Pola Asuh Ala Orangtua di Jepang yang Bisa Kita Terapkan

Behavior & Development

RachelKaloh・14 Jul 2021

detail-thumb

Meski selama ini digambarkan sangat kaku dan keras, ternyata pola asuh orangtua di Jepang banyak yang bisa kita jadikan contoh.

“It take a village to raise a child. Meski selama ini seringkali digambarkan sangat kaku dan keras, pola asuh orangtua di Jepang kerap terbukti berhasil membuat sebuah generasi anak-anak yang santun dan terdidik. Persaingan akademisnya seringkali terlihat sengit dan cenderung mengancam emosi anak, tapi dari sisi life skill dan pengendalian diri, anak-anak Jepang patut menjadi contoh. Begini pola asuh yang diterapkan di Jepang.

Aturan Sekolah di Negara Lain yang Bikin Iri (*Colek Pak Nadiem)

Mandiri, hal dasar yang dilatih pada anak 

Berhubung lingkungan di Jepang cukup aman, banyak orangtua yang melepaskan anaknya untuk berangkat ke sekolah sendiri atau bersama temannya, tidak mereka antar dan temani walau menggunakan transportasi umum. Anak-anak di Jepang dilatih untuk menjadi mandiri bahkan sejak ini. Alasan lain yang juga menguatkan hal ini adalah orangtua di Jepang yakin bahwa masyarakat di sekitarnya bisa dipercaya untuk membantu anak-anak. Sulit, sih, untuk diterapkan di sini, kecuali bagi anak yang cukup besar, misalnya ketika masuk SMP, di mana anak biasanya sudah mampu menjaga dirinya sendiri. 

Sekolah menjadi tempat anak mendalami life skill 

Beberapa waktu lalu sempat ada artikel viral, yang menceritakan alasan mengapa sekolah-sekolah di Jepang tidak mempekerjakan petugas pembersih sekolah. Alasannya? Karena di sana, murid-muridlah yang memegang tanggung jawab atas kebersihan gedung sekolah. Mulai dari sekolah dasar, anak diajarkan bagaimana hidup dengan baik, dari mengurus hewan, menghormati orang lain, menjaga alam, hingga nilai-nilai kehidupan seperti pengendalian diri, tanggung jawab dan keadilan. Salah satunya, dengan bersama-sama menjaga kebersihan sekolah demi terciptanya lingkungan yang harmonis. Kebersihan adalah tanggung jawab semua orang, anak-anak tidak perlu merasa diri mereka ada “di atas” seperti yang pada umumnya terjadi dengan adanya petugas kebersihan. 

Pengendalian diri ketika berada di luar rumah

Sangat penting bagi orangtua di Jepang untuk menjaga kedamaian dan keharmonisan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, anak diajarkan untuk tidak mengekspresikan kegelisahan maupun kemarahannya. Memang, sih, buat kita yang selama ini diingatkan untuk selalu validasi perasaan anak, hal ini mungkin terasa kurang tepat. Namun, pada akhirnya terbukti bahwa anak-anak di Jepang, baik ketika di restoran, museum, dan di pusat perbelanjaan, bahkan ketika piknik melihat bunga Sakura pun, bisa terlihat tenang, tidak berteriak dan berlarian ke sana kemari. 

Pendidikan Karakter: Modal Anak Agar Tak Mudah Terbawa Pengaruh Buruk

Menceritakan hobi dan aktivitas anak ke sesama orangtua dianggap tabu

Beda dengan orangtua pada umumnya di sini, sesama orangtua di Jepang tidak akan saling membicarakan tentang anak mereka. Dari sebuah artikel di The Asian Parent yang ditulis oleh Maryanne Murray Buechner, terdapat fakta bahwa orang Jepang hanya berbagi cerita pada orang dekat yang dipercaya. Bahkan menyebut bahwa anak bergabung dalam sebuah tim sepakbola saja bisa dianggap sebagai orang sombong. Sepertinya menarik, ya, untuk diterapkan, toh, memang kita tidak perlu tahu maupun memberikan info sedalam itu pada sesama orangtua yang tidak terlalu dekat, bukan?

Kedekatan dengan anak tidak perlu diumbar

Mungkin hal ini yang menyebabkan pola asuh orangtua di Jepang sering dianggap kaku, karena ternyata meski mengutamakan kedekatan fisik dan emosional dengan anak atau attachment parenting, pantang bagi mereka untuk memperlihatkannya di depan umum. Jangan heran, mayoritas orangtua di Jepang masih tidur bersama anak-anak mereka, bahkan hingga usia preschool. Namun, ketika berada di luar rumah, cukup dengan menggendong anak saja seperti biasa, di depan maupun di punggung, tanpa perlu memeluk dan mencium anak.

Cinta lewat bekal

Bagi para ibu di Jepang, bekal (bento) adalah hal terpenting, meskipun mayoritas ibu yang tinggal di perkotaan harus beradaptasi dengan kesibukannya untuk menyiapkan makanan buat anak-anaknya. Ternyata, para ibu di Jepang memiliki standar tinggi saat menyiapkan bekal untuk anak-anak mereka. Bangun lebih pagi tidak jadi masalah demi bisa menyiapkan makanan sehat nan imut, dari ikan, sayuran, tahu, rumput laut, nasi kepal (onigiri) yang kemudian dihias semenarik mungkin. 

Meski demikian, kita tetap perlu menyaring sendiri mana pola asuh yang patut dicontoh, mana yang tidak, karena tidak semuanya juga cocok untuk diterapkan di sini.

Baca juga:

Wacana Pendidikan Militer: Jika Anak Anda Ikut, Setuju atau Tidak?

Photo by note thanun on Unsplash