banner-detik
NEW PARENTS

Waspada Komplikasi Persalinan Ruptur Uteri Atau Rahim Robek

author

Fannya Gita Alamanda10 Jun 2021

Waspada Komplikasi Persalinan Ruptur Uteri Atau Rahim Robek

Meski jarang terjadi, bukan berarti tak perlu diwaspadai. Pahami A-Z tentang Ruptur Uteri demi keselamatan ibu dan bayi.

Beruntung untuk para calon mommies yang bisa melahirkan dengan lancar, aman, dan baik si ibu serta bayinya selamat. Tapi nyatanya tidak semua wanita bisa menikmati privilege tersebut karena ada wanita yang mengalami komplikasi Ruptur Uteri atau rahim robek saat persalinan, yang membahayakan nyawa ibu dan bayinya.

Memahami ruptur uteri atau rahim robek

Reptur Uteri adalah salah satu komplikasi yang terjadi saat persalinan normal (pervaginam) yang bisa mengancam jiwa. Walau jarang terjadi (kurang dari 1 persen atau 1 dari 3 wanita yang berisiko mengalaminya) namun ini sangat serius. Ruptur uteri adalah rahim yang robek saat persalinan. Komplikasi ini bisa menyebabkan ibu mengalami perdarahan hebat, membahayakan nyawa ibu dan janin.

Penyebabnya bisa beragam seperti karena adanya tumor di jalan lahir, panggul yang terlalu sempit, posisi janin yang melintang, bekas operasi caesar sebelumnya atau karena operasi rahim lainnya (pengangkatan fibroid). Vaginal birth after caesar (VBAC) atau dikenal sebagai melahirkan normal setelah caesar dapat meningkatkan risiko ibu mengalami ruptur uteri. Risiko seorang wanita mengalami rahim robek meningkat dengan setiap operasi caesar yang telah dilakukan kemudian beralih ke persalinan normal.

Hal-hal inilah yang membuat dokter merekomendasikan wanita yang pernah melakukan operasi caesar menghindari persalinan pervaginam di kehamilan berikutnya. Kalaupun tetap ingin menjalani kelahiran pervaginam setelah sebelumnya melakukan persalinan Caesar, maka dokter akan memantau secara ketat karena dianggap riskonya sangat tinggi.

BACA JUGA: 4 MASALAH KESEHATAN PALING SERING TERJADI DI TRIMESTER PERTAMA

Apa aja tanda-tandanya?

• Perdarahan vagina yang berlebihan

• Nyeri mendadak yang terjadi di antara kontraksi

• Kontraksi yang melambat atau kurang intens

• Sakit atau nyeri perut yang tidak normal

• Kepala bayi terhenti di jalan lahir saat proses persalinan

• Nyeri mendadak di lokasi bekas luka rahim sebelumnya

• Otot rahim melemah

• Ibu mengalami syok sehingga detak jantung meningkat dan tekanan darah rendah

• Bayi mengalami detak jantung yang tidak normal

• Persalinan secara normal tidak mengalami perkembangan.

Penyebab terjadinya Ruptur Uteri atau rahim robek dan risikonya

Selama persalinan, tekanan meningkat saat bayi bergerak melalui jalan lahir. Tekanan ini bisa menyebabkan rahim mengalami robek. Seringkali, robekan terjadi di sepanjang lokasi bekas luka operasi Caesar sebelumnya. Dapat menjadi komplikasi persalinan yang mengancam jiwa, baik bagi ibu maupun bayinya.

Bisa menyebabkan ibu kehilangan banyak darah atau perdarahan. Kabar baiknya, hal ini jarang terjadi bila si ibu melahirkan di rumah sakit. Ruptur uteri biasanya merupakan masalah kesehatan yang jauh lebih besar bagi bayi. Begitu dokter mendiagnosis rahim robek, mereka harus segera bertindak mengeluarkan si bayi karena jika tidak segera dilahirkan dalam 10-40 menit, ia akan mengalami kekurangan oksigen dan tidak bisa diselamatkan.

Photo by Alex Hockett on Unsplash

BACA JUGA: KONDISI KEHAMILAN LANGKA, SUPERFETASI, HAMIL DI TENGAH KEHAMILAN

Mendiagnosa dan menangani rahim robek

Sayangnya, ruptur uteri terjadi tiba-tiba dan sulit didiagnosis karena gejalanya sering tidak spesifik. Jika dokter mencurigai si ibu mengalami rahim robek, dokter akan segera mencari tanda-tanda bayi dalam kondisi abnormal seperti detak jantung yang lambat dan dokter hanya bisa membuat diagnosis resmi selama operasi. Jika rahim robek menyebabkan hilangnya banyak darah, ahli bedah terpaksa mengangkat rahim agar bisa mengontrol perdarahan.

Faktanya, sekitar 6% bayi tidak selamat jika si ibu mengalami rahim robek dan hanya 1% ibu yang yang meninggal akibat mengalami komplikasi ini. Semakin cepat dokter mampu mendiagnosis rahim robek, semakin besar pula peluang ibu dan bayinya untuk selamat.

Bisakah dicegah?

Satu-satunya cara adalah dengan melahirkan secara caesar karena dengan persalinan alami (pervaginam), rahim robek sulit dicegah. Komplikasi ini seharusnya tidak sampai membuat Mommies mengurungkan niat untuk memilih persalinan alami namun sangatlah penting untuk mendiskusikan dengan dokter. Pastikan dokter mengetahui semua riwayat kesehatan Mommies dan mendapatkan informasi mengenai setiap kelahiran sebelumnya, baik melalui operasi Caesar atau cara alami.

Photo by Ashton Mullins on Unsplash

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan