Banyak pelajaran yang didapat anak saat merasa bosan, salah satunya belajar menerima realita bahwa hidup memang tidak selalu seru.
Coba hitung, sejak pandemi, sudah berapa kali anak mommies bilang bosan? Bisa dipahami, sih. Sebab sejak pandemi jadi banyak larangan aktivitas buat si kecil. Tapi, bukan berarti ketika anak mengeluh bosan, lantas kita buru-buru mencarikan solusi untuk mengusir rasa bosan anak. Sesekali, anak perlu dibiarkan merasa bosan agar dapat memetik manfaat di balik rasa bosan tersebut. Orang tua hanya perlu menahan diri agar tidak terlalu banyak mengintervensi perasaannya saat anak bosan.
Menurut para ahli, rasa bosan itu memiliki dampak positif terhadap tumbuh kembang anak. Bahkan, seperti dikutip dari BBC, Dr. Teresa Belton, seorang peneliti dari University of Anglia menjelaskan, bahwa budaya untuk mengekspektasikan bahwa anak harus terus aktif, malah dapat menghambat perkembangan imajinasi mereka. Memberi ruang bagi anak untuk merasa bosan justru memancing kreativitas dan imajinasi anak.
Biarkan saja
“Berarti saya nggak peduli sama anak, dong?” Bukan begitu juga. Artinya, orang tua bukan jadi pihak yang sibuk menawarkan ini itu atau mencarikan berbagai aktivitas seru untuk membantu si kecil mengatasi rasa bosan. Tetap pantau anak, saksikan bagaimana ia mencari caranya sendiri untuk mengatasi kebosanan. Toh, mainan di rumah sudah banyak. Kalau ia mau, ia bisa membuat mainan yang menarik baginya. Kalau tidak mau lantas ia memilih tidur, ya tidak apa-apa. Toh tidur itu sehat.
Ajak anak melakukan kegiatan orang dewasa
Ada kalanya, rasa bosan dipicu oleh kebutuhan anak akan sesuatu yang baru. Bukan, bukan harus beli mainan baru. Melainkan diberi aktivitas yang tidak pernah ia kerjakan sebelumnya, atau aktivitas yang sama namun dengan tingkat kesulitan lebih tinggi. Contohnya ajak anak melakukan kegiatan orang dewasa, misal mengecat rumah, membuat kue, berkebun, membantu Ayah bertukang, dan seterusnya.
Anak-anak saya sering minta ikutan bikin kue, mengupas dan menguleg bawang, mencuci gayung, dan seterusnya (walau nggak jarang jadi rusuh, hahaha). Dengan begini, practical life skill anak juga jadi terasah.
Perbanyak interaksi fisik
Bisa jadi, anak bosan karena minimnya interaksi fisik dengan orang tua. Meski sama-sama di rumah, coba ingat lagi, apakah interaksi fisik kita dengan anak semasa pandemi ikut meningkat? Atau jangan-jangan dekat di mata jauh di hati, alias udah jarang peluk, cium, duduk berdampingan dan seterusnya. Coba berikan pelukan atau ciuman tak terduga saat anak bosan, pasti ia ceria lagi.
Ajak anak ngobrol
Gali perasaan anak saat bosan, biarkan ia mengungkapkan kebosanannya. Jangan-jangan si kecil merasa bosan karena kurang teman mengobrol.
Gadget bukan jawaban
Menambah frekuensi bermain gadget bukan solusi yang tepat, sebab ini bisa meredupkan kreativitas anak. Anak hanya mendapat hiburan sesaat. Ia jadi tak dapat melatih diri untuk bisa mengatasi rasa bosan itu. Lagipula, sekali dikasih ekstra, maka ia akan menuntut gadget lagi ketika kelak si bosan kembali datang menyergap.
Ajar anak belajar menerima realita bahwa hidup memang tidak selalu seru
Memang saat ini mungkin tak mudah bagi anak untuk bergaul dengan rasa bosan. Oleh karena itu, orang tua perlu melatih anak untuk berkata pada dirinya: “It’s okay to feel bored sometimes.” Rasa bosan nggak seburuk itu untuk dihadapi, lho. Jika suatu hari nanti anak mengalami kebosanan lagi, maka ia sudah tahu bagaimana menghadapinya, dan tetap mampu bersyukur, meski dalam kebosanan sekalipun.
Baca juga: 5 Ide Les Online untuk Anak di Masa Pandemi