banner-detik
ENTERTAINMENT

10 Alasan Kenapa Saya Susah Move On Dari Serial Friends Walau Sudah Jadi Ibu Beranak Dua

author

Sisca Christina26 May 2021

10 Alasan Kenapa Saya Susah Move On Dari Serial Friends Walau Sudah Jadi Ibu Beranak Dua

Tujuh belas tahun berlalu, nggak membuat serial ikonik Friends usang sama sekali. Jokesnya selalu berhasil membuat terpingkal-pingkal sampai sekarang.

Kira-kira usia saya waktu pertama kali nonton Friends sekitar akhir Sekolah Dasar. Yesss, saya angkatan yang nonton Friends di RCTI kala itu, yang kadang suka berubah jam tayang lalu keskip. Malah, kadang siarannya diulang atau season dan episodenya nggak sesuai urutan lagi. But don’t worry, VCD to the rescue! Saya masih suka mengulang-ngulang nonton sampai sekarang. Buat saya gregetnya masih sama: semua jokes di serial Friends masih berhasil membuat saya terpingkal-pingkal dan lupa sejenak dengan repotnya mengurus dua anak dan beberapa kerjaan, hahaha!

Nggak nyangka, serial TV masa kecil saya jadi legend, yeay! Besok, Friends: The Reunion bakal tayang eksklusif di HBO GO pukul 14.01 WIB dan 20.00 di HBO. Masih ada waktu buat hari ini nonton ulang serial Friends sebagai pengingat, biar nostalgianya semakin seru.

Semua momen di serial Friends bagi saya memorable banget. Susahhhh kalau mau dipilih mana yang paling favorit! Kayaknya saya nggak bakal bisa melupakan serial terfavorit sepanjang masa ini; dan ini penyebabnya.

1. Friendship-nya bikin iri

Rachel dan Monica memang sudah berteman sejak kecil; Chandler dan Ross juga sudah berteman saat kuliah. Tapi gambaran persahabatan selama 10 tahun mulai dari nggak punya karir, hingga cukup mapan, dari kisah-kisah percintaan nggak jelas hingga berkeluarga, adalah gambaran persahabatan yang menyenangkan banget di mata saya. Bahkan, mereka nggak hanya bersahabat di layar kaca saja, di kehidupan nyatapun persahabatan mereka tetap terlihat hangat. Biasanya, kalau sudah masing-masing berkeluarga dan sama-sama sibuk, pertemanan bisa merenggang, tapi enggak dengan mereka.

2. Dekat dengan gambaran kehidupan sehari-hari

Semua kisah dalam setiap musim sangat relatable dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya aja soal karir. Joey yang punya mimpi besar untuk jadi aktor beken, tapi sesulit itu untuk mendapatkan audisi, dan rela gonta ganti pekerjaan demi menyambung hidup di kota besar. Chandler, gambaran karyawan yang stuck di satu kantor yang akhirnya nekat banting stir profesi walau udah rada telat. Soal percintaan? Bahkan Rachel yang dulunya menjadi ratu saat sekolah aja nggak selalu beruntung soal cinta. Bukti bahwa kehidupan nyata itu tuh, ya kayak gitu. Nggak ada yang mudah, nggak ada yang instan, butuh perjuangan, dan kadangkala harus ekstra. Tapi at the end, bisa berbuah manis.

3. Kisah percintaan Ross-Rachel: definisi jodoh nggak ke mana

Buat beberapa orang mungkin hubungan mereka bikin geregetan, tapi buat saya itu ngegemesin, hehehe. Maju mundurnya, tarik ulurnya, on-offnya, terutama di season 2 yang akhirnya mereka jadi juga, itu masih bikin baper sampai sekarang. Butuh banyak lika-liku dan peristiwa yang menuntun dan meyakinkan mereka pada akhirnya bahwa mereka itu memang definisi dari istilah jodoh nggak ke mana.

4. Mengandung pesan kemanusiaan

Dengan balutan komedi, serial Friends juga menyematkan isu lingkungan dan sosial yang disampaikan melalui Phoebe. Di balik kepribadiannya yang absurd dan super nyentrik, Phoebe selalu peduli terhadap keadaan orang lain. Salah satunya dibuktikan dengan rela meminjamkan “rahimnya” untuk adik tirinya. Sebuah pengorbanan yang nggak bisa dibilang kecil. Ia juga mau mencurahkan waktu dan tenaga buat kegiatan amal. Menyayangi binatang, bahkan anti terhadap pembunuhan hewan, hingga menjadi vegetarian.

