Sorry, we couldn't find any article matching ''
Waspada Priapismus: Ereksi Berkepanjangan yang Bisa Berakibat Impotensi
Bila priapismus ereksi berkepanjangan tidak segera ditangani, dapat berakibat kerusakan fungsional kemampuan ereksi permanen atau impotensi.
Priapismus, ereksi yang berkepanjangan pada penis menurut dr.Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D bisa terjadi di segala usia. Sehingga hal ini harus diwaspadai, baik pada pasangan, ataupun anak laki-laki mommies. Kalau priapismus nggak segera ditangani, salah satu akibat paling fatal adalah kerusakan fungsional kemampuan ereksi permanen pada penis atau yang biasa disebut disfungsi ereksi atau impotensi. Yuk, cari tahu, mommies.
Apa itu priapisme atau priapismus?
dr.Ponco Birowo menjelaskan bahwa priapismus merupakan kondisi atau penyakit pada penis yang ereksi terus menerus, setidaknya selama 4 jam. Kondisi ini tidak terjadi karena adanya stimulasi atau ketertarikan seksual. Tambahan lagi, priapismus dapat terjadi pada segala usia pasien.
Terbagi dalam 3 klasifikasi
Priapismus, ereksi berkepanjangan pada pria ini terbagi dalam 3 kategori
Apa penyebab dari priapismus? Berapa lama kondisi ini dapat terjadi?
dr.Ponco Birowo mengatakan bahwa penyebab priapismus kebanyakan terjadi akibat gangguan dan sumbatan pembuluh darah dalam batang penis bisa karena kelainan darah secara umum, atau bisa juga karena obat-obatan, gangguan saraf, serta keganasan kanker. Mudahnya begini, dalam kondisi ereksi normal, pembuluh darah akan menyempit dan aliran darah ke batang penis akan menurun jika rangsangan seksual sudah tidak diterima otak, sementara pada priapismus, adanya gangguan pembuluh dan aliran darah dalam batang penis menyebabkan terpompanya jaringan penis terus-menerus. Jadi biar pun nggak ada rangsangan seksual, penis akan terus ereksi. Priapismus sendiri dapat terjadi dalam hitungan jam (4 jam atau lebih), ataupun berlangsung hingga berhari-hari.
Bahaya priapismus bila tak segera ditangani kurang dari 24 jam
Bisa meningkatkan risiko terjadinya disfungsi ereksi. Jika terjadi lebih dari 72 jam, dan tidak mendapatkan penanganan, maka sedikit kemungkinannya untuk sembuh. Bisa saja terjadi komplikasi kesuburan, karena, kan, terjadi disfungsi ereksi akibat rusaknya jaringan dan pembuluh darah. Rusaknya kedua elemen tersebut disebabkan oleh tekanan tinggi yang terjadi dalam batang penis.
“Untuk diketahui, disfungsi ereksi terjadi dalam 59% kasus priapismus, sehingga perlu tatalaksana awal segera untuk mengembalikan aliran darah penis ke dalam keadaan normal.” terang dr.Ponco. Otomatis jika pria mengalami disfungsi ereksi, ia akan mengalami kesulitan untuk melakukan penetrasi saat sanggama, sehingga menurunkan kemungkinan pembuahan antara sperma dan sel telur dalam rahim.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Perempuan Terlalu Keras Pada Diri Sendiri
Akibat paling fatal bila priapismus tidak ditangani
Salah satu akibat paling fatal yang dapat terjadi adalah kerusakan fungsional kemampuan ereksi permanen pada penis atau biasa disebut disfungsi ereksi (impotensi). Pada kondisi yang lebih serius, dapat menyebabkan nekrosis (kematian jaringan) pada penis. Itulah sebabnya dr Ponco menyarankan, penting bagi seorang pria untuk segera datang ke rumah sakit bila mengalami priapismus. Semakin cepat ditangani, semakin baik pula kemungkinan pemulihannya. Semakin muda usia pasien, juga semakin besar kemungkinan pemulihannya.
Yang harus segera dilakukan jika mengalami priapismus
Jika mendapat penanganan yang cepat dan tepat, menurut dr. Ponco lagi, priapismus sangat mungkin disembuhkan. Penyembuhan terbaik dapat tercapai kalau datang sebelum 24 jam pertama berakhir, karena kalau setelah 24 jam pertama baru ditangani, sangat mungkin terjadi kerusakan permanen pada jaringan penis. Pengobatan juga dapat diupayakan hingga 72 jam pertama priapismus terjadi.
Segeralah ke IGD jika mengalami kondisi priapismus apalagi bila disertai dengan rasa nyeri. Dokter akan melakukan evaluasi pada kondisi priapismus, untuk kemudian menentukan langkah pengobatan selanjutnya. Evaluasinya sendiri bisa berupa pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium, USG pada penis, dan pemeriksaan lainnya bila dibutuhkan.
Photo by Chris Liverani on Unsplash
Baca juga: 6 Fakta Pneumonia Pada Bayi dan Anak-Anak
Hatzimouratidis K, Amar E, Eardley I, Giuliano F, Hatzichristou D, Montorsi F, Vardi Y, Wespes E. Guidelines on male sexual dysfunction: erectile dysfunction and premature ejaculation. Male Sexual Dysfunction. 2018 March 1;57(5):804-14.
Halls JE, Patel DV, Walkden M, Patel U. Priapism: pathophysiology and the role of the radiologist. BJR. 2012 Nov;85(special_issue_1):S79–85.
Pal D, Biswal D, Ghosh B. Outcome and erectile function following treatment of priapism: An institutional experience. Urol Ann. 2016;8(1):46.
Dubin J, Davis JE. Penile emergencies. Emergency Medicine Clinics. 2011 Aug 1;29(3):485-99.
Share Article
COMMENTS