Selain stunting, penyebab lain yang bisa menggangu pertumbuhan anak yaitu Growth Hormone Deficiency. Kenali gejala dan penyebabnya.
Menurut data, 4 dari 10 anak Indonesia tumbuh pendek. Ini adalah salah satu masalah kesehatan anak yang sedang diperangi di negara kita. Secara umum, gangguan pertumbuhan anak disebabkan oleh dua hal. Pertama yaitu stunting, yang terjadi akibat malnutrisi atau penyakit kronik. Kedua, tubuh pendek akibat gangguan hormon yang disebut Growth Hormone Deficiency, atau kekurangan hormon pertumbuhan. Orang tua perlu memantau setiap fase pertumbuhan anaknya, nggak hanya dari berat badan saja, tapi juga tinggi badan.
Growth Hormone Deficiency (GHD) adalah kondisi dimana anak mengalami kekurangan hormon pertumbuhan akibat kelenjar pituitari yang terletak di dekat dasar otak tidak dapat menghasilkan hormon pertumbuhan yang cukup. Hormon pertumbuhan inilah yang dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan lainnya.
Tanda utama GHD adalah pertumbuhan tinggi badan yang lambat setiap tahun setelah anak berusia 3 tahun. Tentunya, tingkat pertumbuhan tinggi badan anak sangat bervariasi dan dipengaruhi berbagai faktor. Namun idealnya, rata-rata pertumbuhan tinggi badan anak adalah sebagai berikut:
Jika tinggi anak kurang dari persentil ke-3 untuk anak seusianya, itu bisa menjadi tanda anak mengalami defisiensi hormon pertumbuhan.
Selain pertumbuhan yang lambat, umumnya GHD juga disertai beberapa gejala berikut:
Kabar baiknya, kekurangan hormon pertumbuhan tidak mempengaruhi kecerdasan atau perkembangan kognitif anak.
Baca juga: Catat, Ini Panduan Kecukupan Gizi Anak Sekolah Usia 6-9 Tahun
Growth Hormone Deficiency dapat disebabkan oleh kerusakan pada kelenjar pituitari atau kelenjar lain yang disebut hipotalamus. Cedera dapat terjadi sebelum lahir (bawaan), atau selama atau setelah lahir (didapat).
Kelenjar pituitari sendiri adalah kelenjar seukuran kacang polong yang terletak di dasar otak. Itu adalah kelenjar endokrin utama dalam tubuh. Kelenjar pituitari biasanya melepaskan sebanyak 8 hormon yang berbeda. Hormon-hormon ini mengontrol pertumbuhan, metabolisme, tekanan darah, dan proses tubuh lainnya.
Dalam kasus yang jarang terjadi, GHD dapat menjadi bagian dari sindrom genetik. Sayangnya, dalam banyak kasus, penyebab GHD tidak diketahui dan informasi terkait gangguan inipun masih sedikit.
Seorang anak dengan kondisi berikut lebih berisiko mengalami GHD:
Namun, beberapa anak dengan kondisi GHD tidak memiliki faktor-faktor tersebut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada komplikasi tambahan dari kekurangan hormon pertumbuhan, termasuk:
Jika tidak diobati, Growth Hormone Deficiency dapat menyebabkan seorang anak tidak mencapai tinggi badan orang dewasa yang normal nantinya.
Dokter akan mempertimbangkan usia anak mommies, kondisi dan riwayat kesehatannya, dan faktor-faktor lain saat menyarankan perawatan. Mommies akan dirujuk untuk menemui ahli endokrinologi anak yang menangani anak-anak dengan masalah hormon.
Terapi GHD dilakukan dengan suntikan harian hormon pertumbuhan sintetis. Terapi berlangsung beberapa tahun, namun hasilnya seringkali terlihat segera setelah 3-4 bulan pengobatan berjalan. Semakin dini pengobatan dimulai, semakin besar kemungkinan seorang anak akan memiliki tinggi badan orang dewasa yang normal sesuai dengan pola keluarganya. Sayangnya, tidak semua anak merespons pengobatan hormon pertumbuhan dengan baik.
Kekurangan hormon pertumbuhan hanyalah salah satu dari banyak faktor yang dapat memengaruhi anak bertubuh pendek. Faktor lain bisa disebabkan karena penurunan asupan nutrisi, gangguan pencernaan, penyakit yang meningkatkan kebutuhan metabolisme, atau hipotiroidisme.
Oya, anak-anak yang lebih pendek dari teman sebayanya sangat mungkin untuk menjadi minder atau depresi. Penting banget agar orang tua membicarakan masalah ini dengan anak dan dokter agar anak mendapatkan penanganan yang dibutuhkan.
Baca juga: Milestone dan Tumbuh Kembang Anak Usia 9 Tahun
Foto: Freepik