5. Menyematkan isu-isu progresif

Bisa dibiang, isu-isu LGBT, surrogate mother, kehamilan tidak direncanakan di jaman Friends belum seterbuka dan sepopuler sekarang. Apalagi di Indonesia, dulu masih tabu banget. Tapi, Friends berani membahas isu-isu tersebut sejak awal, tetap dengan kemasan yang ringan tanpa perlu memancing pro-kontra tajam. Saya jadi sadar, serial ini udah memberi pesan kepada kita sejak dulu, bahwa isu-isu seperti itu riil adanya, jadi kita nggak bisa menutup mata seolah-olah itu semua nggak ada.

6. Latar belakang sosial dan ekonomi berbeda, tapi nggak pandang kasta

Tergambar sangat jelas bahwa Ross, Rachel, Chandler, Monica, Joey dan Phoebe itu berasal dari latar belakang keluarga, lingkungan, pekerjaan dan pendidikan yang berbeda-beda. Tapi Rachel yang tadinya manja dan borju pada akhirnya bisa mengerti gimana arti perjuangan hidup. Ross yang bergelar profesor bisa mendobrak budaya mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan jabatan di kantornya, dan nggak malu mengakui Joey sahabat karibnya walau di kantor beda level. Contoh sikap kerendahan hati yang bakal saya ajarkan ke anak pastinya.

7. Berasal dari keluarga broken home, nggak berarti ikutan broken

Kurang kelam apa kisah hidup Phoebe: ayah kandung pergi entah ke mana, ayah tiri masuk penjara, ibu kandung bunuh diri, saudara kembar jahat, bertahun-tahun hidup di jalanan, tapi semua itu nggak bikin dia jadi manusia yang “berantakan” juga. Dia tetap menjalani hidup normal, mencoba membina hubungan serius walau up and down, pekerjaan apa saja dijalaninya asal halal, tetap ceria, hangat, optimis dan berempati terhadap orang lain.

Chandler pun begitu: memiliki ibu penulis novel erotis dan ayah seorang cross-dressing star yang bercerai saat ia masih umur 9 tahun nggak dijadikannya alasan untuk menyia-nyiakan hidupnya. Pengalaman hidup yang pahit justru menempa mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang cukup resilient!

8. Banyolan khas Chandler yang sarkastik tapi cerdas

Susaaaahhh banget buat nggak terkekeh saat Chandler udah angkat bicara. Natural banget gayanya seakan udah melekat di dirinya. Tapi di balik kekocakannya itu, ada sosok pria berhati sensitif yang penyayang. Gemes, kan?

9. Punya banyak line khas yang sulit dilupakan

Gimana saya bisa ngelupain saat Ross bilang “We were on a break?”, Joey “How you doin?” dan “They don’t know that we know they know we know.” dan ujaran khas Janice: “Oh. My. God” dan tipe ketawanya yang khas sekaligus nyebelin! Hahahaha..

10. Last but not least: serial Friends nggak pernah basi. Walau sudah puluhan kali nonton, pasti tetap bikin tertawa!

Walau saya taruh ini di poin terakhir, sesungguhnya ini adalah poin terpenting buat saya. Hingga detik ini, nonton Friends belum pernah terasa garing dan basi. Jokesnya tetap relevan, nggak lekang oleh waktu. Selalu enjoyable. Thanks to all actors, yang berperan dengan sangat baik, dengan karakter kocaknya masing-masing yang kuat dan khas, hingga bisa nempel di otak saya selama 27 tahun terakhir. Buat saya pribadi, belum ada sitkom lain yang bisa menggantikan posisi Friends!

Baca juga: Rekomendasi Film Di Bioskop, Netflix dan Disney+ Hotstar

Share Article

author

Sisca Christina

Ibu dua anak yang berprofesi sebagai digital nomad, yang juga suka menulis. Punya prinsip: antara mengasuh anak, bekerja dan melakukan hobi, harus seimbang.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan