banner-detik
SCHOOL REVIEW

Rekomendasi IDAI Tentang Sekolah Tatap Muka

author

?author?07 Jun 2021

Rekomendasi IDAI Tentang Sekolah Tatap Muka

Tahu ajaran baru 2021/2022 sebentar lagi dimulai, bagaimana pendapat IDAI tentang sekolah tatap muka yang mugkin akan dilaksanakan?

Setelah setahun lebih konsep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tersebut dijalankan, pemerintah mengeluarkan Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 yang tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri yang diluncurkan secara virtual melalui aplikasi Zoom dan saluran di kanal YouTube Kemendikbud RI, 30 Maret 2021, termasuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.

Dikutip dari website resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengatakan, “Setelah pendidik dan tenaga kependidikan di dalam satu sekolah sudah divaksinasi secara lengkap, pemerintah pusat, pemerintah daerah, kanwil atau kantor kemenag mewajibkan satuan pendidikan tersebut untuk menyediakan pembelajaran tatap muka terbatas dengan protokol kesehatan. Dan juga masih ada opsi PJJ untuk orang tua atau wali bagi anaknya,” tegas Mendikbud.

Di sisi lain kebijakan tersebut menuai berbagai reaksi, termasuk dari dari Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) yang belum merekomendasikan diadakannya sekolah tatap muka.

Dengan mempertimbangkan dan mengaji empat hal di bawah ini:

  • Hak-hak anak berdasarkan konvensi Hak-hak Anak dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 dan Keputusan Presiden Indonesia No 36 tahun 1990.
  • Perkembangan pandemi COVID-19 secara nasional yang kembali meningkat (https://covict19.jo.id/peta-sebarais-covid19)
  • Ditemukannya New Variant of Coronavirus sejak bulan Maret 2021.
  • Cakupan imunisasi COVID-19 di Indonesia yang belum mencapai target.
  • Berdasarkan empat kajian tersebut selain belum merekomendasikan sekolah tatap muka, ada beberapa imbauan penting yang dilayangkan kepada pihak-pihak terkait, baik itu pemerintah dan sekolah. Berikut rekomendasi IDAI tentang sekolah tatap muka: 

  • Persyaratan untuk dibukanya kembali sekolah antara lain terkendalinya transmisi lokal yang ditandai dengan positivity rate < 5% dan menurunnya tingkat kematian.
  • Jika sekolah tatap muka tetap dimulai, maka pihak penyelenggara harus menyiapkan blended learning, anak dan orangtua diberi kebebasan memilih metode pembelajaran luring atau daring.
  • Anak yang belajar secara luring maupun daring harus memiliki hak dan perlakuan yang sama.
  • Mengingat prediksi jangka waktu Pandemi COVID-19 yang masih belum dapat ditentukan, maka guru dan sekolah hendaknya mencari inovasi baru dalam proses belajar mengajar, misalnya memanfaatkan belajar di ruang terbuka seperti taman, lapangan, sekolah di alam terbuka.
  • Meski begitu keputusan akhir dikembalikan lagi kepada orang tua, seperti yang dikemukakan Nadiem - ia menegaskan ketika sekolah dibuka, orang tua dan siswa bisa memilih untuk belajar daring maupun luring. Pembelajaran tatap muka juga tidak diperkenankan bagi siswa dengan penyakit komorbid.

    Karena keputusan akhir tetap ada di tangan orang tua, sangatt penting mempelajari dan riset mandiri bagaimana situasi di sekitar lingkungan sekolah si kecil, apakah termasuk zona hijau dan zona kuning, seperti yang juga diingatkan Mendikbud dalam SKB 4 Menteri, “Dari bulan Juli 2020 zona hijau dan zona kuning diberbagai macam daerah sudah boleh tatap muka dan di bulan Januari semua daerah sudah boleh menerapkan tatap muka terbatas dengan protokol kesehatan.”

    Selain itu jika memang pihak sekolah memutuskan akan diberlakukan sekolah tatap muka, apakah sekolah tersebut sudah memenuhi semua kesiapan yang ditentukan Kemendikbud dan IDAI? Sebagai bahan pertimbangan mommies mengawal bersama kesiapan sekolah buah hati, daftar tilik kesiapan sekolah dari IDAI bisa mommies baca di sini, ya.

    Las but not least, duduk bareng dengan si kecil, ngobrol dari hati ke hati jelaskan keadaan di lapangan yang sebenarnya seperti apa. Diskusi seputar kekurangan dan kelebihan jika ia sekolah tatap muka atau  pembelajaran jarak jauh. 

    Mommies sendiri gimana? termasuk yang mengizikan si kecil sekolah seperti biasa, atau masih merasa sreg kalau anak school from home saja?

    Referensi artikel dari: 1, 2 & 3

    Baca juga:

    Sekolah Tatap Muka, Apa Kata Psikolog?

    Pembelajaran Jarak Jauh Sudah Setahun. Ini Pengalaman dan Harapan Para Mommies

    Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan