Sorry, we couldn't find any article matching ''
Sering Berpikir Negatif? Ini 25 Dampak Buruknya Bagi Kesehatan
Jangan biarkan pikiran negatif terus menang, karena berpikir negatif memiliki dampak buruk (tak hanya untuk mental) namun juga bagi kesehatan fisik kita
Apa hubungan antara pikiran dan emosi? Dari sudut pandang neurosains, saat kita berpikir dan memiliki suatu persepsi, maka akan memicu keluarnya hormon tertentu, dan itulah yang membentuk mood di dalam diri kita. Dari sinilah terjadi perasaan atau emosi. Contoh, saat kita memikirkan sesuatu yang menyenangkan, keluarlah hormon dopamin yang memunculkan emosi positif. Selain dopamine, hormon lain yang memicu emosi positif adalah serotonin dan oksitosin.
Lain halnya jika pikiran kita kusut dan stres, berpikir negatif, terlepaslah hormon kortisol yang memicu emosi negatif. Emosi, walau sifatnya halus dan abstrak, sangat erat pengaruhnya pada kesehatan tubuh fisik. Pernah mendengar petuah dokter saat kunjungan Anda dan Anda menceritakan keluhan fisik? “Bisa jadi penyebabnya stres,” dokter akan mengatakan demikian. Dengan kata lain, kondisi pikiran kita secara umum memengaruhi tubuh fisik kita.
BACA JUGA: FAKTA TENTANG CHEROPHOBIA, MEREKA YANG TIDAK SUKA BAHAGIA
Dampak Buruk Berpikir Negatif pada Tubuh dan emosi
Menurut The Minds Journal, segala emosi dan pengalaman kita tersimpan dalam memori seluler tubuh kita. Mau bukti? Apabila kita punya sekumpulan memori atas emosi yang negatif, akan Anda temukan jejaknya berupa rasa sakit di area tertentu dari tubuh Anda seolah-olah pengalaman itu baru saja Anda alami.
Berikut ini beberapa keluhan tubuh fisik dan runutan penyebabnya secara emosi dan berpikir negatif.
Leher: Pengaruh dari keras kepala. Menolak untuk melihat sisi lain dari suatu masalah.
Bahu: Mewakili kemampuan kita untuk menikmati setiap pengalaman dengan penuh kegembiraan. Kita melihat hidup sebagai sebuah beban.
Tulang punggung: Mewakili support system lingkungan untuk mendukung kita. Keluhan pada punggung bagian atas melambangkan kurangnya support emosional, merasa tidak cukup dicintai. Keluhan pada punggung bagian tengah mewakili rasa bersalah, terperangkap di masa lalu. Punggung bagian bawah mewakili kekhawatiran pada ketidakcukupan finansial.
Keluhan di lengan: Mewakili ketidaksiapan kita mengikuti perubahan dan menerima pengalaman yang baru.
Pergelangan tangan: Mewakili ketidakluwesan kita dalam pergerakan dan kurangnya keringanan dalam bertindak.
Panggul: Ketakutan untuk move on dalam membuat suatu keputusan besar.
Keluhan pada lutut: Keras kepala, gengsi, dan ego tinggi. Pikiran yang kaku, tidak fleksibel, punya banyak ketakutan dan penuh pertimbangan.
Pergelangan kaki: Tidak fleksibel dan masih dihantui rasa bersalah. Mewakili kemampuan untuk menikmati pengalaman.
Punggung kaki: Kurangnya kegembiraan dalam menjalani hidup.
Photo by Nino Liverani on Unsplash
Sendi dan emosi
Gangguan pada sendi juga terkait dengan jejak emosi. Misalnya,
Artritis (radang sendi): Merasa kurang dicintai. Masih menyimpan dendam.
Patah tulang: Memberontak pada otoritas.
Bursitis (Peradangan pada bantalan sendi): Kemarahan yang terlalu ditekan.
Sakit persendian: mewakili pergerakan, perubahan, dan keringanan dalam bertindak.
Tidak seimbang:Terlalu banyak pikiran, berserakan kemana-mana.
Skiatika (rasa nyeri di punggung bawah yang menjalar ke pinggul, bokong, tungkai, hingga jari kaki): Kekhawatiran yang terlalu tinggi pada masa depan.
Saraf terjepit:Keragu-raguan. Merasa kurang dukungan dari orang lain.
Cedera sendi: Menyimpan kemarahan. Enggan untuk berubah.
Otot kaku: Pikiran yang terlalu rigid.
Lemah sendi: Tandanya Anda butuh istirahat mental.
BACA JUGA: KENALI 7 TIPE RANSEL EMOSI YANG KITA BAWA SELAMA INI
Emosi negatif dan organ dalam
Jantung dan usus halus: Menyimpan rasa kebencian, ketidaksabaran.
Limpa, perut, dan pankreas: Kecemasan, kekhawatiran dan ketidakpercayaan.
Ginjal, telinga, kandung kemih: Ketakutan.
Hati, mata, dan kantong empedu: Kemarahan, frustasi, kecemburuan, iri hati.
Paru-paru, kulit, dan usus besar: Menyimpan kesedihan yang mendalam dan depresi.
Bahaya Emosi Negatif
Masih dari The Minds Journal, Davis Suzuki menulis dalam 'The Sacred Balance', “Molekul dari napas yang dihembuskan dari ekspresi verbal kemarahan, kebencian, dan kecemburuan, sesungguhnya mengandung racun. Apabila racun ini terakumulasi selama lebih dari 1 jam, racun ini cukup untuk membunuh 80 marmut.” David menambahkan, bisa dibayangkan seperti apa efek emosi negatif ini pada tubuh kita jika kita tidak segera memprosesnya.
Dr. Jennifer Tremmel, Direktur Stanford's Women's Heart Health Clinic, mengungkapkan hasil penelitiannya tentang adanya kaitan antara emosi negatif dengan penyakit jantung koroner. Beberapa emosi negatif itu antara lain: stress, depresi, kecemasan, kemarahan, dan kebencian. Jennifer menambahkan, secara gender emosi negatif lebih banyak dialami para perempuan.
Photo by Hello I'm Nik on Unsplash
BACA JUGA:
Share Article
COMMENTS