara memperlakukan anak-anak, adalah agar anak merasa dicintai dan didukung sehingga ke depannya anak bisa sukses. Sukses nggak mesti jadi orang kaya, rumah 5, deposito trilyunan. Tapi sukses untuk menjadi orang yang bahagia lahir batin. Sayangnya nggak ada manusia (baca: ayah) yang sempurna, kan, ya? Supaya cita-cita mulia tadi tercapai, ada skill parenting yang sebaiknya dikuasai para ayah. Menjadi ayah yang baik memang penuh tantangan, tapi skill parenting berikut ini bisa jadi panduan.
Iya, iya, kita semua tahu, sebagian besar ayah super sibuk. Selain jadi imam keluarga, tentunya adalah pencari nafkah utama. Tapi ingat, nafkah bukan cuma lahir, tapi juga batin. Anak-anak membutuhkan kehadiran dan perhatian dari ayahnya, lho. Itulah sebabnya ketika family time tiba, ayah haruslah hadir secara mindful, yang artinya beraktivitas bareng TANPA DISAMBI. Disambi meeting, cek-cek grup whatsapp, atau nonton tim bola kesayangan.
Simple saja, sih, makan siang atau makan malam bareng, fokus menikmati hidangan, sambil ngobrol ringan, itu juga lebih dari cukup. Di lain kesempatan, ayah mungkin juga bisa menjadwalkan waktu , tanpa diganggu kerjaan, untuk fokus bermain sama anak atau kalau buat sama anak pra remaja, bisa olahraga bareng.
Kita tahu, banyak para ayah yang nggak nyaman untuk memeluk atau mencium anak sebagai tanda sayang. Sebagian besar ayah memang tak sefleksibel dan seekspresif para mommies dalam mengekspresikan rasa cintanya. Tapi ketahuilah, memeluk dan memberikan banyak sentuhan fisik seperti mengusap rambut, menepuk bahu, atau menggandeng tangan anak, merupakan kebutuhan anak agar ia merasa dicintai dan disayang sama ayahnya.
Baca juga: Father Hunger Bisa Dirasakan Anak yang Masih Memiliki Ayah
Buat para ayah generasi X dan millennial, mungkin terbiasa menerima hukuman yang keras ketika tumbuh besar dulu. Macam dipukul rotan, disuruh keluar dari rumah, sampai disabet sabuk. Tapi bukan berarti ketika menjadi ayah lalu kemudian melakukan hal yang sama ketika anak melanggar aturan, kan?
Ayah sebenarnya bisa menunjukkan dan memberi tahu anak-anak dengan cara yang lebih tepat. Jelaskan juga, kenapa, sih, mengikuti aturan itu penting. Jika anak melanggar aturan, mungkin bisa dicari tahu alasan ia melakukannya. Nggak usah terbawa emosi. Hukuman seperti memotong waktu screen time lebih bisa bikin mereka kapok, daripada dihukum dikurung di kamar mandi. Jangan lupa, selain punishment, ada reward yang bisa diberikan ketika anak-anak berperilaku yang baik.
Meski kekhawatiran anak terdengar ridiculous alias nggak masuk akal, sebagai orangtua, kekhawatiran tersebut nggak bisa dianggap sepele. Penting, lho, untuk menganggap serius kekhawatiran mereka. Ini adalah salah satu cara untuk membangun rasa percaya anak kepada kita orangtuanya. Anak jadi nggak sungkan untuk cerita apa pun. Semakin ia besar, tentu rasa khawatirnya akan semakin kompleks. Supaya dia mau cerita, jangan pernah menertawakan kekhawatirannya. Kasih penjelasan yang masuk akal, dengan tenang jelaskan kepada anak kekhawatiran tersebut normal, tapi semua akan baik-baik saja dan pasti ada jalan untuk mengatasi rasa khawatir tersebut.
Nggak gampang memang untuk menjadi ayah yang baik. Semua pasti penuh tantangan, apalagi dengan kondisi pandemi seperti ini. Ketika semua terasa sulit, keinginan untuk emosi pasti jadi lebih kuat. Itulah yang sebaiknya diatasi. Penting jadi ayah yang sehat rohani, selain jasmani. Untuk itu, jadikan kesehatan emosional ayah sebagai prioritas. Mungkin ayah bisa meluangkan sedikit waktu untuk berfokus pada diri sendiri dan pikiran. Bukan cuma mommies, tapi daddies juga butuh me time. Cari aktivitas favorit, hobi, yang bisa bikin emosi ayah tenang. Nggak perlu gengsi kalau ternyata ayah memiliki masalah mental yang serius dan butuh pertolongan. Merawat diri sendiri akan membuat ayah lebih mampu merawat anak dengan baik.
Sebagai penutup, kita tahu nggak ada ayah yang sempurna. Kalau ada, itu pasti hoax belaka. Ayah juga manusia yang sesekali pasti melakukan kesalahan, termasuk dalam mengasuh anak. Hanya saja, kesalahan yang sama nggak perlu diulang sampai 100 kali, kan, ya? Semoga panduan di atas bisa bikin Anda jadi ayah yang luar biasa, ya.
Baca juga: Drakor Favorit Para Ayah. Cek di Sini!
Photo by Kelly Sikkema on Unsplash